Dumb (Chapter 6)

dumb

Title: Dumb

Scriptwriter: Areta

Main Cast: Lee Chaerin (2NE1), Kwon Jiyong (BIGBANG)

Support Cast: YG family

Genre: Romance, Hurt

Duration: Chapter

Rating: PG-15

Previous part: 1. 2. 3. 4. 5

Author’s note:

Yup.. Dumb ke 6. Ga nyangka aku bisa ngetik FF ini sampai sejauh ini. Thanks buat yang ngikutin FF pertamaku ini yaaa.. NO PLAGIAT. Well, enjoy the FF ~

Kalo ada typo, harap maklumin yaa.. Author buru-buru bikinnya ehehe

Oh iya.. LEE Seunghyun dan CHOI Seunghyun itu beda yaa… Kalo LEE yg playboy, kalo CHOI yg namjachingunya Bom. Aku bilang gini karna masih ada yang nanya..

Jangan lupa ninggalin comment yooo

Lee chaerin, seorang gadis berumur 21 tahun harus rela dijodohkan oleh ibunya dengan seorang laki-laki bisu bernama Kwon Jiyong. Karena sesuatu yang terjadi di masa lalunya, awalnya Chaerin menolak Jiyong. Bersikap tidak peduli terhadap Jiyong. Tetapi, bisakah Chaerin tetap tidak peduli?

~~~~~~~~~~~~

CHAERIN POV

Aku berlari-lari kecil menuju cafe ketika seseorang menabrakku cukup keras. Buku-buku yang kebetulan kubawa menggunakan kedua tangan kecilku pun terjatuh. Aku berdecak.

Mengganggu saja sih. Aku sedang terburu-buru tetapi malah ada masalah seperti ini.

Aku berjongkok dan mulai memunguti sumber ilmuku, ketika tangan penabrakku menyentuh tanganku. Aku mendongak cepat.

“Ish.. Oppa-ah, kau yang menabrakku?” aku menatap lembut suamiku itu. Amarahku seakan menguap begitu melihat senyumannya. ‘Mianhae,’

Dia membantuku memunguti buku-bukuku. ‘Kau mau kemana?’ dia tersenyum padaku. Aku menunjuk cafe yang hanya beberapa puluh meter jauhnya dariku. Dia mengangguk lalu berdiri sambil membawa semua buku-bukuku.

“Kau mau kemana?” dia menatapku penuh senyuman. ‘Ke cafe. Kebetulan tujuan kita sama. Mau makan bersama?’

Kami mulai berjalan beriringan menuju cafe langganan kami. “Boleh. Tapi kau harus bergabung dengan teman-temanku. Apa itu masalah bagimu?” aku menatapnya. Dia mengangkat alisnya sambil tersenyum kecil. ‘Tentu saja tidak,’

~~~~~~~~~~~~

“Eonni, selamat ya,” aku berteriak kecil ketika melihat Bom tersenyum lebar kearahku. Dia bengkit dari duduknya dan memelukku. Aku balas memeluknya.

“Kau akan menyusulku, eonni,” dapat kurasakan kepalanya bergerak-gerak kecil, mengangguk.

Aku melepaskan pelukanku, dan menatap wajahnya yang tak henti-hentinya terhias oleh senyuman lebarnya. Aku yang melihatnya ikut tersenyum. “Akhirnya, kau menikah juga,”

Dia mengangguk hebat. “Ne. Aku tak menyangka dia akan melamarku. Dia sudah mempersiapkan semuanya. Jadi, kami akan menikah dalam waktu dekat,”

“Aish.. Tak kusangka oppa aneh itu akan melamarmu, eonni. Sekali lagi, selamat ya,”

~~~~~~~~~~~~

“Aku? Mau kemana?” Jiyong mengangguk pelan. Matanya mengikuti setiap gerakanku. Aku tersenyum. “Bekerja. Jadi, antarkan aku ketempatku bekerja. Agar kau bisa dengan mudah menemuiku,”

Jiyong mengalihkan pandangannya sejenak dariku. Sebentar kemudian, dia menatapku lembut dan mengangguk.

Aku menyelipkan tanganku pada lengannya, kemudian memeluk lengannya erat. Dia tersenyum.

‘Chaerin,’ Jiyong menyentuh lenganku pelan. Membuat tatapan kami saling bertemu.

‘Kapan Bom nuna akan menikah?’ aku mengangkat alisku. “Kau tak baca undangannya?” dia menggeleng pelan.

“Sekitar dua minggu lagi. Waeyo?” dia menggeleng kecil. ‘Aniyo,’

Kami berjalan beriringan kearah Ferarrinya dalam diam. Wajahnya terlihat lesu, tapi aku tak tau apa penyebabnya. Jadi aku mengelus lengan kurusnya dan bertanya,

“Gwaenchanha? Kalau ada sesuatu yang membuatmu terganggu, cerita saja padaku,” dia mengangkat alisnya, kemudian tersenyum kecil.

‘Arraseo. Tapi sebaiknya sekarang kita ke tempatmu bekerja, agar kau tidak dipecat, ne?’

~~~~~~~~~~~~

JIYONG POV

Aku membuka seluruh bajuku dan mulai memutar keran shower. Air hangat mulai mengalir dan menghujani tubuhku bagaikan rintik-rintik gerimis. Aku mendongak dan memejamkan mataku, membiarkan wajahku menjadi sasaran air hangat tadi.

Aku menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Kemudian aku mulai membuka mata perlahan.

Cukup. Mandiku sudah cukup. Jadi aku mengambil handuk, dan melingkarkannya dipinggangku.

Aku berjalan perlahan menuju kamarku, dan menemukan Chaerin tengah menyiapkanku baju. “Oppa,”

Aku tersenyum hangat. ‘Kau sudah pulang rupanya,’ dia mengangguk.

Chaerin membawa baju yang telah disiapkannya dan memberikannya padaku. “Ambillah. Aku mau mandi dulu,”

~~~~~~~~~~~~

Aku membaringkan tubuhku perlahan ke ranjang. Kemudian menarik selimut agar menutupi tubuhku. Hawa dingin yang sedari tadi menusuk kulitku perlahan berkurang.

KLEK

Pintu terbuka. Wajah seorang yeoja yang amat kucintai muncul dari balik pintu. Aku mendongak. Melihat sebuah senyuman lebar diwajahnya membuatku ikut tersenyum, walaupun hanya senyuman tipis.

Aku bangkit dari tidurku dan duduk bersandar.

Chaerin berjalan perlahan kearahku lalu bersandar disampingku seperti yang kulakukan. Chaerin mengambil tanganku kemudian menggenggamnya erat. “So?”

Aku mengerutkan dahiku tipis. ‘So?’

Chaerin mengelus tanganku yang digenggamnya. “Apa ada sesuatu yang membuatmu terganggu?”

Aku menggeleng pelan. ‘Aniyo,’

Chaerin mengangguk kecil. “Oh… Geurae,” dia tersenyum tipis. Dapat kulihat sebuah ekspresi kecewa muncul diwajahnya.

Aish.. Bagaimana ini? Aku tidak berniat membuat wajahnya menjadi muram seperti itu. Ayolah, Jiyong. Katakan padanya. Katakan yang sebenarnya.

Dan yang terpenting, percayalah padanya.

‘Hanya saja, ada sesuatu yang membuatku takut,’

Dia menatapku hangat. Senyumnya kembali mengembang. “Ceritakan padaku. Aku bisa memberikanmu saran, kan? Aku akan mendengarkanmu,”

Deg.

Mendengarkanku?

Degup-degup aneh mulai memenuhi dadaku. Tentu hal itu disebabkan oleh kalimat yeoja pirang nan sipit yang kini tengah kutatap.

Aku mendongak. Mengalihkan pandanganku dari Chaerin menuju langit-langit kamarku yang kini terlihat gelap. Berusaha membuat mataku yang sudah berat agar tidak mengeluarkan bebannya. Berusaha menahan tangisku.

Aku didengarkan.

Untuk pertama kalinya aku merasa senang sekaligus sedih seperti ini dalam hidupku. Aku tak menyangka, yeoja yang dulunya membenciku akan menjadi orang pertama yang mendengarkanku.

Aku kembali menatap matanya. ‘Aku akan berhenti kuliah,’

Wajahnya menatapku datar. Dia mengangkat alisnya, memintaku untuk melanjutkan. Aku tersenyum hangat, dan menggenggam tangannya semakin erat.

‘Aku akan membantu appa di perusahaannya, sebagai presdir,’

Dia mengangguk kecil. “Bagus kan kalau begitu? Lalu, apa masalahnya?”

Aku menghela nafas berat. Aku harus mengatakan masalah yang sebenarnya pada yeojaku ini.

‘Aku…..merasa tidak sanggup melakukannya,’

Mata sipitnya membesar. Lalu wajah innocent nya muncul.

Sedetik kemudian, dia tertawa kecil.

Jujur saja, aku merasa sedikit tersinggung. Ini pertama kalinya aku mencurahkan isi hatiku tapi dia malah menertawakannya.

Aku menyerngitkan dahiku tipis. ‘Kenapa tertawa?’ aku mencubit pipinya gemas, tak sanggup marah padanya.

Chaerin menangkap tanganku yang tengah mencubitnya, lalu menggenggam tanganku itu. “Kau itu bodoh atau apa?”

Aku melebarkan mataku. ‘Yak… Chaerin-ah, aku harus bagaimana? Katanya kau akan memberiku saran,’

Chaerin memutar matanya. “Ish.. Jalani saja, ne? Apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Kwon Jiyong? Kau pasti bisa, Jiyong-ah.. Mengapa harus takut?”

Kurasakan mataku semakin membesar. ‘Wae? Apa yang membuatmu seyakin itu?’

Chaerin menatapku aneh. “Tentu saja aku yakin. Karena kau namjaku,”

Aku menatapnya heran. Ish, yeoja ini. Apa yang dia katakan sih? Aku tersenyum lembut. ‘Kurasa, itu tidak berhubungan,’

Wajahnya berpaling dariku dan menatap lurus. Senyuman penuh kemenangan muncul menghiasi wajah cantiknya. “Setidaknya, hal itu berhasil membuat hatimu cukup tenang, ne?”

Aku mengangkat alisku. Tanpa kusadari, perasaanku benar-benar sudah membaik. Jauh lebih baik. Beban yang tadinya begitu membebani hatiku kini seakan menguap entah kemana.

Aku tersenyum. ‘Ya, Chaerin. Kau benar,’ aku mengacak-acak puncak ramputnya pelan. ‘Gomawo. Chaerin-ah, jeongmal gomawo,’

~~~~~~~~~~~~

‘Bagaimana dengan ini, Chaerin?’ aku memutar tubuhku pelan. Membiarkan mata sipit yeojaku itu menatap setiap inci tubuhku secara detail.

Dia menggeleng. “Andwae. Yang ini terlihat….tua,”

Mataku membesar. ‘Jinjja? Padahal aku menyukainya,’ dia kembali menggeleng.

“Jangan beli yang itu. Aku tidak suka,”

Aku mengangguk kecil mendengar kalimatnya berusan. Urusan fashion, dia tidak bisa diragukan.

Aku kembali memasuki ruangan kecil berukuran 1,5 x 1 meter itu, yang biasa disebut dengan ruang ganti, dan kemudian mulai melepas tuxedo yang sedang kucoba, dan memakai bajuku kembali.

~~~~~~~~~~~~

CHAERIN POV

“Aigoo.. Oppa? Dimana kau?” aku menggaruk pelan ramput kuningku. Sementara mataku bergerak cepat mencari namja dengan rambut quiff hitamnya itu.

Aku merengut. Merasa usaha mataku tidak menghasilkan sesuatu yang berarti. Aku kembali memasuki ruang ganti dan melepas gaun biru gelap yang kucoba.

“Mianhae.. Aku akan kembali lagi nanti,” aku mengulurkan gaun biru gelap itu kepada salah satu pelayan toko itu sembari membungkuk kecil. Dia tersenyum, dan kemudian membalas bungkukanku.

Aku berjalan cepat keluar toko. Mencari namja kurus dengan kaos biru berkerahnya.

Aku tersenyum kecil ketika mata sipitku berhasil menangkap sosok namja itu. Dia terlihat celingukan, mencari sesuatu yang tidak jelas. Aku berjalan cepat menuju dirinya.

Aku menepuk bahunya pelan. Tapi reaksinya begitu melihatku terlampau jauh berlebihan. Dia memekik pelan.

‘Aish.. Chaerin-ah. Kau mengagetkanku,’ Jiyong mengusap pelan puncak kepalaku. Aku hanya menggembungkan pipiku.

“Kenapa kau meninggalkanku? Aku kan sedang mencoba gaun pilihanmu,” aku menepis tangannya pelan. Dia membesarkan matanya. ‘Ah.. Mianhae. Aku ada keperluan sebentar,’

Sejenak dunia seakan berhenti. Aku berdeham. “Sebaiknya kita kembali. Kita belum menemukan pakaian yang cocok untuk  pernikahan Bom eonni. Kajja,” aku menarik tangannya, sementara kepalanya mengangguk.

~~~~~~~~~~~~

Aku berbalik pelan setelah mengunci pintu apartemenku dengan baik. Dan mendapati wajah suamiku begitu tegang dan pucat. Aku tersenyum, lalu mengusap pelan lengan kanannya. Tepat ditatonya.

“Gwaenchanha?” dia melirikku kaku, lalu mengangguk kecil. Aku tertawa kecil.

“Ish.. Oppa-ah.. Kurasa kau terlalu berlebihan kalau kau bertingkah se-kaku ini,” dia menelan ludahnya. Aku tertawa lagi. “Aigooo… Sudahlah oppa. Tenang saja. Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku. Ne?” kini dia menatapku.

‘Ne. Aku percaya padamu, Chaerin-ah. Gomawo,’

~~~~~~~~~~~~

JIYONG POV

Aku menelan ludah. Takut. Ini pertama kalinya aku harus fokus membantu appa bekerja di perusahaannya.

Rasa takutku semakin menjadi ketika aku menyadari bahwa aku harus terus membantu appa di perusahaannya.

Ketakutanku semakin memuncak, sampai sebuah tangan kecil menyentuh lengan kananku yang kurus.

Aku menengok kepalaku kearah si pemilik tangan. Dan mendapatinya tengah tersenyum. “Oppa-ah. Apa kau tidak bisa lebih santai sedikit?”

Aku memejamkan mataku erat. Kemudian membukanya perlahan. ‘Oke. Mianhae, Chaerin-ah,’

Dia tersenyum hangat. Tangan kirinya mengusap pipiku lembut. “Semua akan baik-baik saja. Yang harus kau lakukan adalah bersikap lebih tenang. Jangan takut. Oke?”

Aku mengangguk. Chaerin menarik tangannya pelan, kemudian mulai membereskan tasnya.

“Baiklah. Aku pergi dulu ya,” dia mendongak, dan kemudian mencium bibirku ringan. Aku tersenyum.

‘Apa aku harus menjemputmu, Chaerin-ah?’

“Tidak perlu, oppa. Aku bisa pulang sendiri. Aku akan bekerja setelah pulang dari kuliah,” aku mengangguk mengerti.

Dia membuka pintu Ferarriku. Kemudian mulai keluar. Sebelum menutup pintu, dia menatap wajahku. “Ingat. Kau hanya harus lebih tenang saja,” aku mengangguk.

Dia melambaikan tangannya. Tepat setelahnya, pintu Ferarriku tertutup keras.

Aku menatap lurus lagi. Otakku berusaha memaku kalimat Chaerin di kepalaku.

Aku hanya perlu lebih tenang saja. Ya, lebih tenang.

~~~~~~~~~~~~

CHAERIN POV

Aku menatap namja besar dihadapanku yang kini tengah mengulurkan uang miliknya kepadaku. Aku tersenyum.

“Uangmu 200000 won. Ini kembaliannya,” namja besar itu mengambil kembalian dari tanganku, kemudian tersenyum.

Dia mengambil semua belanjaannya, kemudian mulai berjalan keluar dari tokoku. “Gamsahamnida. Silahkan datang kembali,” aku membungkuk kecil kearah namja besar itu.

Mataku mengikuti namja itu sampai dia tiba dimobilnya. Tapi sesuatu diluar sana membuatku tersentak.

“Chaerin-ah. Ini sudah waktu tutup toko. Sebaiknya kita mulai beres-beres sekarang,” aku memutar cepat kepalaku kearah Sookyung yang kini tersenyum kearahku. Tangan kecilnya mulai membereskan toko kecil ini. Aku mengangguk.

Sekitar 20 menit kemudian, aku sudah berjalan pelan keluar toko. Aku berlari kecil kearah sesuatu yang membuatku tersentak.

“Mianhae. Aku membuatmu menunggu lama, Jiyong oppa,”

Jiyong tersenyum lebar. Pertanda suasana hatinya yang baik. Itu artinya, dia berhasil bersikap tenang.

Jiyong membuka pintu penumpang dan mempersilahkanku untuk masuk. “Gomawo,”

Jiyong tersenyum lebar. Lagi-lagi. Dan itu membuatku sangat senang. Aku jadi ikut tersenyum.

Dia berputar kesisi lain Ferarrinya dan membuka pintu pengemudi. Dia masuk dan menatapku lekat. Kemudian senyumnya mengembang lagi diwajahnya.

“Ish.. Sepertinya sesuatu membuatmu senang ya? Sehingga kau tak henti-hentinya tersenyum lebar seperti itu,” aku mengacak-acak rambut quiffnya. Dia tersenyum. Kemudian dia mulai mengemudikan Ferarrinya kearah apartemen kami.

~~~~~~~~~~~~

“Jadi, bagaimana harimu?” aku menyandarkan tubuhku seperti yang dia lakukan. Tanganku bergerak, menaikkan selimut agar menutupi tubuh bagian bawahku.

Jiyong melirikku. Kemudian tersenyum lebar. ‘Cukup lama aku menunggu kalimat tanyamu yang barusan, Chaerin,’

“Cukup lama aku menunggu kau menceritakannya padaku. Tapi kau tak kunjung bercerita. Jadi aku berinisiatif untuk bertanya,” Jiyong mengangkat alisnya. Lalu tertawa kecil.

‘Semua baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir, Chaerin-ah,’

Aku mengangguk. Lalu tersenyum lebar. “Baguslah, kalau begitu,”

‘Terima kasih, Chaerin-ah. Karena dirimulah, aku bisa menjalaninya dengan baik. Terima kasih,’

Aku diam. Lalu tersenyum kecil. Hatiku kini penuh dengan rasa senang. Aku cukup tersanjung dengan kalimatnya barusan.

‘Gomawo. Jeongmal gomawo, Chaerin-ah. Aku bersyukur mempunyai istri sepertimu. Aku bersyukur bisa memilikimu,’

Aku menelan ludah. Apa yang harus kukatakan? Aku senang sekali. Rasanya aku tak percaya dia akan mengatakan hal barusan kepadaku.

Aku menatap mata Jiyong lekat. Dia balik menatapku. Matanya berubah menjadi begitu lembut.

‘Chaerin-ah, aku mencintaimu. Saranghae,’

Aku memejamkan mataku. Gigiku mulai menggigiti bibit bawahku. Tanganku meremas erat tanganku yang satu lagi. Keduanya mulai berkeringat. Aku membuka mataku perlahan. Lalu mataku mengunci matanya.

“Ne. Nado…saranghae,”

~~~~~~~~~~~~

JIYONG POV

Sudah seminggu sejak pertama kali aku membantu appa….

Ehem…maksudku, appa membantuku mengurus perusahaannya…

Oh, maksudku, perusahaanku.

Cukup menyenangkan. Jika aku mengerjakan semuanya dengan tenang.

Dengan tenang.

Mulutku kembali tersenyum kecil ketika otakku kembali mengulang kalimat aimpel yang barusan.

Semuanya berkat yeoja pirang itu. Aku bahagia. Sangat bahagia.

Kali ini aku yakin dia akan berada disisiku selamanya.

“Tuan!”

Aku membelalakkan mataku mendengar teriakan yeoja berambut coklat dihadapanku. Ekspresi wajahnya menunjukkan betapa kesal dirinya.

Aku membungkuk berkali-kali. ‘Mianhaeyo.. Mianhaeyo..’

Yeoja itu tersenyum. Dan aku bisa melihat dengan jelas bahwa dia memaksakan senyuman manisnya itu.

“Apa aku harus membungkus yang ini juga?” aku mengangkat alisku, kemudian mengangguk cepat ketika mengetahui apa yang dimaksudnya.

Dia tersenyum, lalu tangan kecilnya mulai bergerak membungkus benda kedua.

Beberapa menit kemudian, dia mengulurkan kedua bingkisan kecil milikku yang sudah terbungkus rapih kepadaku. “Silahkan, Tuan,”

Aku tersenyum. Aku mengambil kedua bingkisan tersebut, kemudian mengambil beberapa ratus ribu won dari dompetku. Aku menjulurkan tanganku kepada yeoja tadi.

“Ah, gamsahamnida. Tapi, ini terlalu banyak, Tuan,”

Aku menggeleng ketika dia mengulurkan kembaliannya. ‘Untukmu saja,’ kataku sembari berjalan cepat keluar toko.

“Ah.. Gamsahamnida. Jeongmal gamsahamnida,” aku melirik yeoja tadi dan melihatnya membungkuk berkali-kali kepadaku. Aku hanya tersenyum.

Mataku kini menatap dua bingkisan mini di tanganku. Aku tersenyum kecil.

Aku harap Chaerin menyukai keduanya.

~~~~~~~~~~~~

CHAERIN POV

Aku memeluk tubuhku erat. Dapat kulihat hembusan nafasku berubah menjadi embun berwarna putih.

Eoh, malam ini begitu dingin. Rasanya aku bisa membeku jika Jiyong oppa tidak dengan segera menjemputku.

Aku mengambil ponselku. Sekedar mengeceknya. Oh, satu pesan.

– Aku didepanmu, my yeoja –

Aku mendongak cepat. Lalu tersenyum lebar begitu mendapati Jiyong berjalan cepat kearahku dengan membawa sebuah jaket bulu yang tebal.

‘Mianhae.. Aku membuatmu menunggu,’ Jiyong menyelimutiku dengan jaket bulu yang dibawanya. Aku menjulurkan lidahku.

“Kau berjanji akan menjemputku, kan? Kenapa kau datang telat?” matanya melirikku dengan hati-hati. ‘Aku….ada perlu sebentar. Mian,’

Tangan besarnya memelukku dan menuntunku menuju mobil hitamnya.

~~~~~~~~~~~~

Aku menghembuskan nafasku pelan sembari keluar dari mobil dan membanting pintu Ferarri hitamnya. Aku tersenyum lebar saat Jiyong kembali menyelimutiku dengan jaket tebalnya.

‘Kajja,’ aku mengangguk.

Kami berjalan perlahan menuju pintu depan gedung apartemen kami. Tapi, tiba-tiba saja Jiyong berhenti dan menahan tanganku.

‘Chaerin-ah. Bisa kita berhenti sebentar?’ aku menatapnya, kemudian mengangguk kecil.

Aku dan dirinya berdiri canggung di basement, tempat parkir mobil. Hawa dingin yang begitu menusuk menjadi salah satu faktor ketidaknyamanan berada di basement ini.

Wajahnya nampak tegang. Lalu perlahan, tangan kanannya keluar dari sakunya dengan sebuah box kecil digenggamannya.

‘Ng…. Aku punya sesuatu untukmu,’ Jiyong mengulurkan box tersebut kepadaku. Aku mengerutkan dahiku. Tentu aku terkejut dengan semua ini. Tapi aku juga tak bisa menahan senyumku.

Aku mengambil box kecil itu dari tangannya. Lalu aku memutarnya pelan ditanganku. “Ige mwoya?”

Jiyong berdeham kecil. ‘Bukan apa-apa. Hanya sebuah hadiah kecil, untukmu,’

“Yak! Bagaimana ini bisa menjadi hadiah kecil jika pemberinya adalah dirimu?”

Jiyong menunduk malu. ‘Oh… Geurae…’

Kemudian dia mendongak dan tersenyum hangat. ‘Chaerin, bukalah,’

“Eh.. Ne,” aku menyentuh box itu dengan tanganku yang bebas, lalu mengelusnya pelan. Aku mendongak. “Gomawo. Jeongmal gomawo,”

Jiyong mengangguk.

Aku tersenyum kecil. Lalu membuka boxnya perlahan.

Harapanku seakan menguap tak berbekas ketika melihat benda didalam box tersebut. Kukira hadiahnya berupa kalung, atau mungkin cincin, atau mungkin sesuatu yang berbau feminim. Tapi,

“Kunci mobil?” aku mengangkat aneh benda yang muncul dari dalam box tersebut. Jiyong mengangkat alisnya. ‘Wae? Apa kau menyukainya?’

Aku mengangguk ragu. “Ah.. N..ne. Aku menyukainya,” kataku sambil tersenyum. Tapi, sinar dimatanya meredup.

‘Kau tidak menyukainya. Matamu mengatakannya padaku,’ Jiyong tersenyum kecil.

“Aigo, bukan begitu….”

‘Aku tunjukkan dimana mobilnya, ne?’ Jiyong mengambil tanganku cepat dan menariknya pelan. Aku menggembungkan pipiku, dan berjalan dibelakangnya.

‘Tadaaa,’ Jiyong menunjuk sebuah mobil mewah berwarna putih susu. Aku hanya bisa melongo. “Fe.. Ferarri? Dan ini persis seperti milikmu,”

Mataku beralih dari hadiahnya menjadi kearah pemberinya. Dia tersenyum. ‘Aku harap kau menyukainya,’

“T… Ta..tapi ini sangat berlebihan. Aku tidak bisa menerimanya,” aku menarik tangannya dan menaruh hadiahnya ditangannya. Tapi dia balik menarik tangannya.

‘Tidak ada yang tidak pantas kau terima, Chaerin,’ dia tersenyum lembut. Aku membalasnya dengan senyuman canggung. “Tapi… Ini terlalu berlebihan, bukankah begitu?”

Jiyong menggeleng cepat. ‘Aniya. Aku memberikannya agar kau tidak perlu menungguku saat pulang kerja,’ aku mengangguk.

“Oh.. Mungkinkah, kau terganggu jika harus menjemputku setiap hari?” Jiyong menggeleng cepat lagi. Kali ini disertai dengan tangannya yang menggaruk kepalanya.

‘Aniya… Percayalah padaku. Ini semua untuk kebaikanmu,’

~~~~~~~~~~~~

Hari ini adalah hari pernikahan Bom eonni.

Aigooo… Sulit rasanya membayangkan eonni aneh itu menikah dengan oppa yang juga sama anehnya. Benar-benar diluar dugaanku, Seunghyun oppa akan melamar eonni-ku itu.

Tanpa sadar, sebuah senyuman menghiasi wajahku. Aku menyadarinya saat Jiyong menepuk bahuku.

‘Chaerin-ah, mengapa kau tersenyum seperti itu?’ dia tertawa kecil. Tangan kanannya menutupi mulutnya. Ya, itu kebiasaannya saat tertawa.

“Apa kau sudah siap, oppa?” pertanyaanku dijawabnya dengan sebuah anggukan kecil. “Oke.. Kajja! Kita berangkat!”

Aku menyelipkan tanganku pada lengannya, kemudian mulai melangkah kecil. Tapi Jiyong hanya diam ditempat.

“Oppa-ah.. Ada apa?”

Jiyong terlihat gugup. Insting wanitaku mengatakan bahwa Jiyong akan memberikan sesuatu lagi untukku. Karena ini semua persis seperti malam sebelumnya saat dia memberikanku hadiah.

‘Aku punya sesuatu untukmu,’ tangannya memberikanku sebuah box dengan warna dan ukuran yang sama. Lagi-lagi aku tersenyum.

“Ah.. Gomawo, Jiyong-ah,”

Aku membuka box tersebut cepat. Dan kurasa senyumku tidak akan lenyap sampai seminggu kedepan, begitu melihat isi dari box tersebut.

“Ini….” aku menyentuh kalung berantai kecil nan ringan dengan sebuah bunga kecil yang simpel sebagai bagian utamanya.

‘Kau suka?’ aku tersenyum kecil. Aku menggigit  bibir bawahku. Rasanya mataku sudah berat ingin menangis. Tapi aku bisa menahannya dengan baik.

Jiyong menyentuh tanganku. ‘Berikan padaku. Aku akan memakaikannya padamu,’

Aku memberikan kalung hadiahnya kepadanya. Dapat kulihat senyumnya mengembang tanpa henti. Seperti diriku.

‘Apa kau tau bunga apa ini?’

Aku menatap bagian utama dari kalung tersebut yang berbentuk bunga. Begitu simpel, tetapi tidak meninggalkan kesan indahnya.

“Molla,” aku menggaruk rambut pirangku pelan. Sekedar meninggalkan kesan padanya bahwa aku tidak tau. Dia tersenyum.

‘Ini bunga daisy. Dia mempunyai banyak arti,’

Aku mengangkat alisku. “Apa saja?”

Jiyong tersenyum lembut. ‘Kesederhanaan. Sesuai dengan dirimu, yang begitu sederhana,’

Aku menyerngitkan dahiku. Aku? Sederhana?

‘Kelembutan. Sesuai dengan dirimu, yang begitu lembut. Hati maupun fisik,’

Aku membesarkan mataku. Fisik?

‘Kesetiaan. Sesuai dengan dirimu, yang semoga akan selalu setia padaku,’

Aku mendengus pelan. Semoga?

‘Kesucian. Sesuai dengan dirimu, yang masih suci,’

Aku tersenyum. Setidaknya ada satu arti yang tidak membuatku merasa aneh. Tapi,

‘Ng..kau masih suci kan?’

Aku membelalakkan mataku. Mulutku ternganga besar. Lalu tanganku memukul kepalanya.

“Yak! Yang benar saja! Kau mengatakan hal tersebut pada istrimu sendiri?! Lagipula, kau yang akan membuatku tak suci lagi kan?!”

‘Mwo?’ Jiyong menatapku tak percaya. Aku hanya terdiam, berusaha mencerna kembali kalimat terakhirku barusan. Dan begitu aku berhasil mencernanya, muncul kalimat pembelaan dari mulutku.

“A..aku… Maksudku…”

‘Kau begitu menginginkannya? Begitukah?’

Aku menggeleng cepat. “Bukan begitu!”

Aigoo.. Bagaimana bisa aku mengatakan hal kotor seperti itu?!

Aku memukul kepalaku pelan. Pabboya! Dasar pabbo!

‘Chaerin-ah, berhentilah memukul kepalamu seperti itu. Aku hanya bercanda. Tenang saja,’

Aku menelan ludah. “Yak! Berhentilah menggodaku. Cepat pakaikan kalung hadiahmu itu pada leherku. Kita hampir terlambat,” Jiyong mengangguk cepat.

Aku berbalik membelakanginya, agar dia mudah memakaikannya kepadaku. Tapi dia menahan tanganku. ‘Ada satu arti lagi yang belum kusebutkan,’

Aku memutar mataku. Lalu menatapnya malas.  “Apa itu?”

Jiyong tersenyum. Dia mengambil kedua tanganku dan menggenggamnya lembut.

‘Kemurnian,’

Aku mengangkat alisku. Kemurnian?

‘Kemurnian cintamu yang selalu bisa membuatku terasa sesak setiap aku menyadari bahwa cintamu hanyalah untukku. Kemurnian cintamu yang dapat mencintai orang yang kurang sepertiku,’

Aku menelan ludah. Perlahan tapi pasti, senyuman kecil menghiasi wajahku. Aku menunduk. Menghindari tatapannya yang menatapku penuh cinta.

Jiyong menyentuh daguku dan mengangkat wajahku pelan. Dia tersenyum.

‘Gomawo, Chaerin-ah. Saranghae,’

Aku tersenyum lirih. Lalu menarik dirinya dan memeluknya erat. Dapat kurasa sebuah tekanan kuat yang berasal dari tangannya yang memelukku sama eratnya.

Mulutku terbuka perlahan. “Nado saranghae,”

~~~~~~~~~~~~

JIYONG POV

“Eonni-ah!”

Chaerin melepaskan pelukannya pada lenganku dan berlari kecil kearah Bom. Sontak Bom mencari sumber suara yang memanggilnya dengan memutar kepalanya cepat.

“Chaerin-ah!” teriak Bom sama kencang. Mereka berdua berpelukan kecil. Lalu Chaerin menarik dirinya pelan. “Chukhae!”

Bom mengangguk hebat. Aku berjalan pelan kearah mereka. Chaerin menangkap gerakanku, jadi dia menatapku dan kembali menghampiri diriku. Chaerin memeluk lenganku lagi.

Aku tersenyum kearah Bom. Aku mengangguk kecil, sebagai ganti dari ucapan selamatku untuknya. Dia tersenyum dan mengangguk.

“Oh.. Dimana Seunghyun oppa? Aku ingin memukul kepalanya dan memintanya agar menjaga eonni-ku,”

Bom tersenyum kecut, lalu menunjuk kearah seorang namja besar yang kebetulan sedang membelakangi kami. Chaerin menarik tanganku cepat dan berjalan perlahan menuju oppanya itu.

“Seunghyun oppa!”

Yang dipanggil memutar kepalanya cepat. Lalu tersenyum kearah Chaerin. “Chaerin,”

Aku sedikit terkejut begitu mendengar suaranya yang begitu berat. Namja dengan mata tajam. Yah, kuakui, dia memang cukup tampan.

Dia menatapku, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat. Aku tersenyum, lalu balas mengambil tangannya dan menjabatnya.

“Dia dongsaengku yang menikah duluan. Kau tau kan?” tiba-tiba saja Bom sudah berada disamping namja besar itu. “Aku tau, nuna. Aku menghadiri pesta pernikahan mereka,”

Mereka saling menatap satu sama lain. Tentunya dengan tatapan saling mencintai. Sinar di mata mereka begitu bersinar sewaktu mereka saling menatap.

“Ah.. Eonni, oppa. Aku permisi sebentar,” Chaerin tiba-tiba saja menyaut disampingku. Lalu dia menarik tanganku cepat. Sebentar kemudian, dia berbisik. “Bom eonni benar-benar cantik,”

Kami berhenti sekitar 10 meter dari pasangan baru tersebut. Chaerin menatap mereka kagum.

“Lihat. Mereka benar-benar serasi. Aku ingin seperti mereka,”

Aku mengangkat alisku. Lalu menengok cepat. ‘Kau ingin seperti mereka?’

Chaerin mengangguk. “Ne. Lihat! Eonni benar-benar cantik dan terlihat seperti bidadari saat memakai gaun itu! Oh, seandainya aku bisa jadi seperti dirinya,”

Aku menatapnya tajam. Dia balik menatapku. “Wae?”

Aku berdeham kecil. ‘Bagiku kau terlihat lebih cantik daripada dirinya. Sangat cantik. Sangat jauh lebih cantik. Jadi, jangan khawatir, ne? Karena kau terlihat seperti segalanya bagiku,’

Chaerin tertawa kecil. Lalu senyum lebar muncul diwajahnya. “Ne. Itu saja sudah cukup. Gomawo,”

Pandangannya kembali kearah Bom. “Oh. Dia menuju kemari,”

Aku memutar kepalaku dan, ya, Bom memang sedang berjalan kearah kami. Dia berhenti tetap dihadapan kami. “Kalian berdua,”

Aku menatap Chaerin bingung. Begitupun dirinya. “Apa kalian sudah ber-bulan madu?”

“MWO?!”

Tak kusangka reaksi Chaerin akan seperti ini. Sedikit berlebihan.

Bom memelototi dirinya. “Yak! Jangan merusak pestaku dengan teriakanmu itu,”

Aku menatap Chaerin. Terlihat sebuah guratan gugup diwajahnya. Aku tersenyum, ketika menyadari hal apa yang membuatnya seperti itu.

“Honeymoon?!” Chaerin mengucap bahasa inggris dari kata-kata Bom. “Aku….maksudku kami….belum pernah,”

Bom terbelalak. “Belum?! Aish! Memalukan!” katanya sembari meninggalkan diriku dan Chaerin yang kurasa, masih merasa shock yang disebabkan oleh pertanyaan Bom.

“Dasar eonni aneh. Apa maksudnya dia bertanya hal itu apa kita, oppa?”

Aku tertawa kecil melihat kegugupannya semakin menjadi. ‘Kau harus lihat reaksimu barusan,’

Dia memukul lenganku manja. “Aigoo.. Oppa, jangan bicara hal itu lagi. Aku……malu,”

Aku menghentikan tawaku dan mengangguk kecil.

Sepertinya kali ini, aku masih harus menahan diriku.

~~~~~~~~~~

CHAERIN POV

Aku kembali menguap untuk kesekian kalinya. Sudah beberapa jam aku berada di pestanya, dan hal itu membuatku lelah.

Kurasakan sebuah pasang mata menatapku lembut. ‘Gwaenchanha?’ aku menggeleng.

“Aku sangat mengantuk. Ayo kita pulang, oppa. Jebal,” Jiyong mengangguk.

Tak terasa, waktu cepat berlalu. Mungkin aku berjalan sambil tertidur, ketika aku mengucapkan ucapan selamat tinggal kepada Bom, ketika aku dalam perjalanan menuju gedung apartemenku yang mewah, ketika aku berada di lift menuju lantai 11, semuanya. Begitu kusadari, aku sudah ada di tempat tidurku dengan piyama pink pucat yang membungkus tubuhku.

Aku menarik selimut agar menutupi diriku ketika sebuah sentuhan membuatku kembali terjaga.

Aku membalikkan tubuhku dan menatap si pemilik tangan. “Ada apa, Jiyong-ah? Aku sudah mengantuk,”

Jiyong menatapku lembut. Lalu dia tersenyum kecil.

‘Ayo kita berbulan madu,’

To be continued…

Author’s note:

Huft.. Selesai! Daebak!

Mianhae.. Part 6 ini aku rasa agak kependekkan. Tapi, memang segitulah bagiannya 🙂

Oh ya. Aku dapet inspirasi dari salah satu komik jepang mengenai kalung dengan bunga daisy..

Gomawo komik *bow

Hehe dont forget to leave your comment after you read this FF. Karna itulah salah satu faktor yang membuat author semangat bikin lanjutannya.

Gomawo *bow

28 tanggapan untuk “Dumb (Chapter 6)”

  1. mianhaee thor, chapter yang ini aku nggak ngrasain greget :/ tp tetep suka 😀 GD so sweet :3 aku tunggu chapter 7 nya 😉

    Suka

  2. Omaigaddddzzzzzzz,akhirnya di post juga part enam setelah sekian lama t.t ..yeeey Jiyong sama chaerin honeymoon..Buaat deh anak yang banyak kalau bisa sepuluh /plak/ aduh pingin baget punya pacar kayak jiyong betah amat tuh.PERFECT.Pasti senag jadi chaerin……../clapclap/LANJUT !!!!!!!!!!!!!!!!!!!! JANGAN LAMA YAH UNNI :3 .Aku menunggu loh…………part tujuh yang semakin so sweet sekali..dan paling ditunggu honeymoonnya /YadongModeOn/ CERITA INI SUKSES MEMBUAT SAYA MAKIN MENCINTAI SKYDRAGON SHIPPER ^^9

    Suka

  3. Terlalu pendek,dan sedikit flat thor.. Next part dibuat lebih greget, trus lebih banyak skinship maybe?keke
    author fighting!

    Suka

    1. ngg… gitu ya? iya nih gue bikinnya bener bener lagi blank banget. pengen berenti bentar, tapi gaenak sama yg nungguin lanjutannya. jadinya begini dah hasil ketidakseriusan sayaa hehe

      Suka

  4. Akhirnya diposting juga ini fanfict! ^O^//
    Aaaa~ Author aku jadi mikir yang enggak enggak sama kata Jiyong ngajak bulan madu -_-
    Ini fanfict lebih pendek prasaan aku author ‘-‘v
    Tapi, chapter fokusnya ke pesta sama kerjaannya si Jiyong, drpd kemesraan chaerin-jiyong
    Menurutku juga alurnya kecepetan, tapi aku suka jalan ceritanya~
    Dilanjut yah author! Cepetaaan!!

    Suka

  5. DAEBAKK !!!!
    Nice story ¤” cerita’a g’pasaran,feelnya dpt,alurnya mdh d’phmi dan keren dech pkoknya.
    Apalagi castnya ada Alien Couple ska bgtttt !!!
    Next part bgian alien couple adain jga dong thor, buat aja skydragon ma Alien couple honeymoon together *_< ckckck….
    Next part d'tunggu thor cpetan d'post ea….
    #kamsamida *bow*

    Suka

  6. Yaaa bersambuungg

    yg paling ku suka dari part kalung bunga daisy itu td reaksi cl pas dgr penjelasan dr gd. Real bgt reaksinya, hihihi, tp penjelasan gd yg terakhir bikin perasaan tersentuh, mau mencintai org yg kurang, dpt bgt feel nya itu,

    Suka

  7. Jiyoung oppa senang banget u/pertama kalinya ada seseorang yang mau mendengarnya, terlebih itu adalah seorang yg sangat dicintainya.
    Ketakutan Jiyoung walaupun agak berlebihan tp memang itulah yg dirasakannya~
    Be strong, oppa! Fighting!! 🙂

    Suka

Leave Your Review Here!