[Nightmare Maker] Saxophone

Saxophone by Sasphire

Ficlet || Song Joong Ki, Moon Chae Won || PG +15

Surrealism, Romance, Angst, Pshycology

.

.

.

“Saxophone membuat aku menggenggam dunia…. tak percaya?”

Saxophone

Note :

ide pasaran, typo banyak, alur terlalu cepat.

Read another Pshycology Ficlet :

Mine

this fanfic is already published here.

visit my tumblr and see my artwork here ^^

London, June 13, 2013

The winner is Song Joongki from Korea!”

Suara tepuk tangan bergema ke seluruh sudut ruangan demi menyambut teriakan pembawa acara  wanita. Sang juara tersenyum tipis sambil menggenggam erat saxophone-nya dan naik ke atas panggung.

I think he is the only one who called ‘the next Kenny G’,” lanjut pembawa acara yang masih tersenyum senang mengetahui prediksi kemenangan Song Joongki yang ada di pikirannya benar-benar terjadi.

Agree to you. He plays saxophone very well like Kenny G,” sahut pembawa acara pria sambil memberikan piala keemasan berbentuk simbol nada G, “congratulations.”

Setelah kedua pembawa acara meninggalkan Joongki sendirian di panggung tempat ia berdiri, ia menghela nafas dan mulai mengatakan ucapan terima kasihnya.

First, i will thank to God for His blessing, so i can win in this challenge.”

The second, thanks for my girl who always be mine, Moon Chae Won.”

Kembali terdengar riuh rendah suara tepuk tangan yang memantul di daun telinganya, membuat ia tersenyum bangga pada seorang gadis yang duduk paling depan di antara orang-orang Eropa yang menyukai musik klasik. Gadis itu tak membalas senyum Joongki, bahkan tidak menatapnya sama sekali. Matanya tertutup. Ia tertidur.

Untuk selamanya.

.

.

.

Dari kecil, Joongki sangat menyukai musik klasik berkat orang tuanya. Ayahnya seorang pemain saxophone yang tak terlalu terkenal berdarah London, sementara ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang tergila-gila pada musik klasik.

Dari kedua orang tuanya pula, ia belajar banyak hal tentang musik klasik. Baginya, musik klasik adalah bagian terpenting dari hidupnya. Tak dapat bernafas tanpanya dan tak dapat bernyawa tanpanya. Selalu terhembus bersama nafas dan selalu berdetak beriringan dengan jantungnya, itulah musik pada diri Joongki.

Meskipun pada kenyataannya musik tidaklah selalu baik, namun Joongki mengabaikan kenyataan itu. Ia tahu musik klasik dapat mengalun dengan indahnya bagaikan denting harpa para malaikat di surga, namun terkadang sama menyedihkannya dengan bara api neraka.

Musik dapat membangkitkan gairah orang yang sedang bercinta hingga akhirnya menjadi terlalu cinta, tapi musik juga dapat menjerumuskan setiap hati yang patah menjadi sangat terpuruk.

Setiap kali ia mendengar cemoohan orang lain karena kesibukannya yang hanya berkutat pada saxophone pemberian ayahnya, ia tersenyum sinis dan berdesis, “suatu saat kalian akan tahu, aku tidak bermain-main.”

Lihat? Tanpa Joongki sadari, musik telah merubahnya menjadi sesosok lelaki yang memiliki dua kepribadian yang memiliki makna sangat dalam namun bertolak belakang, layaknya baik dan buruk, ada dan tiada, depan dan belakang, kanan dan kiri. Yang terpenting, surga dan neraka.

Oppa!”

Awalnya ia kesal mendengar jeritan yang membuatnya berhenti bermain saxophone. Namun setelah menoleh ke arah suara dan tahu bahwa gadis yang memanggilnya adalah orang yang ia cintai, ia tersenyum. Ia rela menyingkirkan saxophone-nya yang menjadi sepertiga jiwanya. Karena sepertiga dari jiwanya yang lain adalah gadis itu.

Oppa, ada berita bagus!” gadis itu kembali memekik walau kini telah berdiri tepat di depan Joongki. Ia tersenyum sambil menyodorkan sebuah amplop putih pada Joongki.

Joongki mengernyit sekilas sebelum akhirnya menerima surat itu dan membukanya. Sebelum membacanya, ia kembali menatap gadisnya tanpa sepatah katapun, namun matanya seolah bertanya, ‘aku boleh membukanya?’

Seolah mengerti isyarat itu, gadis itu tersenyum dan mengangguk, “buka,” ucapnya untuk meyakinkan Joongki. Akhirnya Joongki membaca dengan seksama surat itu.

“Moon, ini,” Joongki masih bingung apa yang akan ia katakan pada gadis di depannya, Moon Chae Won. Apa ia harus senang atau sedih?

“Beasiswa oppa di Harvard University diterima!” Moon tertawa riang sambil bertepuk tangan.

Entah mengapa, Joongki merasa enggan mengambil beasiswanya, padahal awalnya ia sangat berapi-api demi mendapatkannya.

Wae?” raut wajah Moon berangsur-angsur berubah melihat Joongki merespons ucapan senangnya hanya dengan senyum tipis penuh keraguan.

“Bagaimana dengan kau?” akhirnya Joongki mengucapkan sebuah kalimat pada Moon, walau Moon tak mengharapkan sebuah kalimat tanya yang terlontar, “jika aku pergi, bagaimana dengan kau?”

Moon menelan ludah. Ia menatap ke arah lain, bahkan membalikkan badannya, hanya untuk menghindari sorot mata Joongki yang memaksanya turut merasa tertekan. Benar kata Joongki. Kalau Joongki pergi, bagaimana dengan Moon? Selama ini, yang Moon punya hanyalah Joongki, bukan orang lain. Hidup terlalu menyusahkannya sampai Joongki datang dan membuat alur cerita kehidupannya menjadi lebih sederhana.

Beberapa menit kemudian, gadis berpenampilan sederhana itu membalikkan badan dan tersenyum, “aku harus membenci oppa.”

“Apa?”

“Jujur saja, sehari tidak bertemu oppa, aku akan merasa kesakitan, aku akan menangis. Itu karena aku mencintai oppa. Tapi, kalau aku membenci oppa, mungkin jadinya..”

“Moon!”

“Mungkin oppa akan lebih fokus pada beasiswa oppa,” lanjut Moon tanpa mempedulikan bentakan Joongki, “maafkan aku karena aku mencintai oppa, hingga oppa lupa akan cita-cita oppa untuk menjadi pemain saxophone handal.”

Joongki tertawa sinis mendengar kata demi kata yang Moon ucapkan. Walau tak dapat dipungkiri ucapan Moon memang benar adanya. Joongki menjadi lebih hidup, setidaknya tidak hanya berkutat pada saxophone terus-menerus seperti sebelumnya. Ia jadi manusia yang lebih realistik, bahkan hampir lupa tentang saxophone.

“Aku akan membenci oppa, walau aku tak yakin aku bisa atau tidak. Tapi, 4 tahun lagi, saat kita kembali bertemu…”

“Lakukan semua yang kau mau,” desis Joongki pelan. Tatapan matanya berubah menjadi sangat liar. Ia berjalan maju perlahan, membuat Moon ketakutan dan berjalan mundur demi menenangkan dirinya, walau pada akhirnya punggungnya terhenti pada tembok putih yang cukup besar.

“4 tahun lagi… Akan kupastikan kau akan menyesal telah membenciku…”

~***~

4 years later

Joongki pergi ke sebuah perumahan mewah di tengah kota Seoul yang kebetulan tengah di serang perampok. Joongki memainkan saxophone-nya dan mengalunkan sebuah nada merdu yang memikat setiap orang yang mendengarnya. Bagi orang-orang tak bersalah, pasti mendengarkan irama-irama lembut laksana rayuan para bidadari surga, namun bagi orang-orang keji, dalam nyanyiannya terdengar jelas jeritan-jeritan siksaan yang tak terkira sakitnya. Para perampok melepas seluruh barang jarahannya dan mengikuti arah suara yang seperti magnet bagi mereka. Joongki menggiring mereka dengan melangkahkan kaki cukup santai, menikmati permainannya yang sempurna.

Berkilo-kilometer jarak yang mereka tempuh tak membuat mereka lelah. Justru mereka semakin tersiksa oleh raungan siksaan yang keluar dari saxophone milik Joongki, namun mereka tak mampu menghindar karena mereka terlanjur terhipnotis. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah jurang yang tak terkira dalamnya. Joongki tetap memainkan saxophone-nya, membuat para perampok tanpa sadar menerjunkan tubuh mereka.

Joongki tersenyum sinis, lalu bergegas kembali ke perumahan yang baru saja ia selamatkan, tempat ia dibesarkan sejak 24 tahun lalu.

“Siapa dia?”

“Oh, saxophone itu..”

“Joongki?”

Joongki melepas kacamata hitamnya. Menjadi mahasiswa terbaik di Harvard membuatnya lupa diri. Ditambah pengalaman-pengalamannya mengikuti kontes musik klasik tingkat internasional, ia semakin melambung dan tak ada yang mampu menghentikannya. Musik telah membuatnya hilang akal sehatnya.

“Bagaimana kalau kalian membayar musik indahku tadi?” ucapnya kemudian, “kalian lihat sendiri ‘kan? Permainan saxophone-ku mampu mengusir mereka. Tanpa bekas.”

“Hanya seperti itu saja sombong.”

“Iya. Kenapa seperti itu saja harus bayar?”

“Apakah ucapan terima kasih tak cukup?”

Joongki mengangkat sebelah alisnya, lalu tersenyum dan membalikkan badan. Ia kembali memainkan saxophone-nya, namun kali ini bukan lagu yang mengalun indah yang ia mainkan. Jika sebelumnya ia memainkan perasaan marah pada para perampok di balik keindahan nadanya, kali ini ia lebih berterus terang meneriakkan kekesalannya karena orang-orang disekitarnya tidak mengakui kehebatannya.

“Joongki!!”

Ia tak menghiraukan teriakan-teriakan orang-orang disekitarnya. Yang ia pikirkan hanyalah kesenangan batin karena sebentar lagi orang-orang yang meremehkannya tak akan merendahkannya lagi.

“Selesai.” Joongki tersenyum dan pergi meninggalkan mereka.

.

.

.

Mati. Kota yang awalnya sangat gemerlapan dan berkilauan itu kini hanyalah berupa tumpukan debu. Jasad manusia-manusia congak tergeletak begitu saja di setiap sudut jalan dan rumah. Begitu sunyi, sepi… bahkan desiran angin dapat terdengar sangat jelas.

Satu alasan yang sangat jelas mengapa Joongki begitu yakin bahwa mereka yang meremehkannya tak akan merendahkannya lagi. Mereka akan terbunuh.

Joongki selalu memasukkan jiwanya pada musik yang ia alunkan, terlebih musik juga memasrahkan seluruh keindahannya pada Joongki. Ia pintar memainkan berbagai macam emosi pada lagu yang ia lantunkan.

Nyanyian surga akan terngiang indah saat hati Joongki senang, bahkan burung-burung yang berkicauan dan terbang kesana-kemari pun berhenti di tempat yang terdekat dengan Joongki untuk mendengarkan setiap nada yang keluar. Ia menguasai dengan baik instrumen lagu What a Wonderful World, That Somebody Was You, dan instrumen indah lainnya.

Lantunan kesedihan juga dapat menggema ke seluruh sel-sel tubuh saat Joongki menginginkannya. Ia mengendalikan emosi di sekitarnya hanya dengan saxophone. Kesedihan, rasa bersalah, putus asa, kemurungan yang mendalam, membuat setiap jiwa yang mendengarnya merasa ingin mengakhiri hidupnya.

Dan yang terjadi pada Kota Mewah yang menjelma menjadi Kota Hantu dalam waktu semalam hanyalah Histeria massa*) karena musik yang mereka dengarkan dari Joongki. Musik penuh amarah yang mengguncang jiwa mereka. Mereka marah pada diri mereka sendiri, membanting seluruh perabot rumah mereka, menghancurkannya dengan palu, membakar rumah masing masing, menghujatkan benda-benda tajam pada tubuh mereka satu sama lain hingga akhirnya tak bernyawa. Mereka mati mengenaskan di atas tanah debu yang dulu sangat mereka banggakan sebagai tanah termahal di Seoul.

.

.

.

Breaking News, June 1, 2013

“Perumahan bergaya villa di daerah Samsung-dong berubah menjadi kota hantu dalam waktu semalam. Tak ada satupun orang yang selamat dalam kejadian aneh nan misterius yang baru saja terjadi Jum’at malam lalu. Seperti yang kita tahu, banyak sekali orang-orang berpengaruh di Korea Selatan tinggal di perumahan ini, salah satunya, Song Joongki sang pemain saxophone yang baru-baru ini menjadi mahasiswa terbaik di Harvard University.” reporter Yoon Joo Hee berdiri di tengah gundukan debu dan mayat-mayat yang berserakan demi menyampaikan sebuah berita yang menggemparkan Seoul itu.

Tiba-tiba, camera-man memberi tanda pada Joo Hee bahwa seseorang berjalan di belakangnya dengan wajah muram. Joo Hee menoleh dan mendapati seorang lelaki yang baru saja ia bicarakan, Song Joongki adalah lelaki yang dimaksud sang camera-man.

“Song Joongki-ssi, bagaimana perasaan anda saat tahu tempat ini hancur tanpa sebuah sebab yang pasti?”

Joongki menatap Joo Hee cukup lama, setelahnya ia menatap hamparan debu di depannya dengan tatapan mata sedih.

“4 tahun yang lalu aku meninggalkan tempat ini. Ketika aku kembali dan ingin melepaskan semua kerinduan yang mendalam pada kampung halamanku, tempat ini telah hancur…”

Air mata Joongki mengalir. Entahlah, itu air mata sedih atau air mata bahagia. Ia sendiri bingung apakah dia sedih atau bahagia. Ia tak mampu lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Musik yang ia jadikan Dewa Kehidupan baginya telah membuatnya sesat.

Yang pasti alibinya sangat kuat. Tak ada satu pun saksi mata yang mampu menjelaskan kronologi kejadian pada Jum’at malam itu.

Joo Hee mengakhiri pemberitaannya untuk Stasiun TV Swasta tempat ia bekerja. Ia sempat mengucapkan ungkapan belasungkawanya pada Joongki yang hanya dijawab dengan anggukan, lalu staff acara pergi meninggalkan tempat menyeramkan itu.

Joongki tersenyum sinis.

.

.

.

Pergi ke perumahan kumuh tempat Moon Chae Won tinggal adalah tujuan Joongki selanjutnya. Kali ini ia tak ada niatan untuk mengambil keuntungan seperti saat ia kembali ke tempat tinggalnya semula. Murni karena rasa rindunya yang memuncak pada Moon. Oh, tak lupa ia membawa nyawanya, saxophone. Ia tak bisa lepas dari benda itu.

Joongki tersenyum melihat Moon tengah menanam bunga di halaman rumahnya yang kecil.

“Moon!”

Gadis yang disebut namanya menoleh. Ia tersenyum lebar melihat Joongki berdiri di pekarangan rumahnya. Moon mengangkat rok panjangnya dan bergegas berlari menghampiri Joongki.

Oppa!”

Joongki merengkuh tubuh kecil Moon demi melepaskan semua rasa rindunya yang tertanam lama selama 4 tahun ini. Entah mengapa, rasa benci pun turut ada dalam pikirannya. Mungkin karena Moon pernah bilang bahwa ia akan membenci Joongki?

Bahkan tidak menutup kemungkinan Joongki membunuh Moon dengan cara yang sama.

Joongki punya senjata mematikan yang tersembunyi dalam balutan indah guratan-guratan nada yang tergores di udara.

Oppa, maaf,” Moon melepas pelukan hangat Joongki dan menatap Joongki cukup intens.

“Kenapa? Baru saja aku pulang, kau sudah minta maaf.”

“Aku sering lihat performance oppa di layar tv parabola milik tetanggaku. Oppa terlihat sangat lembut, namun angkuh.”

Joongki mengangkat sebelah alisnya, “apa?”

Moon menggigit bibirnya.

“Apa maksudmu, Moon?” tanya Joongki sekali lagi.

“Joongki oppa yang kukenal adalah orang yang mencintai musik karena orang tuanya. Mencintai musik karena musik adalah sebagian dari jiwanya. Tapi oppa bukan orang yang seperti itu lagi. Oppa memamerkan senyum oppa seolah berkata, ‘lihatlah aku, Song Joongki yang berbakat. Kalian tak bisa menyaingiku’.”

Joongki tersenyum kecil, namun di dalam hatinya ia menggerutu dan mengucapkan umpatan-umpatan yang tak baik untuk ia ucapkan di depan Moon.

“Kurang ajar!! Tahu apa kau tentang diriku?! Jangan kau pikir kau mengenaliku selama 8 tahun terakhir telah membuatmu tahu diriku yang sebenarnya. Kau ingin tahu diriku yang sebenarnya?”

Oppa?”

Joongki merangkul Moon dan mengajaknya memasuki rumah Moon.

“Tak apa, Moon. Ayo ke dalam, kumainkan sebuah lagu yang menjadi andalanku.”

“Benarkah?” Moon tersenyum lega ketika tahu Joongki tak marah padanya. Tanpa ia tahu Joongki yang sekarang bukanlah Joongki yang ia kenal 4 tahun lalu.

Joongki mengangguk pelan, “lagu andalanku ini sangat istimewa,” tambahnya.

.

.

.

Malam setelah ia memainkan Kemurungan Jupiter**) di depan Moon, ia tersadarkan sesuatu. Moon tidak seharusnya mendengarkan lagu itu. Bisa saja Moon bunuh diri.

Sebisa mungkin Joongki berlari ke rumah Moon dari apartemennya untuk mencegah Moon melakukan hal yang biasa terjadi pada semua orang yang mendengar lagu itu.

Namun terlambat. Moon mengakhiri hidupnya dengan mencelupkan diri dalam bak mandi yang berisi air panas dan ia menyayat urat nadinya hingga warna air berubah menjadi merah pekat.

“Moon, Moon…” Joongki menangisi kepergian gadisnya. Namun setelahnya, ia terpikirkan oleh suatu hal.

“Tapi, bukankah dengan begini dia akan menjadi milikku seutuhnya? Bahkan ia tak akan pernah mengkritikku,” ia tertawa kecil, “luar biasa.”

.

.

.

Present

Setelah satu persatu penonton pergi setelah kontes musik klasik selesai, Joong Ki turun dari panggung dan duduk di samping Moon yang nyatanya memang tak mampu bergerak meninggalkan tempat itu. Tubuhnya telah diawetkan oleh Joong Ki, entah bagaimana caranya. Yang jelas, kini Moon benar-benar menjadi miliknya tanpa ia harus sakit hati setiap Moon mengatakan sebuah nasihat untuknya.

“Bagaimana, Moon? Penampilanku bagus? Kau suka ‘kan?”

Joong Ki mencium mesra bibir Moon yang dingin bagaikan es.

THE END

footnote :

*) Histeria massa adalah sebuah pandangan irasional atau perilaku tidak wajar yang menyebar luas kepada sejumlah orang yang sebenarnya bukanlah bentuk tindakan sosial tiada arti yang diarahkan kepada orang lain.

**) Instrumen lagu yang diciptakan tahun 1800-an berjudul Kemurungan Jupiter adalah lagu yang mampu membuat Dewa Kesenangan Yunani, Jupiter, menjadi murung. Setiap nada yang tersusun menghasilkan efek suara yang sangat menyedihkan dan menyayat hati. Partiturnya telah hilang dari museum resmi Yunani dan berkali-kali ditemukan oleh pihak yang salah.

 

33 tanggapan untuk “[Nightmare Maker] Saxophone”

  1. Waduh ini Joongkinya sadis amat .__.
    Setelah membaca FF ini, rasa penasaran saya membuncah dan tangan saya jadi gatel buat search tentang ‘Kemurungan Jupiter’ tapi ditahan karena masih merinding –”
    Kakak.. /sok kenal/ FFnya keren banget ><

    Suka

  2. Maknanya dalem ;-; Ditambah lagi muka Joongki yang cocok buat peran apa aja, sadis cocok sedih cocok hahaha Fighting for other ff!^^

    p.s. Rasanya aku pernah liat judul ff ini di OFWC ya?’-‘)/

    Suka

  3. aishh.. tragis!! sadis!! aduh duhh padahal joongki kan imut dan keliatannya baik tapi disini dia.. T.T ouchh bener-bener deh ga nyangka joongki bisa sekejam itu sama orang-orang trutama ama chaewon T.T pdahal kan chaewon cuman nasehatin dia T.T huaahh masih ga nyangka kepribadian joongki dan permainan saxophone-nya bisa buat orang jadi bunuh diri.. but, aku suka critanya 😀 apalagi castnya joongki dan chaewon 😀 ihii jiwa shipper jadi muncul hoho nice fic thor ditunggu ya fic lainnya 😀

    Suka

  4. Waahh sadis! Bahkan Joongki tega dan gk merasa bersalah udah bunuh Moon walaupun tidak secara langsung 😦
    dan dia bilang LUAR BIASA *loe gila bang Song?* /plak/ duh duh ko’ bisa ada orang kayak gitu? *bisa lah, orang ini fiksi* hehe ^,^

    Tapi aku suka ceritanya, keren! Aku jadi terhanyut dalam FF nih 🙂

    Suka

  5. psycho >< ff psycho selalu bikin aku terkagum-kagum sendiri. hal yang aneh menjadi asyik /what!?/ di sini 😀

    tapi aku masih bingung, surrealism-nya ada dimana hehe

    great ff ^^ aku tunggu ff psycho selanjutnya, sasphire ! jja yo~

    Suka

    1. dimana letak surealis-nya penulisnya yang punya ide gaje kayak gini XD #pakk
      gak kok, surrealis-nya bisa dilihat dari lagu, mana ada lagu yang bisa bikin orang bunuh diri? -_-” itu bukan alasan yang cocok yah? XD nanti aku ganti deh.. hahah #ketawamiris

      iya, setuju aja, psycho emang bikin semua cerita jadi asik 😆

      panggil aku sasa ajah, ok? aku manggil kamu apa enaknya? 😀

      makasih review-nya ^^

      Suka

    1. aa… panggil aku sasa aja ya.. gampang sungkan gitu dipanggil author XD ok.. kalo aku gak labil XD aku juga suka YoungKi couple soalnya XD (Boyoung – Joongki)

      makasih ya ^^

      Suka

  6. Akhirnya ada ff ChaeKi couple
    joongki oppa di sni serem jadi pyscho gtu ya,,? Hadeuh knpa oppa sadis bgt sma chae won eonnie, kasian chae won hadeuh ngeri nih ngebayangin ff ini haha

    buat ff chaeki lagi ya thor^^

    Suka

  7. Ah…pikiran joongki kesumbet saxophone kali yak ..? Semua orang pada dibunuh gitu,
    dasar psikopat,,mentang2 udah terkenal eh dy mau ngendaliin semuanya,
    cewenya sendiri dibunuh pula Y.Y
    kasian moon,dy kan gak ada maksud buat benci joongki tapi ngelakuin itu cuma supaya bisa ngerelain joongki pergi Y.Y
    oh iya di atas ada typo pas kalimat “menghujatkan benda-benda tajam pada tubuh mereka…”
    mungkin maksudnya menghujamkan?
    Menghujat itu kan berkata2 kasar sama orang lain…
    Tapi keseluruhan aku sukaaaaa pake banget sama ff nya,
    bahasanya enak dibaca…idenya keren,
    keep writing ya ^^

    Suka

  8. Anjrit ini mengerikan. Kesombongan Joongki bisa membunuh Chaewon, wanita dicintainy sekalipun.
    Tapi kamu tepat bgt memilih Chaeki jd cast disini, aku jg suka mereka. Aku bayangin Joongki persis kayak di drama Nice Guy. Bikin ff ttg mereka lh donk.
    Pemilihan kata katany jg mrngalir bgt dan bikin memutar balik emosional.

    Suka

    1. kakak… maap telat bales review-nya huhu T_T

      ff tentang mereka proses kak, mungkin masuk series-nya Atlantis Series, kalo gak Nightmare Maker, kalo gak Nightmare /eaaa

      makasih kak rivyu-nya :”

      Suka

  9. ka serius ngena banget kaaa! setiap paragrafnya pasti ada yang bikin ‘deg’ penasaran sih sama ‘kemurungan bulan’ tapi takutT^T nnati kaya moon, lah?-_- keep writing ka!! akhirnya aku mulia tertarik genre surrealism, phsyco #jadicurcol overall keren banget kaaaaa!!

    Suka

  10. HAAAAAI KAK SASA MAAF YA AKU TELAT DATANG DAN ASDFGHJKL BANGET DEH INI TELATNYA ;AA; kakak minta kapan di review tapi baru bisa sekarang T_T /sigh
    pertama kau gatau harus ngomong kaya apa, akrena komenku sudah diwakilkan dengan yang diatas-atas itu.. JOONGKI SADIS! gilaa, kak sasa jagonya deh bikin fic beginian, sadis, psycho tapi tetep keren 😀

    oh ya ini review-nya ya kak 😉 tapi kurasa tulisan kak sasa makin baik dari pertama kali aku baca fic kakak yang dulu dulu deh 😉 mungkin review ini juga percuma karena pasti kak sasa udah tahu di mana letak kesalahannya u,u

    1. saxophone-nya -> saxophone-nya. Jadi, ditulis miring gitu kak..

    2. ….piala keemasan berbentuk simbol nada G, “congratulations.”… -> karena congrats disini itu merupakan ucapan selamat jadi ditulis: ….simbol nada G,”Congratulations!

    3. Nafas -> napas

    4. …ia tersenyum sinis dan berdesis, “suatu saat kalian akan tahu, aku tidak bermain-main.”.. -> entah kenapa aku banyak nemuin kalimat percakapan yang ditulis salah kaya yang diatas itu. Jadi yang betul: ….ia tersenyum sinis dan berdesis,”Suatu saat kalian akan tahu,……” jadi, awal percakapan selalu ditulis besar, kecuali pada kondisi tertentu.

    5. manusia congak tergeletak -> mungkin maksudnya congkak kali ya..

    6. …Dan yang terjadi pada Kota Mewah yang menjelma… -> ditambahkan tanda kutip atas ya kak karena itu kan merupakan persepsi dan memiliki suatu arti tertentu–sindiran, jadi: …yang terjadi pada ‘Kota Mewah’ yang menjelma….

    nah cuman segitu yang aku temuin, untuk selebihnya karya kak sasa keren deh! 😀 aku salut 😉 dari dulu pengen buat fic semacam ini tapi merinding sendiri deh akhirnya 🙄 lol :mrgreen: dan kurasa tipikal fic kak sasa itu cinta buta alias cinta yang terlalu begimana gitu sampai si cowok/cewek berani buat ‘matiin’ orang yang dicintainya biar sehidup semati -,- okesip aku mulai merinding..
    dan, aku ga kebayang deh, terus juga gamau bayangin gimana bisa si Joongki ngehipnotis orang biar bisa bikin diri mereka mati gitu aja -,- oh Joongki punya kekuatan yang bener-bener bahaya ya -__-

    terus aku bingung si Joongki itu sebenernya suka Moon apa ga sih, tapi aku suka deh cara si cewek manggil dirinya sendiri itu dengan panggilan ‘Moon’ aduh kesannya unyuk manis di telingaku :3 aku ijin buat make sebagai nama OC cast cewe di fic-ku yang belum jadi boleh ngga kak? ._. /slap
    ehtapi mukanya si Joongki di poster cocok banget sama karakter gilanya dia di fic ini deh -_- cuman aku lebih seneng kalau ditambahin ada suling sakti disana (?) saxophone itu alat musik yang sejenis suling sakti kan kak? ._. apa bukan ya? NTAR JANGAN-JANGAN BEDA, HAHAHHA /gantung diri/

    oke sekian review gaje dari aku, maaf barangkali ada kesalahan kata atau terkesan sok menggurui, kita sama-sama belajar kak 😉 sebelumnya, makasih banget kakak udah banyak review fic aku sedangkan aku belum T_T, setelahnya, semoga review ini bermanfaat. Bye kak 😀

    Suka

    1. AAA ADEKKU DATENG JUGA!!!!! :””DD

      gak pa-pa dek, yang penting tepat janji, aku mah gak pernah mempersalahkan lama-cepetnya sejak aku minta review dek, yang penting di review aja 😆

      aduh xD entahlah, ini mau bikin novel kok ya ujung-ujungnya ke horror xD nasib nasib

      yak, makasih review typo-nya, tapi berkurang ya ky, typonya? :” entahlah, baru-baru ini ada FF yang typo-nya banyak gara-gara ngetiknya pas sakit, terus gak sengaja nge-klik publish -_- terus aku biarin aja, soalnya males ngedit, pusing -_-” //digampar

      iya sih, intinya gitu, haha 😆 sebenernya ini ada lanjutannya lho. si cowok ngawetin tubuhnya si cewek biar bisa jadi ‘miliknya’ selamanya, tapi jadinya kayaknya porno deh, jadi gak ada deh scene itu -_-”

      sebenernya suka, cuma dia udah dibutakan sama kekuasaannya gitu lho, aduh, gimana ya, soalnya ada aja gitu kasus orang psikopat yang bunuh pacarnya gara2 gak sependapat //tapi bener dek, aku gak kayak gitu. kalo gak sesuai, aku putus aja /lah?

      boleh boleh xD nama itu bagus lho, kalo FFnya dah jadi, tag aku ya //eaaaa

      aduh, suling sakti? xD iya sih, emang alat tiup, ya kayak seruling, cuma yang bentuknya kayak terompet gitu lho. aku nyebutnya ‘terompet’ dulu. kamu tahu alat yang dimainkan kim bum buat kim so eun di BBF gak, yang di club? ya alat itu xDD sebenernya bukan alat musik sakti, cuma musiknya saxophone itu, mau nge-bit mau nge-slow jadinya tetep bikin orang tidur -_- efeknya nyenyakin banget //apaan tuh//

      bentar, emang aku udah review fic kamu yang mana aja? baru Swan Black 4 part lengkap itu kan? ._. setelah KPP selesai aku mengotori fic-mu ya dekkkk…

      BTW, kamu masih inget FFku yang Breaking the case? ._.v

      makasih komennya yang panjang dek :””

      Suka

  11. Agak bingung sih bacanya –” tapi akhirnya ngerti juga… YEAY~!
    Tapi maaf feelsnya ngga dapet kak. #jeder

    Tapi perasaan Joongki hebat banget ya… Dalam semalem bisa membunuh seisi kota. Keliling-keliling sambil main saxophone gitu? Ngga cape apa? =_=

    Btw, Joong, kalo kamu bisa bunuh orangnya pilih-pilih (maksudnya yang jahat mati, yang baik ngga), sini datang ke Indonesia, terlebihnya ke pemerintahan.
    BUNUH SEMUA KORUPTOR DI SINI! #dor

    Oh, iya, Joong,
    Kalo misalnya ada orang nanya,
    “Pak, pacarnya ya? Kok diem aja?”
    Kamu mau jawab apa?
    “Iya Bu, udah tewas soalnya.”
    Ngga kan?
    #JanganBunuhAku

    Kak-_- Aku udah ngga tau harus nulis apa lagi
    Cuma segitu aja yang bisa aku tulis, soalnya kan aku ngga terlalu ngerti.. dan feelsnya ngga dapet #SujudMaaf

    Udah ya?
    Maaf kalo reviewnya ngga memuaskan.
    Maaf kalo ini review telatnya setengah mati-_-
    Dadaaaah~

    Disukai oleh 1 orang

Leave Your Review Here!