Intrigue (Chapter 2)

intrigue 2

Tittle

INTRIGUE

Scriptwriter

misskangen

Duration

3 Shots

Genre

Romance, Drama

Rating

General

Main Cast

Im Yoon Ah (SNSD), Choi Siwon (Super Junior)

Support Cast

Im Seulong (2AM), Shim Changmin (TVXQ), Jung Jessica (SNSD), Im Sung Han (OC)

Disclaimer

Cerita ini adalah fiktif dan murni karangan penulis. Bila terdapat kesamaan cerita dengan kehidupan nyata maka itu suatu kebetulan semata. FF ini sebelumnya telah di-publish di WP YWK dan WP pribadiku

Summary

Ini adalah kisah singkat bagaimana seorang wanita menjalani hidupnya yang dipenuhi beragam intrik dan konspirasi. Di saat satu masalah membuatnya kalut, tapi masalah lain juga datang membuat hidupnya makin complicated. Apa yang akan dilakukannya untuk bertahan, haruskah mengalah atau tetap mempertahankan ego dan harga diri?

INTRIGUE 2 : WHEN THE SCANDAL WAS STARTED

Sung Han!! Namja itu ada disana juga, dan itu kebetulan sekali. Yoona pun tak membuang kesempatan untuk mendapatkan informasi penting terkait percobaan namja itu untuk berbuat curang terhadap perusahaan keluarganya. Seseorang tak dikenal tiba-tiba membekap Yoona dari belakang telah mencegah aksinya mengikuti namja bernama Im Sung Han sampai ke kamar apartemen bernomor 38 itu. Bagaimana Yoona akan menyelesaikan masalah baru yang mungkin timbul karenanya, apakah ini akhir dari firasat buruknya??

 

Yoona POV

Aku menggeliat berusaha melepaskan tubuhku dari cengkeraman namja itu. Aku tak bisa berteriak karena mulutku masih dibekap. Aku hampir kehilangan tenagaku melawan kekuatan namja itu, mungkin juga efek dari alkohol yang ku minum di bar sebelumnya.

Akhirnya dekapan namja itu merenggang, aku mulai mengatur napasku yang mulai terasa sesak karena dibungkam olehnya. Aku tak percaya mendapati namja yang berdiri dihadapanku, orang yang telah menyanderaku beberapa detik yang lalu, Choi Siwon. Aku terdiam tak percaya melihatnya yang menatapku dengan tatapan nanar.

“Apa yang kau lakukan di tempat ini, nona Im? Mengapa kau mengikuti pria itu sejak dari klub? Siapa pria itu dan ada hubungan apa kau dengannya?” nada marah jelas terdengar dari tiap kata yang keluar dari mulutnya. Jelas terlihat bahwa namja itu saat ini berusaha untuk menginterupsi kegiatanku barusan, aku rasa orang itu pura-pura lupa kalau aku benci siapapun yang mencoba mencampuri urusanku.

“Apapun yang kulakukan disini dan siapapun yang ku ikuti semua itu bukan urusanmu! Lagi pula kau sendiri mengapa bisa berada disini, kau mengikutiku ya?” aku balik menatapnya dengan galak. Aku menyadari bahwa kami tidak hanya berdua, masih ada lima orang lainnya yang aku yakin adalah bodyguardnya.

“Ya, aku memang mengikutimu. Aku rasa tidak sepantasnya kau nekad mengikuti pria itu siapapun dia. Kau itu wanita dan hanya seorang diri, bagaimana bila sesuatu yang buruk menimpamu?”

“Aku rasa kalaupun terjadi sesuatu yang buruk, itu adalah masalahku. Kau tidak perlu merasa terbebani dengan itu.” Sergahku.

‘Terbebani? Dengar baik-baik nona Im, mulai sekarang kau adalah tanggung jawabku, karena kau adalah tunanganku. Aku hanya tidak ingin di cap sebagi pria tak bertanggung jawab oleh keluargamu!” hardiknya. Ya ampun, apa pria ini sudah salah minum obat atau terlalu banyak mengkonsumsi alkohol sampai bicara melantur seperti itu. Mudah sekali ia mengatakan mengambil alih tanggung jawab atas diriku.

“hanya karena kau takut di cap sebagai pria tak bertanggung jawab, bukan berarti kau jadi sok perhatian padaku. Aku-tidak-butuh-semua-itu!!!!” teriakku sambil berlalu pergi. Aku langsung meninggalkannya dengan perasaan dongkol karena kehadirannya membuatku gagal menyelidiki Sung Han di apartemen barunya.

Kacau balau! Ungkapan itu yang pantas untuk kejadian hari ini. Sudah lama aku mencoba mengumpulkan potongan demi potongan petunjuk dengan usaha yang cukup menyita waktu dan  konsentrasi. Di saat aku bisa mendapat satu potongan dari puzzle misteri karakter Im Sung Han, tetapi secepat kilat pula kesempatan itu lenyap di depan mata. Semua hanya karena kehadiran satu orang – Choi Siwon. Padahal namja itu baru saja masuk ke dalam kehidupanku, dan kehadirannya pun tak pernah aku harapkan bahkan tanpa ada sinyal pertanda sedikitpun. Tapi namja itu sukses membuat duniaku mulai jungkir balik.

Harusnya aku tak kehilangan kesempatan langka untuk menunjukkan betapa busuknya seorang Im Sung Han. Tapi seiring berubahnya minatku untuk melanjutkan aksi nekad dengan mencoba menerobos dinding kekuasaan seorang Choi Siwon, maka aku mengakui aku telah kalah dengan emosiku malam ini. Namja itu memang sangat berkuasa, tentunya dia akan melakukan segala cara bila mengingat karakternya yang mulai kupahami sedikit sulit untuk ditebak. Aku harus meyakinkan diriku kalau aku tidak kalah, tapi aku hanya mengalah… mengalah pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Jadi aku putuskan untuk menunda penuntutan ganti rugi atas perlakuan Siwon, karena aku yakin dia akan menginterogasiku lebih jauh terhadap kelakuanku tadi.

Aku segera memacu mobilku meninggalkan parkiran apartemen itu. Beberapa saat kemudian aku melihat dari kaca spion 2 mobil yang sedari tadi mengikutiku. Aku yakin salah satu mobil itu pasti milik Choi Siwon. Aku semakin merasa aneh dengan tingkahnya yang tiba-tiba menjadi begitu protektif. Entahlah itu suatu kesengajaan atau memang orang itu punya karakter tersembunyi, aku tak peduli. Aku hanya merasa sikapnya yang seperti ini suatu saat akan menjadi beban bagiku.

-0-

“Aku pikir kau terlalu gegabah bila melakukan investigasi sendirian. Aku sangat khawatir sesuatu yang buruk menimpamu,” jelas sekali Seulong Oppa tak menyukai ideku yang mengikuti Sung Han kemarin malam. Tahu begitu, aku tak kan bercerita padanya bila kelanjutannya dia melarangku beraksi yang aneh-aneh. Aku jadi teringat dengan ekspresi Siwon ketika mendapatiku berada di apartemen itu.

“Kenapa reaksimu sama persis dengan Choi Siwon kemarin malam. Aku kan baik-baik saja, kalian berlebihan!”

“Mworago? Choi Siwon kenapa bisa ada disana? Kau pergi bersamanya??”

“a..anii… Choi Siwon sengaja menguntitku!”

“Bagaimana mungkin dia bisa tahu kau akan pergi kesana?”

“Sebelumnya aku bertemu dengan Siwon, dan aku pergi begitu saja waktu aku melihat Sung Han. Jadi tanpa kusadari dia mengikuti sejak awal.”

“Hahhhh, syukurlah ada orang yang mau repot mengawasimu. Aku tak menyangka seorang Choi Siwon punya kebijaksanaan seperti itu.” Aku hanya memberikan pandangan kesal pada kakakku atas pujiannya untuk Siwon.

“Maaf Sajangnim, ada seseorang bernama Choi Siwon ingin bertemu dengan Nona Im. Beliau sudah menunggu di lobby kantor.” Sontak aku menoleh pada sekretaris Seulong Oppa karena tak percaya dengan berita yang disampaikannya.

Nugu? Choi Siwon?? Untuk apa dia datang ke kantor?” aku menoleh pada Seulong Oppa dengan tatapan penuh tanya. “Mana aku tahu. Yang jelas dia ingin bertemu denganmu, jadi sebaiknya kau segera temui dia.”

Mau tidak mau aku harus menemui Siwon. Kepalaku penuh dengan pertanyaan dibalik kedatangan Siwon ke kantorku. Mungkinkah ia sengaja datang hanya untuk menunjukkan lagi bagaimana kehidupannya sebagai pewaris kerajaan bisnis seorang taipan Korea?? Kalau soal itu aku sungguh tak tertarik.

Aku melihatnya duduk di sofa lobby sambil melipat kaki dengan gestur tubuhnya yang terlihat seperti seorang bos besar yang menunggu klien datang. Oh ayolah Yoona, dia memang seorang bos besar. Tapi aku tak melihat satupun bodyguard yang biasa dibawa nya.

“Ada urusan apa kau datang kesini, Op-pa?” Aku sengaja menekan kata ‘Oppa’ untuk menyindirnya. Dia tersenyum singkat dan berdiri menghampiriku. “tentu saja aku ingin bertemu denganmu, jagiya”. Kata itu lagi! Entah kenapa kata itu seharusnya terdengar manis bila diucapkan oleh seorang kekasih, tapi bila keluar dari mulutnya seolah hanya sebuah rayuan gombal untukku. “Oh come on dear, kenapa diam saja. Aku hanya ingin mengajakmu makan siang di luar.” Siwon menarik tanganku membawaku keluar kantor, menuju mobilnya.

“Memangnya kau tidak punya pekerjaan sendiri selain merecoki kesibukan orang lain?” semburku begitu sampai di sebuah restoran mewah. Dia tersenyum lebar, memperlihatkan kedua lesung pipinya. Tapi saat ini aku sedang tidak ingin terpesona. “Kalau cemberut seperti itu kau terlihat sangat lucu,” cengirannya semakin lebar. “Aku tidak tanya pendapatmu tentang ekspresi wajahku. Sekarang cepat katakan apa sebenarnya tujuanmu menyeretku kesini.”

“Tentu saja kita mau makan siang. Kau ini ternyata memang berbeda dari perkiraanku. Kau ini lumayan galak untuk wajah semanis yang kau miliki.” Aku tak suka melihatnya tersenyum separuh begitu karena terkesan mengintimidasi dan dapat mengganggu konsetrasiku. “Aku tidak akan termakan rayuanmu, Oppa. Jadi langsung saja katakan apa maumu!”

“baiklah… dengarkan aku baik-baik, aku tidak akan mengulanginya sampai dua kali.” Aku langsung memasang wajah serius menunggu pernyataannya. “Mulai sekarang kau adalah tanggung jawabku, keselamatanmu adalah prioritasku. Aku akan mengawasimu 24 jam, kalau perlu aku akan mengirim bodyguard untuk mendampingimu.” Aku tercengang dengan kalimatnya.

“Tanggung jawabmu, kenapa kau membahas itu lagi! Kau pikir aku anak kecil yang harus diawasi 24 jam.” Suaraku mulai meninggi. “Pengalaman menguntitmu kemarin malam membuatku khawatir kau akan terjerat masalah dengan orang-orang yang tak seharusnya berhubungan denganmu.”

“Aku bukan tipe orang yang suka mencari masalah dengan sembarang orang.”

“lalu kenapa kau muncul di apartemen yang sering didatangi oleh para mafia?”

“Mafia? Apa maksudmu? Aku tidak pernah berurusan dengan mafia!”

“Jadi kau tidak tahu bahwa kau mulai masuk ke dunia seperti itu? Kau ini sungguh berpikiran sempit. Aku bersyukur kemarin malam bisa mencegahmu masuk lebih jauh. Memangnya siapa yang kau ikuti, apakah orang itu punya masalah denganmu?”

Aku tak bisa menjawab pertanyaannya – belum bisa. Aku masih kaget dengan kecerobohanku yang sama sekali tak mengetahui perihal mafia yang disebutkannya, jadi benarkah Sung Han ada kaitannya dengan para mafia? Apa sebenarnya yang menjadi tujuan Sung Han berhubungan dengan mafia? Jangan-jangan ada kaitannya dengan perusahaan Appa.

“Kenapa kau diam saja? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” suaranya membuyarkan lamunanku. “Aniyaa. Hanya saja aku belum bisa mempercayaimu. Aku masih belum punya alasan tepat untuk mengatakannya padamu. Lagi pula kenapa kau harus repot-repot sok menjadi pelindung bagiku?”

“Karena kau adalah asetku.” Aset? Apa maksudnya aku ini asetnya. “kau pikir aku ini hotel atau perusahaan, seenaknya saja kau mengatakan aku adalah asetmu,” sergahku. “Kau bahkan aset yang lebih penting dari hotel dan perusahaan.” Aku mengerutkan dahi tanda tak mengerti. Memangnya hal apa yang lebih berharga dari hotel dan perusahaannya yang sangat mewah dan dapat membuat orang awam mati berdiri bila harus menghitung betapa besar harga untuk itu semua. Choi Siwon, aku harap itu bukan sesuatu yang mengada-ada dan bisa membuatku sesak napas.

“Bagaimanapun kau adalah calon istriku. Kelak kau yang akan melahirkan anak-anakku yang nantinya akan menjadi pewarisku. Hotel dan perusahaan sebesar apapun tidak akan ada gunanya bila tak ada yang akan melanjutkannya di masa depan. Maka dari itu aku menyebutmu sebagai asetku.”

Jantungku tiba-tiba saja berdetak sangat cepat, pipiku terasa panas karena aliran darah yang tiba-tiba menyeruak dibawah kulitku, pasti sekarang wajahku memerah. Aku merasa cukup tersinggung, tapi juga muncul sedikit rasa yang aku tak mengerti mengapa bisa ada. Satu rasa yang bisa disebut sebagai aura bahagia. Namun sebentar saja rasa itu sudah berganti seiring emosiku yang ingin meledak. Tanganku meraih segelas air di atas meja, aku ingin sekali menyiramkan air itu ke wajahnya. Aku berhasil menahannya karena aku tak mau mempermalukan diriku sendiri.

Aku tahu dia menyadari apa yang hendak kulakukan. Dia hanya memandangiku dengan tatapan yang aku sendiri tak dapat menafsirkannya. “Apa kau tersinggung dengan ucapanku barusan?”

Aku menarik napas panjang mencoba meredakan emosiku. “Siapa yang tidak akan tersinggung bila dianggap hanya sebagai mesin untuk melahirkan anak!! Yaak, Choi Siwon… bukankah kau sangat populer dikalangan wanita.. kau kan bisa dengan bebas tidur dengan mereka. Minta saja mereka yang melahirkan anak-anakmu!” Aku gagal total, akhirnya emosiku meledak juga.

“Satu hal yang harus kau tahu, nona Im. Walaupun aku sangat populer dan mengenal begitu banyak wanita cantik di luar sana, bukan berarti begitu mudahnya aku akan tidur dengan wanita-wanita itu. Kalaupun aku melakukannya, maka mereka yang akan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia karena bisa seranjang dengan seorang Choi Siwon. Tapi aku bukan pria yang sembarangan membawa wanita masuk ke dalam kamarku. Aku memilihmu dan aku menginginkanmu untuk mengisi posisi itu karena aku menginginkan yang terbaik untuk anak-anakku kelak.”

W-o-w… ternyata masih ada sisi bijaksana dalam dirinya walau hal itu dibarengi egoisme dengan kadar yang cukup mengkhawatirkan. Aku pikir yang ada dalam pikirannya adalah hidupnya saat ini mengingat dia sangat menyukai segala kesenangan dan kenikmatan dunianya yang berkarakter all about hedon. Sungguh mengejutkan dia juga berpikir tentang hidupnya di masa depan bahkan sampai pada kehidupan keturunannya. Saat ini di pikiranku mulai muncul kekaguman pada dirinya, dan aku juga buru-buru menghalaunya. Aku tak mau terbawa perasaan sehingga dengan mudah penilaianku akan berubah total tentang dirinya dan malah akan menjerumuskanku ke dalam perangkap cintanya. Aku tak mau jatuh ke pelukannya secepat itu.

“Ch, kau menyadari betapa memuakkannya sikapmu yang sok berkuasa itu tapi tetap saja kau menjadi pria paling arogan yang pernah kutemui. Simpan saja semua khayalanmu itu untuk dirimu sendiri karena aku sama sekali tak tertarik.”

“Seberapa keraspun kau menyangkal itu akan tetap terjadi. Kau hanya takut menghadapi masa depanmu dengan bayangan keharusan hidup dengan pria sepertiku.” Yang dikatakannya barusan seratus persen benar! Aku memang berusaha mati-matian menyangkal kenyataan keharusan diriku untuk membina satu hubungan sakral dengannya. Kalau bisa aku ingin berlari sejauh mungkin dari realita yang seakan menjelma sebagai pedang tajam menghunus yang sudah menggantung di atas kepalaku dan siap untuk memenggal kepalaku. Tapi raga dan jiwaku seperti sudah terpaku rapat ditempatku, aku tak bisa berbuat apa-apa.

“Selain sombong, kau juga mempunyai kepercayaan diri yang sangat tinggi ya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana hidupku nantinya bersamamu. Aku rasa aku akan seperti berada di neraka!”

“Kenapa kau hanya berpikiran negatif, itulah alasannya mengapa aku ingin kau kenal kehidupanku lebih jauh. Mungkin kau bisa dengan mudah masuk dan beradaptasi ke dalamnya.”

“Sudah aku katakan, aku tidak tertarik dengan hidupmu. Lantas mengapa tak kau saja yang mencoba belajar bagaimana kehidupanku. Ah… itu tidak mungkin. Seorang bos besar sepertimu jelas akan kesulitan beradaptasi dengan kehidupanku yang tidak seperti layaknya kalangan jetset itu.” Dia diam saja tidak berusaha menanggapi kata-kataku.

“Aku anggap diammu sebagai jawaban tidak untuk itu. Jelaslah bahwa kau sungguh pria yang egois. Kau hanya ingin orang lain yang menyesuaikan diri padamu, tapi kau sendiri tak sedikitpun berusaha memahami bagaimana bila kau menjadi orang lain.” Aku bangkit dari tempat dudukku dan beranjak pergi sampai tangannya menahanku.

“Kau mau pergi kemana? Bahkan makan siangnya saja belum kau sentuh sedikitpun.” Aku mengikuti arah pandangannya pada hidangan yang baru saja diantarkan waitress ke atas meja. “Aku sudah kehilangan nafsu makanku. Apalagi bila harus makan semeja dengan orang egois sepertimu, aku tidak berselera sama sekali. Aku harus segera kembali ke kantor, kau tidak perlu mengantarku.” Suaraku terdengar sangat ketus, tapi biarlah… aku sudah terlalu emosi dengan sikap dinginnya. Aku terburu-buru berlalu meninggalkannya yang masih duduk diam di kursinya.

 

Yoona POV End

-0-

“Yoona, cepatlah turun. Tamu kita sudah datang.” Teriak ibu Yoona yang sejak tadi mengetuk kamar tapi tak kunjung dibuka oleh sang anak. Yoona terpaksa menghindari ibu dan kakaknya sementara ia sedang berbicara secara sembunyi-sembunyi dengan seorang detektif yang secara khusus dimintanya untuk menyelidiki kegiatan Sung Han di sekitar apartemen mewah itu dan termasuk klub malam yang sering dikunjunginya.

Yoona beruntung memiliki seorang teman dari kepolisian sehingga dengan mudah mendapatkan seorang agen atau detektif untuk mengamati gerak-gerik musuhnya, Sung Han. Yoona semakin yakin jika Sung Han memang musuh dalam selimut. Apalagi ditambah dengan keterangan lanjutan dari detektif itu. Yoona sengaja meminta bantuan detektif karena merasa Siwon memberlakukan ancamannya mengawasi gadis itu 24 jam. Sebenarnya Yoona sangat jengah karena sudah seminggu ini kondisi itu berlangsung dan membuat ruang geraknya jadi sempit.

Kakaknya sendiri sependapat dengan Siwon, kalau Yoona perlu diawasi karena dikhawatirkan akan melakukan kecerobohan yang membahayakan dirinya sendiri. Hal itu semakin memaksa Yoona untuk beraksi secara diam-diam.

Setelah menutup teleponnya, Yoona segera beranjak meninggalkan kamarnya untuk menemui tamu yang diundang oleh ibunya yang katanya spesial itu. Yoona melihat seorang wanita paruh baya yang begitu anggun tersenyum padanya. Senyuman itu begitu ramah. Tapi Yoona tak mengenal wanita itu.

“Yoong, perkenalkan ini adalah Nyonya Choi. Beliau adalah calon ibu mertuamu.” Yoona terperanjat dengan keterangan ibunya. Ibu mertua? Itu artinya wanita itu adalah ibu Choi Siwon. Mengapa wanita itu tiba-tiba muncul di rumahnya? Yoona berharap tujuannya bukan untuk mempercepat pernikahannya.

“kau pasti bertanya-tanya mengapa aku bisa berada disini. Tentunya aku ingin mengenal calon menantuku lebih jauh, jadi aku memutuskan segera pulang dari pengobatanku di Amerika hanya untuk melihat calon menantuku dari dekat.” Ibu Siwon seperti bisa membaca pikiran Yoona.

Yoona tersenyum kecut mendapati kenyataan sedang berhadapan dengan calon mertuanya. Sedangkan Nyonya Choi justru bersikap sangat hangat dan tak sedikitpun berusaha mengintimidasi Yoona.

“Boleh aku berbicara empat mata dengan Yoona?” suara Siwon yang tiba-tiba muncul belakangan membuat Yoona kaget. Ibu Siwon memandangi Yoona menunggunya menjawab. “Baiklah, ikut aku Oppa.” Yoona berjalan menuju taman belakang rumahnya diikuti Siwon yang sengaja tidak menyamakan langkah dengan Yoona.

“Apa yang ingin kau bicarakan padaku?’ tanya Yoona malas. Siwon menghela napas singkat, “Mianhae… aku minta maaf untuk sikapku beberapa hari yang lalu. Aku rasa aku sudah terlalu kasar padamu waktu itu.”

“Ch, selama itukah kau berpikir untuk meminta maaf. Aku sendiri tak yakin kau tulus melakukannya atau tidak.”

“Aku baru datang kesini karena selama beberapa hari ini aku sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jepang. Aku menyesal karena sudah meremehkanmu dengan semua kata-kataku waktu itu. Aku benar-benar minta maaf.”

Yoona masih diam, berpikir akan keputusannya. Tanpa diduga Siwon menggenggam tangannya lalu mencium jemarinya dan kemudian meletakkan punggung tangan Yoona di pipinya. Yoona masih terpaku melihat tindakan Siwon. “Kau akan memberikanku kesempatan kan?” Yoona sejenak berpikir kemudian ia mengangguk, sepertinya gadis itu mulai melunak pada Siwon. Mungkin karena perlakuan romantis Siwon padanya. Siwon pun mengambil kesempatan mengecup dahi Yoona selama beberapa detik.

“Mulai sekarang kau juga harus memberikan kesempatan bagiku untuk memperlakukanmu layaknya seorang princess. Aku akan berusaha memberikan service terbaik untukmu.”

“Sudah cukup, kau tidak perlu memaksakan dirimu berlaku seperti yang kau katakan karena aku tak membutuhkannya. Aku tak mau disamakan dengan para wanita yang kau kencani di luar sana. Sebaiknya kita kembali, aku tak mau mereka menunggu lama.” Yoona memutuskan kembali kepada kedua wanita yang sedang menunggu mereka di ruang makan. Siwon menatap punggung Yoona sambil tersenyum penuh makna.

Aku tahu kau berbeda dan kau begitu spesial, karena itu aku tertarik padamu, batin Siwon.

-0-

Yoona POV

“Kau tahu, ini adalah hal paling gila yang pernah aku lakukan,” sungut Jessica setibanya kami di Retro Club. Ya… aku kembali datang kesini. Tapi kali ini segala sesuatunya berbeda. Aku tidak datang sendirian, aku sengaja menyeret Jessica dan pacarnya, Taecyeon. Aku memaksa Jessica untuk menemaniku dengan berbagai iming-iming yang sempat membuatnya sakit kepala.

“Kalau bukan karena aku mengkhawatirkanmu yang pasti akan nekad kesini sendirian, aku tidak akan pernah mau berdandan norak begini. Awas saja kalau ada yang berani menyamakan aku dengan wanita-wanita murahan yang ada disini.” Gerutuannya membuatku memutarkan bola mata. Sesungguhnya Jessica benar, saat ini dandanan kami sudah sebelas dua belas dengan para pengunjung wanita di klub ini.

Aku saja sengaja bermake-up tebal dengan warna lipstick merah menyala, ketika memandang cermin dandananku persis seperti penyanyi opera. Apalagi melihat busanaku, aku menggabungkan warna hitam dengan aksen emas pada kaus ketat yang kupakai. Kaus dengan lengan tiga perempat itu kurasa cukup mengekspos lekuk tubuhku, apalagi aku hanya mengenakan hot pant hitam. Sangat menggoda – itulah yang dikatakan Jessica ketika pertama kali melihatku memakai kostum itu. Tapi dengan begini aku berharap bisa menyamarkan identitasku, terlebih untuk mengecoh mata-mata Siwon.

Aku berencana ingin memergoki langsung Sung Han yang menurut informasi dari detektif yang ku sewa sering melakukan transaksi di klub ini. Aku tak tahu transaksi apa yang dilakukannya dengan para mafia di tempat ini, perkiraan sementara adalah obat-obatan terlarang. Yang aku takutkan adalah Sung Han akan membawa nama perusahaan, karena selama ini perusahaan keluargalah yang menopang sebagian besar keuangan untuk hidupnya.

Aku mengedarkan pandanganku ke seantero ruangan utama di klub ini. Lampu remang-remang dan suara musik yang keras membuatku harus memusatkan konsentrasi untuk menemukan apa yang aku cari. Sementara itu aku merasakan tatapan nakal dari banyak pria di sekitarku, aku berusaha mengabaikannya demi mewujudkan misiku menemukan Sung Han.

Aku merasakan satu tepukan di bahuku. Segera aku menoleh dan tak kusangka aku harus bertemu dengan orang yang tak kuharapkan. “Kau Yoona kan?? Apa yang sedang kau lakukan disini?? Mengapa kau bisa berada di tempat seperti ini lagi, kurasa Siwon tidak sedang berada disini sekarang.”

“Aku kesini tidak ada hubungannya dengan Siwon, Changmin-ssi. Aku punya urusan sendiri disini, jadi aku harap kau tidak perlu mencampuri urusanku.” Changmin memegang tanganku, mencoba menahanku yang berusaha pergi.

“Jangan bertindak yang tidak masuk akal, Yoona-ssi. Aku sangat yakin Siwon tidak akan menyukainya. Kau sendirian?”

“Sudah aku katakan untuk tidak mengganggu urusanku dan selama kau tidak mengatakan sesuatu pada Siwon, maka dia tidak akan bereaksi berlebihan. Dan aku juga tidak sendirian, aku bersama dua temanku.” Pandanganku mengarah pada Jessica dan Taecyeon yang berdiri tak jauh dariku.

Aku mulai mendapati titik terang keberadaan Sung Han. Dia bertemu dengan dua orang pria yang berpakaian serba hitam. Mereka sepertinya sepakat pergi ke suatu tempat. Instingku mengatakan kalau kali ini aku akan berhasil mendapatkan bukti kejahatan Sung Han. “kau mau kemana?” suara Changmin lagi-lagi mengganggu konsentrasiku. “Bukan urusanmu!” Aku mantap melangkah menguntit Sung Han dan kedua pria tak dikenal itu.

Mereka berhenti di sebuah pojok ruangan di dekat toilet pria. Aku memasang telingaku dengan seksama. Di tempat ini suara musik tidak terdengar begitu keras, jadi aku bisa dengan mudah menangkap pembicaraan mereka. Aku berdiri di balik dinding sekat ruangan, memposisikan tubuhku sebaik mungkin agar keberadaanku tak diketahui oleh mereka.

“Apa yang kau bawa kali ini?” suara berat seorang pria dengan tubuh gempal menanyai Sung Han. “Aku punya informasi akurat soal aset kekayaan milik keluarga Im selain perusahaan bonafit itu. Aku sudah mengatur sedemikian rupa agar sebagian besar saham perusahaan bisa menjadi milikku, begitu pula dengan beberapa aset kekayaan lainnya.”

“Benarkah? Itu artinya kau bisa segera membayar hutangmu pada bos besar. Kau harus selalu ingat bahwa kau punya perjanjian penting dengan organisasi paling berbahaya di Korea.” Napasku mulai terasa berat mendengar pembicaraan itu. Ternyata Sung Han memiliki hutang dengan mafia dan berusaha menggadaikan perusahaan untuk membayar semua hutangnya. Dari awal aku sudah yakin kalau ada yang tak beres dengan pria yang satu itu.

“Tapi aku berharap kalian memberi aku waktu lebih banyak lagi. Aku harus lebih waspada sekarang, karena putri bungsu Im sudah mulai mengendus kecuranganku. Jadi aku harus mengatur banyak hal agar aman darinya.” Ternyata Sung Han sudah menyadari kalau selama ini aku mengawasinya, dan sepertinya aku menjadi orang yang paling diwaspadainya. Bagus kalau begitu, Sung Han tahu dengan jelas siapa musuhnya. Itu artinya aku harus mempersiapkan diriku untuk perang yang mungkin tak dapat dihindarkan.

“Hei, nona apa yang kau lakukan disini? Bagaimana wanita cantik sepertimu ada disini? Ah… kau ingin bermain-main dengan kami yaa…” aku tak menyadari ada tiga orang pria yang melihat keberadaanku di tempat itu. “Aku tidak ada urusan dengan kalian, jadi sebaiknya kalian jangan menggangguku.” Kataku galak saat menyadari tidak ada Jessica dan Taecyeon di dekatku, bodohnya aku karena pergi begitu saja dan meninggalkan mereka entah dimana. Ketiga pria itu tampak berniat sekali mengganggu acaraku.

“ayolah… masa wanita cantik sepertimu hanya ingin bersenang-senang sendiri.” Mereka mulai mencoba menjamahku. Aku kehilangan Sung Han dan kedua orang itu yang sudah pergi dari tempat persembunyiannya. Satu tangan mendarat di bahuku, aku merasa sangat risih dan dengan refleks aku memegang pergelangan tangan pria itu, memelintirnya kemudian aku berbalik menghadapnya. Aku menjegal kakinya dan sekuat tenaga aku berhasil menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Aku mencoba tidak panik dengan situasi ini. Walaupun aku pernah belajar Taekwondo bukan berarti aku siap menghadapi pengeroyokan, apalagi bila lawanku adalah tiga orang namja.

Satu tamparan cukup pedas aku rasakan di pipiku dan kurasakan darah mengalir di sudut bibirku, aku memandang sangar pada pria kedua yang membalas perbuatanku pada temannya, “dasar perempuan jalang tak tahu diri!” Berani sekali dia menyebutku seperti itu. Dengan cepat kulayangkan satu tinju tepat ke hidungnya. Pria itu mengerang kesakitan dan tampak darah segar mengalir dari hidungnya. Napasku sekarang memburu, aku mencoba bersiap-siap menghadapi serangan berikutnya dari satu pria tersisa yang mulai berhasil menarik kucir rambutku. Aku berusaha menendang kakinya, beberapa kali aku gagal dan sekarang pria itu mulai mencekikku. Aku mulai kesulitan bernapas. Satu kesempatan kugunakan untuk menendangnya tepat di selangkangannya.

Erangan kembali terdengar dari mulut pria itu. Cekikannya di leherku pun terlepas, aku buru-buru mengambil udara ke dalam paru-paruku. Tak lama berselang pria pertama yang kujatuhkan kembali menyerangku, dia gantian memelintir tanganku. Aku menjerit kesakitan tapi tak urung mencoba melepaskan diri. Saat aku mulai kehabisan tenaga, tubuhku mulai terasa lemas. Aku melihat beberapa pria berbadan tegap menarik ketiga pria itu menjauhiku. Sesaat pandanganku mulai kabur, aku merasakan seseorang menyelimutiku dengan jasnya yang besar dan kemudian orang itu menarikku ke dalam pelukannya.

Pelukannya terasa begitu hangat dan begitu menenangkan. Aku masih terlalu lelah untuk mendongak melihat wajahnya. “Aku akan memberikan kalian hukuman yang pantas karena kalian sudah berani menyentuh wanitaku.” Suaranya sangat ku kenali, aku yakin dia adalah Choi Siwon – namja yang sedang memelukku. Oh tidak, bagaimana mungkin dia bisa ada disini… aku sedang tak ingin berdebat dengannya.

“Memangnya kau siapa, seenaknya mengganggu acara kami dengan wanita itu, hah?!!” aku masih dapat mendengar salah seorang pria meneriakkan kalimat itu padanya. Tapi erangan kesakitan menyeruak dari mulutnya, aku yakin salah satu bodyguard Siwon yang melakukan sesuatu sehingga ia bereaksi seperti itu.

“Kau adalah orang bodoh pertama yang menanyakan siapa aku dan apa urusanku disini. Cepat kalian bereskan mereka, sebelum emosiku memuncak karena mereka telah melukai tunanganku!” nada suaranya membuatku merinding.

Dia membawaku berjalan melewati ruangan demi ruangan di klub itu, dan pelukannya masih begitu erat di tubuhku. Aku sempat melihat tatapan orang-orang di dalam klub, pandangan penuh tanya yang diarahkan padaku. Aku tak mendapati keberadaan Jessica dan Taecyeon, aku khawatir terjadi sesuatu pada mereka juga. Oh Tuhan, semoga mereka baik-baik saja, kalau tidak aku akan merasa sangat bersalah karena sudah memaksa mereka datang ke tempat ini.

Selama perjalanan di dalam mobil dia masih terus memelukku, walau tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Sekujur tubuhku terasa sakit, tapi pelukan hangatnya seolah meredakan rasa nyeri ditubuhku. Aku bersandar di dada bidangnya, menghirup aroma tubuhnya. Aku tak mengerti bagaimana perasaanku terhadapnya sekarang, aku hanya merasa begitu nyaman berada dalam pelukannya.

Aku sampai pada sebuah kamar hotel yang sangat mewah, dia memang membawaku ke Empire Hotel khusus di kamar miliknya. Dia mendudukkanku di sebuah sofa panjang. Aku merasakan tatapannya ke wajahku yang menunduk. Aku tak berani menatapnya, aku takut dia akan meledak emosinya dengan kejadian yang aku alami karena aku masih dapat mengingat dengan jelas semua peringatan dan ancamannya padaku tempo hari.

“Bukankah sudah kukatakan untuk tidak melakukan hal yang menjerumuskanmu dalam bahaya? Kau ini sungguh keras kepala. Kau pikir apa yang akan terjadi selanjutnya jika aku tidak datang ke tempatmu?” tidak ada emosi dalam setiap kata yang diucapkannya, tapi ditelingaku malah terdengar begitu dingin. Aku masih tak ingin memandangnya dan aku juga tak menjawab pertanyaannya.

“Ya sudahlah, aku harap kau belajar dari kejadian hari ini. Sekarang biarkan aku mengobati lukamu.” Apa? Hanya begitu saja? Aku pikir dia akan mengamuk. Sekarang aku malah memandangi punggungnya yang berjalan menjauhiku. Dia mengambil kotak P3K dari sebuah lemari dan kembali duduk dihadapanku. Aku memandangnya dengan tatapan aneh, tapi dia tak membalas tatapan mataku. Tangannya terulur ingin memberikan alkohol guna membersihkan luka di sudut bibirku karena tamparan yang kuterima tadi.

Aku mendesis menahan perih efek alkohol itu. Kemudian aku memegang tangannya yang masih terulur, aku menatapnya dan dia juga balik menatapku. “Bagaimana kau bisa tahu aku ada disana?”

“Aku punya banyak informan yang bisa memberi tahu banyak hal, termasuk keberadaanmu walau kau berusaha menyembunyikan identitasmu dengan dandanan seperti itu.” Siwon mengangkat sebelah alisnya memperjelas nada mengejek dalam kata-katanya.

“berhentilah… berhentilah bersikap seolah kau peduli padaku. Aku tak bisa menerimanya.”

“Memangnya apa yang membuatmu sulit untuk menerima perhatianku?” Aku menggeleng, tak menjawab pertanyaannya. “Apa aku salah memberi perhatian pada wanita yang kusukai?” aku mengernyitkan keningku mendengar kata ‘suka’.

“Mwo?!! Kau menyukaiku? Tentu saja, kau suka semua wanita yang akan menjadi korbanmu selanjutnya.” Balasku cukup skeptis. Kini tangannya sudah lepas dari genggamanku, beralih menyentuh pipiku.

“Aku menyukaimu dan aku tertarik padamu, princess. Kau tahu sendiri bahwa kau bukanlah mangsaku. Aku tahu menggodamu adalah salah satu pekerjaan yang cukup sulit, karena sejak awal kau sudah beranggapan miring soal statusku yang begitu populer di kalangan wanita elite. Aku tidak memaksamu untuk menyukaiku, tapi biarkanlah aku melakukan sesuatu yang kuanggap benar dan sangat pantas untukmu, princess.” Oh tidak, bahkan sekarang aku sudah terpesona dan melayang dengan kata-katanya. Pikirkan sesuatu Yoona, apa yang harus kau katakan, berusahalah menolaknya sekuat mungkin. Aku mengatakan semua itu pada diriku sendiri dalam hati tapi tak kunjung ada reaksi dariku padanya.

Dia mulai mendekatkan wajahnya denganku hingga tersisa beberapa senti saja. Napasku tercekat, aku berharap dia tak berniat menciumku. Tapi apa daya kini bibirnya telah bertemu dengan bibirku. Ciumannya hanya sebuah tekanan di bibir, bukan satu ciuman yang menuntut. Itu adalah pertama kalinya dia menyentuhku lebih intim.

Sesaat setelah ia menjauhkan bibirnya, aku sudah mulai bisa bernapas normal kembali. Aku masih menyusun kata-kata dalam kepalaku yang ingin segera diajukan padanya. Aku masih menatapnya, takjub dengan senyuman indahnya. “Yoona-yah, anggaplah ini tak pernah terjadi…”

Aku berniat menanyakan maksudnya. Saat aku baru membuka mulutku untuk mengeluarkan satu kata tetapi tak ada suara yang keluar dari sana karena namja itu buru-buru membungkam mulutku dengan ciumannya lagi. Kali ini ia memagut bibir bawahku yang memang sedikit terbuka. Ciumannya lebih intens dan lebih menuntut dari sebelumnya. Ia berhasil memasukkan lidahnya ke dalam mulutku bertemu dengan lidahku. Tuntutannya memaksaku membalas ciumannya. Aku masih merasakan sedikit perih disudut bibirku karena luka itu. Ciuman kami cukup panas sampai ia mendorong tengkukku untuk meperdalam ciumannya. Akupun melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Entah berapa lama ciuman itu berlangsung hingga berakhir karena aku kehabisan napas.

Aku mengatur napasku agar bisa berjalan normal kembali. Aku melihatnya menyeringai, tersenyum licik. “Wow.. It’s surprising me that you’re a good kisser!” Aku melemparkan tatapan marah padanya. Aku mendorong dadanya kuat dan langsung bangkit berdiri.

“Sialan! Kau sudah berhasil mempermainkanku, Siwon-ssi!!!” teriakku padanya. “Ch, aku tidak mempermainkanmu, sayang. Dengan begitu aku kan jadi tahu seberapa jauh reaksimu terhadapku. Ternyata kau memang tak bisa menolak pesonaku.” Bingo!! Aku kena skak sekarang, aku memang sudah bertekuk lutut pada pesonanya.

“kau sangat menyebalkan!!” aku berbalik mencari lokasi pintu keluar. “Kalau kau ingin pulang biarkan aku mengantarmu, dengan begitu kau tidak akan diinterogasi panjang lebar oleh ibumu karena kau pulang bersamaku.” Aku tak bisa menolak tawarannya, yang dikatakannya memang benar, kehadirannya akan menghindarkanku dari amukan Eomma yang pasti banyak bertanya melihat kondisiku yang cukup kacau sekarang.

Kini masalahku bertambah satu dan kondisi ini tidak pernah aku harapkan sebelumnya. Aku mendapati diriku mulai melunak pada Siwon lebih tepatnya aku sudah bisa menerima kehadirannya dan posisinya dalam hidupku. Aku khawatir aku telah jatuh dalam pesonanya, aku khawatir aku telah jatuh cinta padanya, dan aku khawatir aku akan kecewa karenanya…

To Be Continue…

Leave Your Review Here!