[Vignette] Beside You

B E S I D E Y O U

a short movie by Tsukiyamarisa

main cast VIXX’s Hyuk and AOA’s Seolhyun genre Friendship, Fluff duration Vignette (1500 words) rating General

.

Seolhyun benci hujan, Namun, ia menyukai perhatian seorang Sanghyuk kala hujan turun.

.

Hujan lagi.

Sudah tak terhitung berapa kali tetes-tetes air tersebut jatuh ke atas bumi, menghadirkan rasa dingin yang menusuk, udara lembap, serta permukaan aspal dan tanah yang selalu basah di setiap harinya. Awan kelabu nyaris tak pernah absen dari langit sana, pun dengan suasana muram yang sepertinya menghantui setiap sudut kota. Semua orang tampak bergegas dalam melangkahkan kaki, terkadang ditingkahi gerutuan dan rasa kesal karena hujan telah membuat penampilan mereka sedikit berantakan.

Tak terkecuali dengan gadis itu.

Han Sanghyuk baru saja melangkahkan kakinya masuk ke ruang kelas pada suatu pagi, lengkap dengan jaket tebal yang membalut tubuh jangkungnya dan rambut yang sedikit basah karena ia harus berlari menembus gerimis di pagi buta. Kendati begitu, hal tersebut tak menyurutkan niatnya untuk tetap bersikap ceria serta menebar sapa pada teman-teman sekelasnya, sebelum akhirnya ia pun menjatuhkan pantat di atas kursi kayu dan menolehkan kepala untuk menyapa teman baiknya.

“Hei, Seol—” Senyum Sanghyuk seketika pudar dan keningnya berkerut dalam. “—kau baik-baik saja, kan?”

“Jangan berisik, Hyuk, kepalaku pusing sekali.”

Suara Seolhyun yang terdengar serak dan lemah sontak membuat rasa khawatir Sanghyuk mencuat naik ke permukaan. Seraya mencondongkan tubuh lebih dekat ke arah sahabatnya itu, telapak tangan Sanghyuk pun otomatis menempel pada kening Seolhyun, merasakan panas yang bersemayam di sana sementara sang gadis hanya bergumam tak jelas.

“Kau sakit?”

“Hmm.”

“Kim Seolhyun, kau sakit? Kenapa kau tidak tinggal di rumah saja?”

Seolhyun mendelik ke arah Sanghyuk, meskipun raut wajahnya yang pucat itu jelas-jelas mengurangi efek galak yang seharusnya bisa ia ciptakan. “Iya, Han Sanghyuk. Kau bisa lihat, sendiri, bukan? Sudah jangan ce—uhuk, uhuk—jangan cerewet begitu, bodoh!”

Mendengar bentakan Seolhyun—dan menimbang kondisinya yang sedang tidak sehat—Sanghyuk pun lekas-lekas mengunci bibirnya rapat dan menghilangkan niatnya untuk menginterogasi Seolhyun lebih jauh. Lelaki itu memandangi Seolhyun dengan sorot cemas sembari melepaskan jaket tebal yang tadi membungkus tubuhnya, bermaksud untuk menyelimuti Seolhyun dan membuat gadis itu merasa sedikit lebih baik.

“Seolhyun-a,” Sanghyuk berbisik pelan sambil menyampirkan jaketnya di atas tubuh gadis itu, jemarinya tanpa sadar terulur untuk mengusap puncak kepala Seolhyun lembut. “Pergilah ke ruang kesehatan, aku akan mengantarmu pulang nanti. Oke?”

Seolhyun mengangguk lemah, dengan patuh bangkit berdiri dan menyeret kakinya ke arah pintu kelas. Namun, baru beberapa meter saja gadis itu melangkah, Sanghyuk bisa melihat tubuh Seolhyun yang sedikit limbung dan—

Bruuuk!

“Seolhyun-a!”

Beberapa gadis di kelas itu memekik kaget, sementara Sanghyuk sendiri cepat-cepat berlari ke samping Seolhyun dan berusaha mengangkat gadis itu ke atas pangkuannya. Diliputi rasa panik yang semakin mendera, Sanghyuk pun otomatis memerintah salah seorang temannya untuk mengambilkan tas miliknya dan Seolhyun, sementara ia sendiri berusaha keras untuk menggendong Seolhyun di punggungnya dan meminta izin absen pada ketua kelas.

Sepertinya, Sanghyuk tak punya pilihan selain mengantar Seolhyun pulang sekarang.

***

Sanghyuk bisa merasakan panas tubuh Seolhyun dari jarak sedekat ini, terlampau panas sampai-sampai membuat tubuhnya sedikit berkeringat.

Lelaki itu berjalan dengan langkah perlahan, berusaha memanggul berat tubuh sang gadis sementara tas keduanya tersampir di bagian depan tubuh Sanghyuk. Jarak rumah Seolhyun dengan sekolah hanya berkisar antara lima sampai tujuh menit saja, namun dengan beban seberat ini—uh, ya, Sanghyuk bersumpah bahwa ia akan menyuruh Seolhyun diet saat gadis itu sembuh nanti—tak ayal perjalanan tujuh menit itu pun berubah menjadi hampir lima belas menit lamanya.

“Seolhyun, kau menyimpan kunci rumahmu di mana?” Sanghyuk bertanya dengan napas terengah, merasakan punggungnya mulai sakit karena terlalu lama menggendong Seolhyun. Namun, alih-alih mendapat jawaban, pemuda itu hanya bisa mendengar gumaman Seolhyun yang tak jelas, pertanda bahwa gadis itu masih tak sadarkan diri.

“Kau ini.” Sanghyuk menghela napas keras, pada akhirnya memutuskan untuk membawa Seolhyun ke rumahnya sendiri yang hanya berjarak sepuluh meter dari rumah Seolhyun. “Selalu membuatku khawatir saja.”

Sembari mendorong pintu depannya hingga terbuka lebar, Sanghyuk berjalan masuk dan meletakkan Seolhyun di atas sofa ruang tengahnya, diikuti dengan helaan napas panjang penuh kelegaan. Lelaki itu lantas mengusap peluh yang membasahi wajahnya dan mulai meluruskan tubuh, membiarkan punggung dan pundaknya merasa sedikit rileks.

“Tapi….” Sanghyuk masih berbicara sendiri tatkala ia berlutut di sisi Seolhyun beberapa menit kemudian, sebelah tangannya meletakkan handuk basah di atas kening sang gadis untuk mengompres panas tubuhnya yang tak kunjung turun. “…aku tak bisa mengabaikanmu, ‘kan, Seolhyun-a? Kau ini merepotkan, namun mengapa aku selalu peduli?”

Seolhyun masih tak menjawab, membuat Sanghyuk sedikit gemas dan spontan mengulurkan tangan untuk mendaratkan cubitan ringan di atas pipi tembam sahabatnya. Masih dengan seulas senyum yang menempel di bibirnya, Sanghyuk pun membentangkan selimut yang ia bawa dari kamarnya ke atas tubuh Seolhyun dan berbisik, “Cepat sembuh, ya.”

***

Entah karena mendengar ucapan Sanghyuk tadi atau karena hal lain, sepasang kelopak Seolhyun pun mengerjap terbuka beberapa jam kemudian. Gadis itu menolehkan kepalanya ke segala arah dengan linglung, pandangan matanya masih sedikit kabur karena rasa pening yang menusuk-nusuk. Sambil berusaha mendudukkan dirinya sendiri, Seolhyun bisa merasakan selimut yang membungkus tubuhnya merosot turun dan kesadaran pun seketika menghantamnya sedemikian rupa.

“Sanghyuk-a?” Seolhyun memanggil pelan, menyadari bahwa ia tengah terbaring di atas sofa ruang tengah rumah Sanghyuk dan baru saja tertidur lelap menggunakan selimut bergambar beruang—iya, beruang imut dengan pita merah—yang menjadi favorit Sanghyuk sejak SD dulu. “Han Sanghyuk?”

“Eung, berisik sekali, Nona.” Erangan keras terdengar dari bawah sana, membuat Seolhyun lekas menundukkan kepala dan memekik kaget di detik berikutnya. Bagaimana tidak, orang yang dicarinya sejak tadi ternyata sedang berbaring di sana, tepatnya di atas karpet cokelat tua yang berada di samping sofa.

“Kau… sedang apa di situ?”

“Kau memakai sofaku, Kim Seolhyun.”

“Memang badanmu tidak sakit, tidur di sana?”

“Tentu saja sakit, bodoh.”

“Lantas, kenapa tidak tidur di kamar saja?”

“Aku….” Lidah Sanghyuk mendadak kelu, seluruh jawaban yang sudah ia persiapkan sejak tadi buyar seketika. Malu, sekaligus enggan untuk mengakui kalau ia terlalu khawatir dengan Seolhyun, terlampau cemas untuk meninggalkan gadis itu sendirian tanpa teman.

“Han Sanghyuk,” ucap Seolhyun sambil menjungkitkan sepasang alisnya ke atas, bersikap seolah ia bisa membaca isi hati kawan baiknya. “Kau… mengkhawatirkanku, ya?”

“Ah… ti-tidak!” bantah Sanghyuk langsung sambil membalikkan tubuhnya hingga menelungkup. “Siapa yang khawatir? Kau hanya demam biasa, bukan? Buktinya, itu sudah sembuh!”

“Well…” Seolhyun menggantungkan kata-katanya dan mendudukkan diri tepat di samping Sanghyuk, kedua telapak tangannya mendarat tepat di atas pundak sang lelaki yang terasa kaku. “Kau hanya berbicara panjang lebar begitu kalau sedang berbohong, Hyukkie-ya, jangan kira aku tidak tahu.”

“I-itu—ya! Kim Seolhyun, kau sedang apa, hah?”

“Sudah diam saja.” Seolhyun mengulum senyum senang, tangannya yang tadi berada di atas pundak Sanghyuk mulai bergerak untuk memijat lelaki itu dengan lihai. “Ini untuk tanda terima kasihku.”

Sanghyuk menelan ludah, namun ia tetap membiarkan sepasang tangan Seolhyun memijat pundak dan punggungnya yang masih pegal karena aksi sok pahlawan tadi pagi (yeah, Sanghyuk menganggap aksi menggendong Seolhyun sebagai tindakan yang heroik).

“Maaf merepotkanmu,” ujar Seolhyun setelah membiarkan beberapa menit berlalu dalam keheningan, tangannya kini beralih untuk memijat lengan atas Sanghyuk. “Aku tidak menyangka kau akan… yah…”

“Akan menggendongmu? Ha! Tentu saja kau tak menyangka. Beratmu itu berapa sih, Seolhyunnie?”

Pletak!

“Ouch, kenapa memukul kepalaku?”

“Karena kau idiot, mana ada laki-laki yang bertanya seperti itu pada seorang perempuan? Han Sanghyuk, bodoh, aku memben—“

“Kau tidak mungkin membenciku, Seolhyun-a. Aku ini penolongmu, ingat?” Sanghyuk berucap bangga sambil menepuk dadanya sendiri, membuat Seolhyun serta-merta mengeluarkan suara seperti orang mau muntah dan menarik tangannya dari bahu sang lelaki.

“Penolong apanya.” Seolhyun membalas ketus sembari memutar kedua bola mata, dengan santai beringsut ke samping Sanghyuk dan meletakkan kepalanya di atas pundak lelaki itu. “Ini hukuman untukmu, Sanghyuk-a. Aku akan menjadikan bahumu sebagai sandaran alih-alih memijatnya.”

Mendengar ucapan Seolhyun tersebut, Sanghyuk pun diam-diam menahan tawa geli. Melihat Kim Seolhyun yang sudah bisa berdebat dan terlihat cemberut seperti ini hanya berarti satu hal, gadis itu pasti sudah merasa baikan. Dan Sanghyuk merasa lega karenanya.

“Omong-omong,” kata Sanghyuk sambil memperhatikan gadis yang tengah bersandar padanya itu, tanpa sadar mengulurkan jari-jarinya untuk menyibakkan helai-helai rambut panjang Seolhyun, “Kenapa kau tidak istirahat di rumah saja hari ini?”

“Orang tuaku sedang tidak di rumah,” balas Seolhyun sambil lalu, tangannya kini menekan-nekan tombol remote televisi untuk memilih channel yang menarik. “Dan aku tidak suka ditinggal sendirian. Apalagi sedang musim hujan begini. Aku benci hujan dan—“

Petir menyambar di luar sana, membuat Seolhyun sedikit terlonjak kaget dan mencengkeram ujung kemeja Sanghyuk.

“—aku juga benci itu.”

Sanghyuk melepas tawa, terlebih ketika ia mendapati raut wajah Seolhyun yang semakin cemberut dan terlihat merajuk. Huh, gadis ini memang lebih tua beberapa bulan jika dibandingkan dengan dirinya, namun Sanghyuk selalu merasa bahwa ia—terlebih dalam situasi seperti ini—lebih cocok untuk menjadi kakak Seolhyun.

“Oke, oke, aku paham. Kau boleh tinggal di sini sampai orang tuamu pulang. Toh, ibuku tidak akan keberatan.”

“Thanks,” gumam Seolhyun, kali ini sembari merapatkan tubuhnya pada Sanghyuk dan kembali meremas tangan lelaki itu erat-erat kala suara petir yang menggelegar terdengar lagi. “Karena selalu berada di sampingku, terima kasih, Sanghyuk-a.”

Sanghyuk terkekeh lirih, lengannya terangkat untuk merangkul pundak Seolhyun dengan penuh rasa sayang. Kalimat Seolhyun barusan membuatnya bahagia, satu hal yang jelas-jelas tak bisa ia pungkiri. Meskipun punggungnya masih terasa sedikit pegal, meskipun Sanghyuk bisa merasakan hidungnya sedikit gatal karena tertular flu, dan meskipun ia harus rela dijadikan bantal untuk bersandar, tetapi Sanghyuk melakukan semua itu dengan senang hati karena….

“Itu gunanya sahabat, bukan?”

.

.

Because a best friend always stay beside you in good and bad times

 .

.

A/N:

Another short fic dengan anak VIXX dan AOA karena saya lagi kena WB akut ;;__;; sebenarnya dari kemarin udah nggak ada niatan buat baca atau nulis fic apa pun (iya aku tau kalo ABT sama EXOseries masih menumpuk) tapi ada daya feeling nulis beneran nggak ada T_T

Jadi setelah bolak-balik ke word dan nyari2 gambar, akhirnya saya memutuskan bikin fic kilat SeolHyuk ini yang (alhamdulillah) kelar dan WB pun mulai ilang ehehehe :3

special thanks for ‘para pelopor’ SFC (Seolhyuk Fans Club) tercinta—Tiwi, Ivana, Vira—semoga fic ini makin meramaikan virus Seolhyuk di IFK ya! 😀

Dan untuk yang sudah baca, mind to review?