Shinigami

Image

Title         : Shinigami

Scriptwriter : Andri Valerian

Casts :

Kim Jongin || Krystal Jung|| Kim Myungsoo

Genre  :  Action

Duration  : One Shoot (3500 words)

Rating     :  PG-13

Summary :

“Shinigami tak akan membiarkan senyawa pun lepas dari tangannya.”

Notes:

Terima kasih pada Zola Kharisa untuk posternya yang luar biasa.

Happy reading all~

******

Kim Jongin duduk di sofa panjang berbusa empuk di ruang tamu kondominiumnya. Ia tak sedang bersantai menyaksikan lenggok penyanyi yang menari di layar kaca ataupun menyesap secangkir minuman hangat. Tangannya sedang sibuk membesut sebuah handgun , salah satu peralatan kerjanya.

Hari ini, di mana ia tak ada sesuatu yang ia lakukan, Jongin memilih membersihkan peralatan-peralatan kerjanya yang sekarang terhampar di meja tamu. MAC 11, FN Browning HP, Revolver, pisau lipat swiss army, senapan untuk menembak jarak jauh alias sniper, lalu katana khas Jepang. Semua itu asli, bukan replika. Senjata-senjata itu adalah peralatan kerjanya sebagai seorang pembunuh bayaran.

Ia tak mau melihat peralatan kerjanya kotor saat ia menunaikan tugas walau ia tahu pekerjaan yang ia lakoni ini merupakan pekerjaan yang kotor dan tabu di mata Tuhan. Ia ingin senjata-senjatanya ini mengkilap kala mencabut nyawa targetnya

Jongin menghentikan acara besut-membesut senjatanya kala bel kondominiumnya berbunyi. Ia langsung melempar pandangannya ke arah pintu masuk. Mungkin bagi orang lain, bel berbunyi itu bukanlah suatu hal yang perlu dianggap serius. Namun baginya, itu adalah masalah yang harus ditanggapi.

Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat seperti orang yang baru selesai berlari di atas treadmill. Siapa gerangan yang bertandang ke kediamannya kala malam sudah selarut ini? Hanya segelintir orang yang tahu tempat peraduannya ini dan jika orang-orang itu ingin bertandang ke kediamannya, pasti akan menghubunginya sebelum bertandang ke sini. Apakah polisi yang datang? Apakah ada aksinya yang bocor?

Untuk berjaga-jaga, Jongin menggapai revolver dan memasukkan lima butir peluru ke dalamnya. Jika tamu yang bercokol di depan pintu membahayakan, maka ia tinggal menekan pelatuk dan membuat lubang di kepala si tamu tak diundang. Dengan langkah perlahan, ia beringsut menuju pintu masuk, melewati meja makan dan konter pantry di sisi kiri pintu.

Ia mengintip melalui lubang di pintu masuk, memastikan siapa yang berdiri di hadapan pintu. Jantungnya yang tadi berdetak kencang tiba-tiba seakan berhenti kala mendapati sosok yang ada di pandangannya.

Bukan polisi ataupun orang yang membahayakan dirinya. Seorang wanita yang begitu ia kenal dan juga wanita yang dulu begitu ia cintai, tampak kala ia membuka pintu. Tatapan mereka saling bersirobok tanpa ada satupun yang mengumbar kata.

“Bo…..boleh aku masuk?” Wanita berambut pirang itu lantas memecah tembok keheningan di antara mereka. Namun, Jongin tak serta melontarkan jawaban. Ia masih terpana menyaksikan sosok wanita itu. Pikirannya tergerak untuk memutar kembali memori yang memuat momen-momen bahagia kala ia dan wanita di hadapannya masih bersama.

“Tentu saja,” Jongin akhirnya membuka mulut seraya memberi isyarat pada wanita itu untuk masuk ke kondoiniumnya.

Wanita itu berjalan mendahului Jongin. “Kukira kau akan menyambutku dengan menodongkan pistol ke kepalaku.”

Jongin mengangkat alisnya. “Aku memang berniat seperti itu sebab aku takut kau itu polisi atau agen federal yang memburuku. Duduklah dulu, aku akan ambilkan minum untukmu.” Jongin berjalan ke arah pantry, meraih sebuah gelas yang kemudian diisi dengan air dari termos di lemari es.

“Lalu apa yang membuat seorang Krystal Jung bertandang ke apartemen seorang pembunuh bayaran di tengah malam seperti ini?” Jongin duduk di sofa panjang yang sama dengan Krystal namun ada jarak di antara mereka. Gelas air mineral untuk Krystal diletakkan di meja tamu, berdampingan dengan senjata-senjata miliknya. “Yang jelas bukan untuk menjalin cinta lagi denganku kan?”

Krystal terdiam sesaat. Pandangannya tertuju pada hamparan senjata di meja tamu. “Aku baru putus dengan Myungsoo.”

Dahi Jongin mengkerut, membuat dua alisnya bertaut. Ia teringat sosok Kim Myungsoo, pria yang berada di urutan teratas dalam daftar orang yang ia ingin cabut nyawanya. Pria itulah yang membuat Krystal berpaling darinya. Sungguh, ia begitu kesal mendengar nama itu.

“Kenapa kau bisa putus dengannya? Bukankah kau bahagia bersama dengan pejabat milyarder itu?” ujar Jongin, mengumbar nada sinis.

“Dia berselingkuh. Siapa sih yang tak sakit hati jika diselingkuhi?” Dari nada bicaranya, Jongin bisa mengerti rasa kesal yang dirasa mantan kekasihnya. Alih-alih menunjukkan wajah prihatin, Jongin malah memasang senyum simpul di bibir.

“Bukankah dulu kau juga begitu? Kau berselingkuh dengan pejabat itu dan membuatku sakit hati. Mungkin itu karma untukmu, kau berselingkuh lalu sekarang kau diselingkuhi.”

Kepala Krystal terpekur sesaat, memandang lantai marmer yang dipijaknya. “Ayolah Jongin! Jangan kau ungkit lagi masalah kita yang dulu. Hari ini hatiku sudah cukup sakit setelah putus cinta hari ini jadi jangan menambah penderitaanku.”

“Ok, Ok!! Aku mengerti.” Jongin mengangkat dua telapak tangannya dan tak berniat lagi melanjutkan mengungkit masa lalu mereka berdua. Revolver yang tadi ia genggam sudah terlebih dulu ia letakkan di atas meja.

“Namun aku yakin kau datang ke sini bukan hanya ingin mencurahkan isi hatimu yang sedang terluka itu bukan?”

“Aku ingin meminta tolong padamu tapi sayangnya aku tak punya cukup uang untuk membayar jasamu,” ujar Krystal seraya melempar tatapan serius pada Jongin.

Jongin kembali menaikkan alisnya. Ia sudah bisa menebak apa yang ada dalam pikiranKrystal. “Kau memintaku membunuh Kim Myungsoo? Apa kau serius?”

“Tentu saja. Aku ingin membalas sakit hati yang ia berikan padaku.”

“Aku mengerti maksudmu.” Tangan Jongin bersedekap dan mulai menekuni tawaran pekerjaan ini. “Lalu jika aku menerima tawaranmu, apa yang bisa kudapatkan?” Sebetulnya tanpa dibayar pun, ia akan tetap melakukan apa yang diminta Krystal sebab ia ingin sekali menyaksikan pejabat sialan itu meregang nyawa.

Krystal mendelik ke arah Kai seraya tersenyum sebelum melontarkan jawaban. “Yah, aku tak punya cukup uang untuk membayarmu tapi sebagai gantinya aku bisa memberimu kehangatan di tempat tidur.” Senyum genit muncul di bibir merahnya.

Seakan terpancing dengan senyum Krystal, Jongin juga memasang senyum di bibirnya. “Wow, tawaran yang menggiurkan. Kebetulan sekali ranjangku begitu dingin dan butuh sedikit kehangatan,” ujar Jongin. Ia terdiam sebentar, memikirkan tawaran itu.

“Ok, aku terima tawaranmu,” lanjut Jongin. “Kita lakukan malam ini saja. Jadi, kau akan menginap di apartemenku malam ini lalu esok siang aku akan mengantarkan kau pulang. Bagaimana?”

“Tak masalah. Itu bisa diatur.” Krystal mengangkat kedua bahunya. “Namun, aku tak bawa baju ganti untuk malam ini.”

“Itu gampang. Kita bisa membeli T-shirt yang ada di gerai pakaian yang ada di lobby. Lagipula kita perlu memberi alat pengaman bukan? Aku tak mau ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi  setelah kita bersenang-senang. Kau juga begitu bukan?” Jongin melirik Krystal, keduanya sama-sama tersenyum.

“Nah, bisa kita pergi ke lobby sekarang?”

“Tunggulah dulu. Lebih baik sekarang kau beritahu aku di mana Kim Myungsoo itu tinggal jadi besok aku bisa langsung membuat lubang di kepalanya.” Jongin bangkit dari duduknya menuju konter pantry . Ia menggapi sebotol vodka dari lemari pendingin dan langsung meneguknya dari botol itu.

“Terserah kau saja, Kim Jongin. Malam ini aku akan menjadi bonekamu.”

Jongin tersenyu sumringah. “Wow, kenapa kau tak menawariku hal seperti ini kala kita masih berpacaran dulu?”

“Aku menyimpan ini semua untuk saat yang tepat, Jongin.” Krystal kembali mengumbar senyum genit dan wajah menggoda.

“Malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan, Krystal Jung.”

******

Kawasaki Ninja 300cc milik Jongin merapat di depan gerbang masuk ke perumahan tempat rumah Kim Myungsoo berada. Sejak siang hari tadi setelah mengantarkan Krystal Jung pulang, ia sudah menyelidiki perumahan ini. Sepanjang penglihatannya, hanya ada satu pintu masuk dan cuma ada seorang satpam paruh baya yang bercokol di pos. Baginya, bukanlah sebuah kesulitan menerobos masuk ke dalam cluster ini.

Di dadanya sudah terkalung kartu identitas pers yang tentu saja palsu dan juga sebuah kamera SLR berlabel canon. Jongin akan menyamar sebagai wartawan yang ingin mewawancarai kim Myungsoo. Laki-laki brengsek itu memegang sebuah jabatan penting di kementerian pertahanan jadi pantaslah jika ada wartawan yang ingin mempercayainya.

Jongin berjalan ke arah pos satpam yang ada di depan gerbang masuk kompleks itu. Satpam tua itu sedang masyuk menyaksikan sebuah acara bincang-bincang di layar kaca sehingga ia tak sadar akan kehadiran Jongin.

“Selamat malam, Pak.” Satpam renta itu baru menoleh, meninggalkan acara bincang-bincangnya kala Jongin melempar kata. “Saya Lee Byunghul dari majalah Seoul Testament. Saya ingin mewawancarai Mr. Kim Myungsoo.”

Satpam itu mengerutkan dahinya. Wajahnya nampak bingung. Reaksi yang ditunjukkan satpam ini sudah diperkirakan oleh Jongin. Agak tak logis memang datang untuk mewawancarai orang di kala waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam seperti sekarang. Namun sejak awal, ia memang tak berencana masuk dengan cara halus seperti ini.

“Apa anda sudah membuat janji terlebih dahulu dengan beliau?” tanya satpam itu.

“Sepertinya belum, Pak. Tapi pihak majalah saya sudah membicarakan perihal wawancara ini walau kami belum menyepakati waktu dan tempat untuk wawancara ini. Jadi saya pikir Mr. Myungsoo tak akan keberatan jika saya datangi malam ini.”

“Tapi maaf sebelumnya, anda tida boleh langsung masuk ke dalam. Saya harus menelepon beliau terlebih dahulu untuk konfirmasi apakah ia mau menerima tamu atau tidak.” Satpam itu berbalik kembali ke dalam posnya dan hendak meraih gagang telepon yang tertempel di dinding. Namun Jongin memanggilnya dan membatalkan niat satpam itu.

“Tak usah repot-repot, Pak! Begini saja, esok saya akan kembali lagi ke sini dengan sudah membuat janji dengan Mr.Myungsoo. Nah sekarang, saya ingin minta waktu Bapak sebentar untuk tanya-tanya sedikit mengenai keseharian Mr.Myungsoo di kompleks ini. Bagaimana? Apa Bapak tidak keberatan?”

Satpam itu mendadak tersenyum sumringah. “Tentu saja. Tak masalah kalau soal itu.”

“Baiklah kalau begitu. Siapa nama Bapak?” Jongin mengulurkan tangan kanannya pada pria tua itu.

“Nama saya Park Jihee.”

“Si…Siapa pak?” Jongin berlakon seakan tak mendengar ucapan si lawan bicara.

“Park Jihee.” Si satpam mengulangi lagi melafalkan namanya. Tiba-tiba Jongin memberikan sebuah sentakan pada tangannya dan membuat si satpam langsung tertidur. Bukan menggunakan obat bius, Jongin menggunakan tekhnik hipnotis yang ia kuasai untuk membuat satpam ini tak sadarkan diri.

Tak mau buang-buang waktu, langsung saja Jongin mendudukkan tubuh satpam itu ke kursi tempat semula ia duduk dan mengaturnya agar tetap tampak seperti sedang menonton televisi. Setelah mengurus si satpam, Jongin mengambil sebuah remote yang tergeletak di samping televisi, sebuah remote yang diperuntukkan untuk membuka gerbang otomatis untuk masuk ke dalam perumahan.

Proses penyusupan selesai. Tak ada hambatan berarti yang ditemui Jongin untuk menyusup masuk, setidaknya belum.

Rumah-rumah nan megah berjejer di kanan dan kirinya. Bentuknya serupa satu sama lain dan seluruhnya tak berpagar. Bagi Jongin, komplek perumahan dengan sistem keamanan cluster seperti ini malah lebih berbahaya bagi si penghuni. Keamanannya hanya tergantung pada satpam yang berjaga di gerbang masuk. Jika si penjaga bisa dilumpuhkan, maka tamatlah riwayat si penghuni menunggu penjahat menyatroni rumahnya.

Sampailah Jongin di rumah target, rumah milik Kim Myungsoo. Rumah dengan bentuk yang sama dengan rumah lain di perumahan ini. Nomor 315 tercantum di kotak pos usang yang sudah berkarat di depan rumah. Sedikit berbeda dengan rumah yang lain, ada dua orang berbadan besar bercokol di depan pintu masuk rumah itu. Ditilik dari ukuran badannya, Jongin yakin bahwa dua orang itu adalah pengawal yang sengaja disewa Kim Myungsoo. Yah, namanya pejabat tak lengkap jika tak didampingi oleh pengawal khusus.

Namun Jongin tak takut sama sekali kala memasuki pekarangan rumah megah ini. Seperti yang sudah ia duga, dua pria besar itu langsung mengambil langkah untuk menghadang langkahnya.

“Anda siapa dan mau apa ke sini?” tanya salah satu dari dari mereka. Pakaian mereka berupa pakaian formal. kemeja putih berbalut jas hitam lengkap dengan dasi. Berbeda sekalui dengan Jongin yang mengenakan kaus putih tanpa kerah yang ditilap jaket denim berlabel levis.

“Namaku kim Jongin. Beritahu bosmu itu kalau aku datang ke sini untuk…..” Jongin menghentikan penjelasannya. Ia tersenyum dingin seraya memandangi kedua orang yang menghadangnya itu. “Mencabut nyawanya.” Ia langsung maju menyerang salah satu dari kedua pria itu. Jongin memberian sebuah pukulan tepat di ulu hati lawannya dan langsung membuatnya terkapar.

Pria besar nomor dua langsung menyerang Jongin, melancarkan sebuah pukulan yang mengincar pelipisnya. Seakan bisa membaca pikiran lawannya, Jongin membelokkan kepalanya dan membiarkan lawannya memukul angin. Melihat kesempatan, Jongin segera melancaran serangan balasan. Ia meraih tangan yang tadi mencoba memukulnya lalu memberikan sebuah pukulan keras pada sikunya. Pria besar itu langsung mengerang dan jatuh terduduk. Tak berhenti sampai di situ, jongin memberinya sebuah tendangan yang tepat mengarah ke dagunya dan membuatnya kehilangan kesadaran.

Setelah mengatasi kedua pria besar itu, Jongin melihat sekelilingnya. Baguslah, ujarnya dalam hati seraya membuang nafas lewat mulut. Tak ada yag melihatnya melakukan semua ini. Kedua pria yang tak sadarkan diri ia seret ke pelataran rumah dan ia senderkan ke tembok di samping pintu agar tak tampak mencurigakan. Sekali lagi, ia melihat sekeliling. Masih belum ada yang melihatnya.

Beruntung baginya, pintu masuk rumah ini terkunci namun saat ia merogoh saku salah satu kedua pengawal ini, ia menemukan kunci untuk membukanya. Berhasil membuka pintu, ia membuka tas punggungnya. Meraih sebuah handgun yang sudah dilengkapi peredam suara yang tertempel di moncongnya.

Ia mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah Kim Myung Soo ini. Matanya kesulitan mengamati keadaan sebab tak ada satupun lampu yang menyala, hanya harum lemon pewangi ruangan yang bisa ia raakan. Yang jelas, ruangan pertama yang ia masuki ini adalah ruang tamu. Samar-samar, nampak dua buah sofa putih panjang. Sebuah karpet, entah warnanya apa, tergelar di bawah sebuah meja kaca. Ia menyesal tak membawa senter dalam tas di punggungnya ini.

Baru berjalan selangkah meninggalkan ruang tamu, tiba-tiba gelap berganti terang benderang. Seluruh lampu yang tadi padam sekarang menyala, menyilaukan kedua matanya yang tak siap menangkap datangnya cahaya. Sebuah suara langkah kaki terdengar di telinganya, seseorang tengah berjalan menghampirinya.

“Selamat datang di rumahku, Kim Jongin alias shinigami.” Jongin mampu menangkap sosok orang itu. Seorang pria, memakai piyama yang dua kancing atasnya dibiarkan terbuka, memperlihatkan dada bidang pria itu. Ini dia targetnya malam ini, Kim Myungsoo, sedang tersenyum padanya.

“Krystal yang menyuruhmu bukan?”

Tanpa aba-aba, Jongin langsung mengangkat hangun yang ia genggam, mengarahkannya tepat ke dahi Myungsoo. “Kau tak punya kapasitas dan hak untuk bertanya seperti itu. Yang perlu kau tahu adalah peluru ini akan menembus kepalamu.”

Walau nyawanya tinggal berada dalam satu sentuhan pelatuk, wajah Myungsoo sama sekali tak menunjukkan wajah seorang yang akan dijemput maut. Ia tersenyum layaknya sedang menerim kunjungan tamu biasa. Lenggoh tingkahnya itu membuat Jongin bertambah kesal. Ingin sekali ia segera meekan pelatuk pistolnya dan melihat mayat orang ini bersibah darah dari kepalanya.

“Ayo, tidak usah malu-malu. Silahkan duduk!” Myungso memberikan isyarat dengan tangannya untuk mempersilahkan Jongin duduk. Sontak, Jongin menyipitkan matanya, mengisyaratkan sebuah kebingungan. Ada apa dengan orang ini? Apa ia tak takut mati? Sungguh, selama Jongin menekuni lakon sebagai seorang pembunuh bayaran, ia baru pertama kali menjumpai orang semacam ini. Alih-alih memohon dan mengiba agar nyawanya tak dicabut, ia malah mempersilahkan orang yang akan membunuhnya untuk duduk.

“Duduklah dulu. Kita ngobrol sebentar. Setelah itu, terserah kau ingin menembakku atau tidak.” Myung Soo kembali memintanya untuk duduk. “Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu dan kupikir akan sayang jika kau tak mau mendengar hal ini.”

Akhirnya Jongin menurunkan pistol yang tetap ia arahkan pada Myungsoo dan duduk di sofa. “Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Apa kau ingin menyampaikan pesan terakhir sebelum kau mati?”

Suara gelak tawa membalas pertanyaan dari Myungsoo seakan menjawab pertanyaan Jongin. “Aku suka dengan sifatmu yang tak bertele-tele dan berbicara langsung ke inti. Ok, aku punya dua hal yang ingin kusampaikan padamu. Yang pertama mengenai Krystal, wanita yang dulu kau dan aku cintai.

Tak tahu kenapa, Jongin langsung antusias mendengarkan cerita mengenai Krystal ini. Ya, semenjak cinta mereka berdua kandas, ia sama sekali tak tahu di mana wanita itu dan tak pernah mendengar kabar tentangnya. Baru semalam mereka bersua setelah sekian lama.

“Aku tak tahu kenapa kau masih mau diminta tolong olehnya setelah ia menyakiti hatimu. Kau dibayar berapa olehnya?”

“Bukan urusanmu,” jawab Jongin dengan nada ketus.

“Ok, ok.” Myungsoo mengangkat kedua tangannya seakan ingin menyampaikan ‘aku tak akan membahas soal itu lagi’. “Apa kau tahu? Dulu Krystal sempat menyuruhku untuk memberikan perintah pada agen federal agar menangkap dan mengeksekusimu. Namun aku menolak.”

“Kau berbohong atau tidak?”

“Ayolah, percaya padaku. Kalau pada waktu itu aku menerimanya, kau pasti sudah tak berada di sini lagi sekarang. Mudah saja bagiku untuk memberikan perintah pada agen federal atau kepolisian untuk menembak kepalamu. Krystal itu wanita brengsek,. Oh ya, selama kalian berdua berpacaran, apa pernah dia memberitahumu mengenai pekerjaannya?”

Jongin memutar otaknya, mengingat-ingat apa pekerjaan Krystal dulu. “Sepertinya ia tak pernh bercerita. Memangnya kenapa?”

Myungsoo tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. “Kau tahu, ia adalah seorang wanita penghibur para pria di sebuah klub malam. Ia bertandang ke sana lalu bercumbu dengan om-om hidung belang, memuaskan nafsu mereka lalu mendapat bayaran. Itulah caranya bertahan hidup selain menjadi benalu dan memeras uang kita. Tingkahnya tak sesuci wajahnya yang jelita itu. Kita semua telah ditipu olehnya.”

Cerita itu bagaikan sebuah cerita horor bagi Jongin sampai ia menelan ludahnya setelah Myungsoo menceritakannya. Ia masih bingung, antara percaya dan tidak. “Lalu ia mengatakan padaku bahwa kau berselingkuh. Betulkah itu?”

“Tentu saja,” sergah Myungsoo, langsung dan tampak begitu yakin. “Namun percayalah, selingkuhanku cuma satu namun Krystal punya lebih dari satu pria di belakangku.”

Setelah itu, suasana hening. Jongin hanyut dalam pikirannya sendiri. Apa yang akan ia lakukan sekarang? Tetap membunuh Kim Myungsoo atau melepasnya saja? Jika seluruh penjabarannya mengenai Krystal benar, maka ia dan pria ini bernasib sama. Dikhianati oleh seorang Krystal Jung.

Akhirnya,Jongin memilih tetap mengangkat pistol di tangan kanannya dan membunuh Myungsoo.

“Aku mungkin percaya pada ceritamu tapi maaf, aku akan tetap membunuhmu. Shinigami tak akan membiarkan senyawa pun lepas dari tangannya.”

Walau pistol kembali lagi mengarah ke kepalanya, Myungsoo masih bisa tersenyum seakan pistol yang diarahkan Jongin adalah pistol mainan. “Kau yakin mau melepas pelurumu dan membunuhku? Tunggulah, aku belum menyampaikan hal yang kedua padamu.”

“Ok. Akan kuberikan kesempatan terakhir bagi mulutmu agar bisa mengoceh untuk terakhir kalinya,” ujar Jongin. Pistolnya sama sekali tak beranjak dari kepala Myungsoo.

“Aku berbicara mengenai masa depanmu sebagai seorang pembunuh. Aku sudah mendapatkan rekaman kala kau menghajar dua pengawalku dan aku sudah mengirimkannya pada seseorang. Jika aku terbunuh, maka rekaman itu akan tersebar dan aku yakin jika hal itu terjadi, Kim Jongin si shinigami yang terkenal itu akan menyusulku ke akhirat. Kau membiarkan aku hidup, maka masa depanmu akan lebih terjamin dari sekarang dan jauh lebih cerah.”

“Apa maksudmu?” walau sudah diancam, Jongin tak menurunkan satu senti pistolnya.

“Aku berencana untuk merekrutmu dalam sebuah tim yang kuberi nama shinigami juga, seperti julukanmu. Tim ini diperuntukkan untuk membunuh setiap orang yang punya rahasia penting tentang negara kita dan juga para pejabat yang korupsi dan merugikan negara. Para buronan kelas kakap juga termasuk.”

“Apa keuntungannya jika aku menerima tawaranmu?”

Myungsoo kembali tersenyum. “Kau menerima tawaranku, maka seluruh dosa yang kau perbuat, catatan kriminalmu akan aman dalam genggamanku sebab kau pun nantinya akan berkerja di bawah pengawasan agen federal dan kementerian pertahanan khususnya aku. Bahkan aku bisa memberikan uang muka jika kau menerima tawaran ini. Satu juta, sepuluh juta, bukan masalah bagiku.”

Jongin mulai memikirkan tawaran ini. Pistolnya masih tetap mengarah ke kepala Myungsoo namun tatapan matanya tak lagi mengarah ke wajah pria itu. Mudah saja baginya untuk mengakhiri nafas Myungsoo, hanya tinggal menekan trigger saja. Namun, ia harus berpikir panjang  untuk bertindak sekarang. Myungsoo bisa dibilang juga memegang takdir hidup matinya dan masa depannya.

“Bagaimana, Shinigami? Apa keputusanmu?”

******

“Jongin, aku sudah berada di lobby. Kamarmu ada di lantai berapa?”

“Tak usah ke kamarku. Naiklah ke lantai lima lalui temui aku di tangga darurat lantai itu. Mengerti?” Jongin menyandarkan punggungnya di tembok abu-abu di tempat yang ia utarakan pada Krystal melalui telepon ini, di tangga darurat lantai lima ditemani sinar temaram lampu neon yang bergelantung di atasnya.

“Kenapa ke tangga darurat? Apa yang ingin kau lakukan di sana?”

“Sudah ikuti saja apa yang kukatakan. Cepatlah.” Jongin memutuskan teleponnya. Jemari tangan kanannya yang dilapisi sarung tangan hitam mengenggam sebuah handgun yang ditempeli peredam suara. Peluru sudah terisi penuh, siap menembak target yang datang dari pintu di hadapannya.

Kira-kira lima menit, sosok Krystal muncul juga dari pintu itu. Langsung saja, Jongin mengangkat tangannya yang menggenggam handgun, mengarahkan moncong senjata itu pada Krystal.

“A…Apa-apaan ini? Kau bercanda bukan?” Krystal tergugu mengucapkan kalimatnya. Badannya nampak gemetar. Jongin sudah tak asing lagi dengan lenggok tingkah seperti ini. Badan gemetar, titik-titik peluh mulai menggelitik kulit, semua itu timbul karena ketakutan yang mendera kala  melihat moncong senjata itu.

“Aku tak sedang bercanda. Ingatlah hari ini, Krystal Jung. Hari ini akan terpampang di batu nisanmu sebagai hari kematianmu.”

“Kenapa kau lakukan hal ini, Jongin? Apa yang dikatakan Myungsoo padamu sebelum kau membunuhnya?” tanya Krystal seraya membentangkan kedua tangannya.

“Asal kau tahu Nona Jung, aku tak membunuh Myungsoo.”

“Kenapa kau tak membunuhnya dan kenapa juga sekarang kau malah menodongkan pistol itu padaku?” Nada keputusasaan semakin kentara dalam omongan wanita itu.

“Ada dua hal. Yang pertama karena Kim Myungsoo menawarkan sesuatu yang menurutku menarik dan menguntungkanku.” Jongin menekan pelatuk. Sebuah peluru menembus perut Krystal. Ia langsung terjatuh, duduk menyandar ke pintu. Darah yang keluar darinya berbekas di sana. Nafasnya terengah-engah. Kedua tangannya dilumuri darah sebab dipergunakan untuk memegangi luka tembak itu.

“Dan yang kedua…” Jongin mengambil jeda sesaat. Ia ingin membuat Krystal merasakan gelombang rasa sakit yang pasti sudah menggerayangi perutnya sembari mengarahkan moncong pistolnya tepat ke dahi Krystal.

“Karena aku masih sakit hati dikhianati olehmu.” Jongin menarik trigger senjatanya untuk kedua kali. Kali ini, peluru yang dilesatkan senjata itu menghunjam kepala Krystal, membuatnya tewas seketika tanpa sempat berucap sepatah kata pun. Matanya masih terbelalak dan menatap Jongin seakan ingin mengatakan ‘kenapa kau menembakku’

Jongin menyelipkan handgunnya ke tangan si mayat. Itu dilakukan untuk menciptakan kesan pada polisi yang nanti memeriksa mayat ini bahwa orang ini menembak dirinya sendiri. Matanya memandangi mayat Krystal sebentar sebelum ia angkat kaki dari ruangan pengap ini yang diwarnai bau asap mesiu. Untuk sesaat, kenangan kala mereka masih bersama terputar di kepalanya. Ia merasa tak nyaman dengan ingatan itu, jadi ia segera membalikkan badan dan menuruni tangga abu-abu menuju lobby.

Dengan santai seakan tak terjadi apa-apa, Jongin melenggang ke luar bangunan hotel ini, menghampiri mobilnya yang terparkir di pelataran parkir yang berada tepat di depan pintu masuk. Ia menggapai ponsel di saku jeansnya lalu menghubungi pria itu.

“Aku sudah melaksanakan perintahmu. Kapan aku bisa mendapat uangnya dan kapan aku bisa mulai berkerja di kelompokmu itu?”

Suara Kim Myungsoo menyahut dari ujung telepon. “Paling telat nanti malam akan kutransfer ke rekeningmu. Kalau soal yang kedua, tunggu kabar berikutnya.”

“Aku senang berbisnis denganmu, Kim Myungsoo.”

“Aku juga, Kim Jongin. Oh ya, satu hal lagi. Mulai sekarang, kau akan kuberikan nama baru. Namamu adalah Kai, Kai si Shinigami.” Sambungan telepon terputus.

Jongin menyalakan mesin mobilnya. Ia tak memikirkan sama sekali mengenai nama baru pemberian Myungsoo yang sekarang menjadi atasannya. Ia menginjak gas dan meninggalkan hotel itu tanpa menoleh sedikitpun ke belakang

 END

Mungkin sudah agak terlambat ya, tapi saya ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri bagi para Movie Freak dan IFK Family yang merayakannya. Maafkan jika saya ada salah selama berkecimpung di blog ini.

Oh ya, saya juga minta maaf kalau tulisan action saya ini jadinya absurd sekali. Bagi yang menunggu kelanjutan Run Devil Run, tunggu paling elat hari minggu ini untuk Chapter 4-nya.

So, ditunggu komentarnya. Jangan takut, kalau jelek katakanlah jelek. 😀

16 tanggapan untuk “Shinigami”

  1. Ya Allah ini keren pisan. Alurnya seru, menarik, menegangkan dan bikin kaget juga. Ceritanya juga unik. suka yang action begini.
    muka dan karakter Jongin, Krystal, sama Myungsoo cocok. bisa ngebayangin deh gimana2nya 😉

    ngh, shinigami? jadi inget Ryuk dan Rem di death note kkk x)

    intinya, ini keren!! run devil run ditunggu 😀

    Suka

    1. Baguslah jika kamu bisa ngebayangin gimana ceritanya:-D Saya udah takut-takut jika cerita ini gagal.

      Judulnya ini memang aneh dan kayaknya memang nggak nyambung dengan jalan ceritanya. Habis saya sudah buntu mau pakai judul apa.

      Ok, Siiip! Makasih udah baca yaa!!

      Suka

  2. Aku sempat mikir awalnya Jongin itu shinigami seperti Ryuk sm Rem tp ternyata dia manusia pembunuh wkwk. Alur ceritanya keren! Actionnya juga dapat bgt. Mungkin ada bbrp typo tapi gak masalah karena diksinya juga bagus dan rapi 🙂
    Keep writting ya! 🙂

    Suka

  3. wuuuu bagus ndri o_o tapi typomu banyak juga ya xD
    btw kalau kamu mau nulis Kim Myungsoo ya Kim Myungsoo aja.kadang aku nge-spot Kim Myung Soo xD
    eh anyway… menurut aku ini kayak prolog lho!
    bkin side story/sequel dong.. apa ga kamu bkin jadi series aja!!!XD
    aku trtarik sama organisasi buatan Myungsoo itu loh -__-
    duh Myungsoo kece ya../?/

    Suka

    1. Typo banyak? Jangan heran, jika ada pemilihan scriptwriter paling banyak Typo di IFK, saya lah yang akan kepilih. 😀
      Saya rasanya males banget buat baca ulang setelah nulis cerita, hehehehe. Tapi berikutnya, saya akan usahan membaca ulang tulisan saya sebelum tayang di sini.

      Series atau sequel? Nanti coba dipikirin lagi deh. Saya udah ada dua series yang masih belum selesai di sini jadi kalau series kayaknya nggak dulu deh. Tapi kalau sequel, saya mau buat lagi kok.

      Thank’s ya udah baca dan comment!

      Suka

  4. Krystal knpa jadi cewek kayak gtu ><
    kasian smua castnya haha krystal nya jadi licik di sni tapi bagus ceritanya XD

    Suka

  5. Suka dah sama alur n pendeskripsian ataupun critany. Jempolan dah (y) pokokny saia suka itu aja. Utk typo n sebagainy n sebagainy saia cenderung gak peduli kalo udh suka xD
    aduh, komen macam apa ini -_-
    hwaitting ‘o’)9

    Suka

  6. Waah.. beneran nggak nyangka Krystal karakternya kayak gitu >< oh ya tadi aku lihat ada nama 'Kai' nyempil-nyempil di narasi, padahal di awal2 panggilannya si Shinigami itu 'Jongin', kan? tehehe.. nggak bisa kutebak endingnya… malah Krystal yg ditembak. Myungsoo pinter deh, membalikkan keadaan, kekeke 😀 tapi scene action-nya kurang nih… gapapa, tetep bagus kok! ^^

    Suka

  7. Wow daebak banget FFnya ^^
    sebenernya aku udah baca dua kali sih cuma baru sekarang sempet ngasih komentar…hehe mian ya ^^ V
    Karakter Krystal di sini bener-bener ngerubah pemikiran aku ke dia sebagai cewe polos
    Myungsoo keren banget di sini X) Kai lebih keren lagi…haha #apasih
    Kai si shinigami…namanya cocok banget loh X) keep writing ^^

    Suka

Leave Your Review Here!