[Vignette] Pretended to be Fine

073

Pretended to be Fine

a movie by tsukiyamarisa

starring LUNAFY’s Yun and AOA’s Hyejeong duration Vignette (1.900+ words) genre Romance, Sad, Angst rating G

.

summary

Agaknya, berdalih dan berlakon abai adalah kemahiran utama sang pria

.

.

Terkadang, mengingat secercah senyum itu membangkitkan getar rindu di dadanya

.

.

Kala pagi datang ditemani rintik hujan yang membasahi guitar case miliknya, Yun memilih untuk lekas-lekas menepi di bawah naungan atap akademi seraya menyeruput segelas kopi panas. Kelas aransemen musiknya baru akan dimulai pukul sembilan nanti, tetapi di sinilah ia berada, tak tahu harus melewatkan dua jam ke depan dengan cara apa.

Pemuda berusia dua puluh tahun itu menghela napas pelan, membiarkan tungkainya merajut langkah di sepanjang koridor akademi seni tempatnya bernaung. Melihat-lihat beberapa kelas yang sudah memulai aktivitas mereka terdengar cukup seru, maka ke tempat itulah Yun mengizinkan kakinya terus melangkah.

Papan nama kelas modern dance menyambutnya, membuat senyuman simpul sedikit terulas di bibirnya. Sembari berjingkat ke arah jendela kaca besar yang terletak di samping pintu, tatapan Yun otomatis berkelebat ke sudut kanan ruangan, mencari tempat di mana gadis itu biasanya berdiri. Sayang, hari ini, ia tak dapat menemukan pujaan hatinya.

“Padahal aku rindu padamu, Nuna,” bisik Yun pelan sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding di samping kaca jendela, lantas mereguk kopi pahitnya lagi dengan pilu. Ingatannya melayang pada beberapa keping kenangan di masa lalu, saat ketika ia mengintip gadis itu dari balik kaca jendela dan saling bertukar senyum selama beberapa sekon.

Yun tahu benar bahwa merindu bukanlah perasaan yang menyenangkan, tetapi ia rasa, ia tak mampu menahan dirinya sendiri.

Karena senyum gadis itu—walau bagaimanapun juga—sudah terlanjur terpatri di dalam benaknya.

.

.

Dan kala masa lalu merambat masuk, bulir air mata pun akan terakumulasi di pelupuknya

.

.

Namanya Shin Hyejeong.

Gadis itu lebih tua setahun darinya. Ia adalah salah seorang anggota klub dance, tetapi Yun terkadang memergokinya berada di ruang latihan vocal seorang diri untuk bernyanyi. Hyejeong selalu berkata bahwa menyanyi bukanlah tujuan utamanya bergabung di akademi ini, tetapi ia terkadang tak dapat menahan diri untuk sekadar menyalurkan hobi.

“Tak apa,” jawab Yun sambil memetik senar gitarnya secara asal waktu itu, mengiringi lirik lagu yang keluar dari bibir Hyejeong. “Suara Nuna bagus, kok.”

Lalu Hyejeong akan tertawa, dengan riang mengacak puncak kepala Yun layaknya pemuda itu masihlah seorang bocah. Sang gadis biasanya mengikuti aksi itu dengan menumpukan dagunya di atas kedua tangan, irisnya lekat menatap Yun kala ia bergumam, “Tapi suaramu lebih bagus. Coba, nyanyikan sebuah lagu.”

Jujur saja, Yun selalu berpendapat bahwa Hyejeong bukanlah seorang wanita yang pandai dalam mengeluarkan jurus merajuk atau berlakon imut. Namun, melihatnya menggembungkan pipi sembari menunggu Yun memilih sebuah lagu, selalu berhasil melunturkan pendapat objektif barusan. Otaknya menjadi tidak rasional, dan tanpa sadar Yun pun akan bergumam mengenai “betapa lucunya paras sang gadis” sebelum akhirnya memainkan sebuah lagu.

Konyol, kalau diingat-ingat.

Tetapi, kekonyolan itu kini tak lagi berhasil membuatnya tertawa. Mengingat semua itu hanya membuat hatinya terasa bagai diremukkan. Kenangan bahagia—dalam opini seorang Han Seung Yun—belum tentu bisa membuatmu tersenyum sepanjang masa.

Karena faktanya, kenangan bahagia yang satu ini malah membuat pelupuk matanya bengkak karena terlalu banyak menampung tetes air mata.

.

.

Lantas, ia pun bertanya walau tahu ini terlambat

.

.

Kalau boleh jujur, Yun menyukai segala macam hal yang berada dalam diri gadis itu. Ia suka cara Hyejeong tersenyum, menggerakkan badan mengikuti irama lagu, bernyanyi walau kadang dengan nada yang tidak pas, hingga bagaimana gadis itu memercayai Yun dengan segala rahasianya.

Atau tidak.

Setahun setelah mereka saling mengenal, Hyejeong berkata bahwa ia punya satu rahasia besar menyangkut teman Yun di kelas aransemen musik. Gadis itu rupanya menyimpan rasa pada seorang Choi Jonghun—senior Yun di akademi itu. Namun, alih-alih berhasil mendekati sang pria yang dikaguminya, Hyejeong malah lebih memilih untuk berkawan dekat dengan Yun.

Apa ia tidak tahu, kalau Yun juga manusia biasa yang punya perasaan?

Beberapa kali, Yun pernah menggoda Hyejeong—atau mungkin lebih tepat dikatakan menyindirnya secara tidak kentara. Ia mencandai gadis itu, sekaligus menyisipkan sedikit sarkasme atau isi hatinya di dalam setiap kalimat. Sayang, sang gadis lebih sering bersikap tak acuh dan membalas semua pertanyaan Yun dengan satu kalimat yang mempertegas status hubungan mereka.

Kenapa Nuna tidak mengagumiku saja? Kita bahkan sudah dekat dan aku tidak mungkin menolak, Nuna, bukan?”

Hyejeong hanya tertawa ringan, lalu kembali mencubit pipi Yun dengan gestur seorang kakak. Lagi-lagi mematahkan hati lelaki itu tanpa sadar, atau mungkin, ia memang tidak terlalu menaruh atensi pada makna implisit yang terkandung dalam rentetan kalimat Yun barusan.

Kamu ini bicara apa? Kamu ‘kan, sudah seperti adik lelakiku, Yun-a. Tentu saja kamu tidak bisa menolak kehadiranku.

Hyejeong selalu mengucap jawaban yang sama setiap saat, mendorong Yun untuk tersenyum hambar seraya mengiyakan. Hubungan mereka yang sudah seperti kakak dan adik selalu membuat pemuda itu tersiksa, tetapi pilihan apa yang ia punya? Ia tak ingin terlalu memaksa sang gadis, entah karena ia memang tak mau bertindak egois atau malah terlampau takut.

Akibatnya, tentu saja sudah bisa diprediksi.

Yun tak pernah punya keberanian untuk bertanya, dan kini, ketika ia akhirnya mampu untuk meluncurkan kalimat bernada keingintahuan tersebut tanpa tergagap-gagap—

Nuna, pernahkah kamu menyadari perasaanku?”

—hanya desau angin saja yang berdesir pelan menjawabnya.

Oh, atau mungkin lebih tepatnya, mengejek pemuda itu.

.

.

Ketahuilah, kalau terkadang egonya juga tak bisa terus dikekang

.

.

“Jadi, Senior Jonghun sudah punya pacar?”

Hal terklasik—menurut pendapat seorang Yun—adalah menyukai seseorang dan mendapati kalau orang tersebut sudah memiliki tambatan hati. Pemuda itu bahkan nyaris yakin kalau hampir sebagian besar orang di dunia ini pasti pernah mengalami hal tersebut, tak terkecuali sang gadis yang kini sedang melamun di hadapannya.

Yeah,” gumam Hyejeong sembari mengedikkan bahu, lalu menambahkan, “lagi pula, kupikir rasa sukaku itu hanya sebatas kagum. It’s okay.

Yun mengangguk pelan, membiarkan gadis itu bergeser duduk ke sampingnya dan menyandarkan kepala pada pundak sang lelaki. Bergeming selama beberapa jenak lamanya, sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai akhirnya Yun memecah keheningan itu dengan sebuah perintah yang menyiratkan sifat egoisnya.

“Kalau begitu, Nuna sebaiknya tidak usah menyukai siapa-siapa.”

“Kenapa begitu?”

Dan Yun pun akan mengulurkan lengannya, secara otomatis merapatkan jarak di antara pundak mereka seraya bergumam, “Karena aku tidak mau Nuna sakit hati.”

Mendengarnya, Hyejeong pun hanya bisa terkekeh pelan dan mengiyakan. Gadis itu jelas telah menyalahartikan sikap protektif Yun barusan. Tidak, ia tidak melakukan semua ini karena ia telah menganggap Hyejeong sebagai kakak perempuannya sendiri. Yun melakukan ini karena ia tak bisa terus-menerus memendam egonya sebagai lelaki. Ia menyukai Hyejeong, dan ia hanya punya satu tujuan yang pasti saat ini.

Ia hanya ingin memastikan gadis itu tetap di sisinya.

.

.

Dan pahamilah pula, apa yang tertunda selalu berujung pada penyesalan

.

.

“Sampai kapan kau akan berlaku seperti idiot?”

Ketika teman sekelasnya mengucap pertanyaan itu tanpa hati, Yun hanya bisa meringis kecil dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia memang orang bodoh—atau lebih tepatnya—ia seorang pengecut.

Iya, ia pengecut karena telah menyimpan Hyejeong di sampingnya hingga selama ini tanpa kejelasan status. Ia seorang penakut yang tak kunjung bisa mengatakan perasaannya sendiri, padahal gadis itu jelas-jelas sudah melupakan Choi Jonghun dan lebih sering menghabiskan waktu bersamanya. Ia sendiri yang bersalah di sini, dan tidak sepantasnya ia merutuki nasib buruk yang menimpanya, bukan?

“Kudengar, Senior Jonghun kemarin menyatakan cinta pada gadis kesayanganmu itu.” Teman Yun kembali berucap, sorot matanya terarah pada Yun yang sedang merenungi kesialannya. “Aku tidak tahu kenapa ia tiba-tiba putus dan malah mengejar-ngejar gadismu, tetapi—“

Kelanjutan ucapan itu tak terdengar, karena Yun sudah lebih dahulu bangkit berdiri, menendang kursi tempatnya bermuram durja hingga terguling, lantas berderap keluar dari kelas seraya memaki-maki. Tujuannya hanya satu, menemui Hyejeong dan mengutarakan semua yang tersimpan rapat di dalam benak tanpa pengecualian.

Ia tidak ingin menunda lagi, karena ia tak mau melihat Hyejeong kembali tertarik pada Choi Jonghun dan memutuskan untuk mengiyakan ajakan kencannya.

Ia tak ingin bertemu dengan kata penyesalan.

Tanpa ia tahu bahwa penyesalan itu sudah terlebih dahulu mengendap-endap di belakangnya.

.

.

Karena kita memiliki waktu, tapi kita bukanlah pengendali waktu

.

.

Pada akhirnya, Hyejeong tak pernah membalas ajakan kencan dari Jonghun.

Pun, pada saat yang bersamaan, ia tak pernah mendengar pengakuan rasa suka yang sudah susah payah Yun rencanakan.

Hari itu, ketika Yun akhirnya menyadari bahwa ia adalah seorang penakut yang tak kunjung bisa mengungkapkan perasaannya, adalah hari terburuk dalam hidupnya. Segala angannya soal pernyataan cinta lenyap sudah, terhapus seiring dengan derap langkah kakinya menuju ruang dance yang kosong melompong.

“Mereka ada lomba di luar kota dan baru akan kembali nanti malam,” ucap seorang gadis—sepertinya dia setingkat di bawah Hyejeong—seraya membungkuk sopan dan meninggalkan Yun tercenung di depan pintu ruang latihan. “Aku permisi dulu.”

Yun tidak memperhatikan gadis itu melangkah pergi, melainkan buru-buru menarik keluar ponselnya dari dalam kantong celana dan mengirim sebaris pesan singkat. Mengabari Hyejeong bahwa ia akan menunggu gadis itu di depan akademi—tak peduli hingga selarut apa—sekaligus menegaskan bahwa ini penting dan Hyejeong harus menemuinya terlebih dahulu sebelum bersua dengan Choi Jonghun.

Dan sungguh, tak ada yang lebih melegakan benak Yun dibandingkan getar singkat di ponselnya yang menandakan satu pesan masuk. Sebaris kalimat bertuliskan “Oke, aku berjanji akan langsung menemuimu” tercetak jelas di sana, membuat ekspresi wajah lelaki itu seketika berseri-seri. Hyejeong tak pernah berbohong padanya, dan kali ini, Yun pun yakin bahwa ia hanya perlu menunggu dan percaya pada perkataan sang gadis.

Sampai penantian itu diruntuhkan oleh si pembawa berita di televisi, membuat Yun lagi-lagi harus menelan kenyataan yang terasa lebih pahit daripada pil obat atau kopi favoritnya. Janji dan rasa percaya, kedua hal itu kini tak ubahnya bagai omong kosong di dalam hidup Yun.

Karena apa gunanya mengucap janji, jika—

“Bus yang ditumpangi anggota klub dance terlibat kecelakaan beruntun.”

—waktu sama sekali tak mengizinkan dirimu untuk menepatinya?

.

.

Dan ia tetap di sini, masih setia berdalih dan berlakon abai

.

.

“Kau ini pintar berbohong, ya.”

Dulu, Yun hanya akan menanggapi ocehan teman-temannya itu dengan senyum singkat. Sejak ia mengenal Shin Hyejeong, tak pernah barang sekalipun Yun bersikap jujur pada gadis itu. Ia selalu berdalih, mengucap dusta demi dusta untuk mengelabui perasannya. Ia adalah aktor yang piawai; ia mampu menutupi semua kenyataan yang ada walau harus menuai imbalan rasa sakit.

Kali ini, tak jauh berbeda.

Han Seung Yun masihlah seorang pemuda yang gemar menutupi kenyataan. Mengubur rasa kehilangannya dalam-dalam, kendati itu berarti ia harus mendustai dirinya lebih dan lebih dalam lagi. Ia masih akan tertawa dan tersenyum, walau agaknya kekeh itu tak lagi mencapai matanya. Ia berujar “aku baik-baik saja” dengan begitu seringnya, walau semua orang tahu kalau ia sesungguhnya sedang berpura-pura. Ia masih pandai dalam mengesampingkan realita, berlakon tak tahu dan tak acuh, meskipun sebenarnya ia masih mengingat-ingat semua kenangan yang memiliki sangkut-paut dengan Hyejeong.

Sederhana, memang.

Ia hanya perlu terus berpura-pura, karena itulah satu-satunya jalan agar ia bisa bernapas dengan lega tanpa perlu terhimpit sesak.

“Selamat tinggal, Nuna.”

.

.

Karena ketika ‘selamat tinggal’ harus diutarakan sebagai pengganti ‘sampai jumpa’,
terus berpretensi agaknya adalah pilihan termudah

.

.

“Hyejeong Nuna, kenapa masih di sini?”

Karena aku tidak bisa pergi dengan tenang jika kamu masih bersedih.”

.

.

Alasan lainnya, karena ia harus merelakan orang itu untuk pergi. Maka, sekali lagi…

.

.

Aku tidak apa-apa, Nuna. Pergilah. Aku tahu kalau Nuna menyayangiku, jadi aku pasti akan baik-baik saja.”

“Benarkah?”

Yun menjingkatkan sudut-sudut bibirnya, menahan getar rindu itu agar tak mencuat keluar dan mengacaukan peran yang tengah dijiwainya. Seraya membiarkan bayang sang gadis memudar, ia pun mengangguk mantap dan  berujar tegas:

“Iya, jadi Nuna harus pergi, ya? I pray for you every day, so rest in peace, my dear.”

.

.

sekali lagi, izinkanlah ia untuk terus berlagak layaknya lelaki tangguh dan berucap:

.

“Aku baik-baik saja.”

.

fin.

A/N:

HALOOO, JANGAN BOSEN LIAT AKU YA MOVIE FREAKS XD

Kali ini aku bawa angst, semata-mata karena kangen nulis yang galau-galau xD Dan akhirnya keinginan nulis make anak AOA lainnya terkabul juga, feat sama biasku di Lunafly :3 Entah mengapa, saya lagi nge-feel banget nulis pairing nuna-dongsaeng seperti ini HAHAHAH ((lirik para lelaki 97 line yang merusak bias list)) -_-

pairing-nya emang nggak biasa ((ya namanya aja crack pair)) tapi bagi yang sudah membaca sampai akhir, review-nya tetap ditunggu ya ^^

regards,

Tsukiyamarisa

28 tanggapan untuk “[Vignette] Pretended to be Fine”

  1. Agak awam sih sama mc-nya. Cuma sekedar tahu yun, haha. Perasaan si hyejeong udah mati tp si yun ttp aja bohong sma perasaannya sndiri. Tp keren kak. Daebak…

    Suka

    1. yep, itu si Yun mah hidupnya bohong terus (?) dan nyeseknya sampe akhir pun dia harus membohongi dirinya sendiri :”
      btw, kalo mau tau hyejeong yang mana, cari aja si mbak-mbak yang tiduran di awal perform miniskirt-nya AOA XD

      anyway, makasih ya udah baca walau ga begitu kenal castnya :’D

      Suka

    1. AMEEEEERRR!!! KOK KAMU PAKE FOTO DI ATAS SIH AKU TERGELINDINGKAN KE POJOKAN, HIH!

      Dan apakah kamu dan Yun bersekongkol bikin hatiku kembang kempis, baru aja aku mau baca ini, si Yun yang udah lama banget ga muncul tiba-tiba update foto di tuiter……………………~!@#$%^&*()_+ NJIRR!!! DIA TETEP CAKEP!! KELES AH NIH ANAK

      But… KOK YUNNY KAMU BIKIN PATAH HATI SIH MER??! /jambak rambut baekhyun (?)
      Mer, please,, siapa yang bisa pretended to be fine kalo ditinggal ceweknya meniun, huhu.. Pukpuk Yun~ Nyesek banget sih dek nasibmu. Mana sampe akhir dia cuma bisa terima dianggep adek. Aduh, ayok jadian sama nuna ajadeh dek, ntar aku panggil kamu oppa ((ketauan mau dianggep muda)).

      Duh Mer, kok kamu gambarin Yun disini kayak gini banget ya. Aku frustasi liat dia disini. Aku jadi takut. You know dia emang selalu keliatan diem diantara hyung2nya, paling senyam senyum sana sini, sedih, marah, nyesek pun kayaknya disimpen sendiri. Gimana kalo selama ini dia juga suma sok baik-baik aja, sok ‘aku rapopo’ padahal… –> oke, maaf aku mulai lebay, haha

      Ehm,, aku baca balesan komenmu di atas. Hyejeong itu mbak-mbak yang tiduran di awal perform miniskirt-nya AOA? MBAK-MBAK? TIDURAN?! MINISKIRT??! Apa aku boleh hela napas lega karena si Hyejong kamu bikin die? Mungkin ini kedengeran jahat but I wanna say thank you Amer, you make her died, muahaha. Yun masih terlalu polos buat Hyejeong /ketawa setan/

      Last, aku mau ucapin SELAMAT buat fic lunafly pertamamu, hihi.. ^.^
      Kapan-kapan bikinin yang Yun lagi yaa.. aku tahu mereka emang jarang muncul, tapi kalo ada moment yang pas mari kita nistakan dia bersama-samaa, kkk >.<

      See you later~
      <3<3<3

      Suka

      1. KAK DHINIII HELLOOOOW :*
        haha gimana lagi kak, abisan foto dia yang keliatan ganteng dan bukan selca cuma dikit, masa iya aku bikin ff galau covernya selca yun yang unyu itu xD ((oot bentar: BTW FOTO DIA DI TWITTER KAMPAY YA KENAPA MAKIN GANTENG HIH))

        ehe…ehe…ehehehehehe ((ketawa make muka polos sampe besok)) habis aku kangen nulis angst kakaaak, tadinya sih project angstku make anak biepi, tapi belom jadi dan malah ini yg kelar duluan -__- haha yaudah deh, ntar yun jadian sama dhini nuna aja boleh ^^

        etapi btw, aku juga setuju sama kak dhini…. dia itu macem maknae polos yang bisanya ‘ehe ehe’ doang sama nyengir sana sini…… ya mungkin dia memang tak ada masalah karena sudah ditangani kedua hyungnya ((peluk yun)) *salah*

        haha iya itu hyejeong kak, kan dia emang seksi gitu xDD maapin ye, abis otak ini sering absurd kalo mbikin pairing, dulu aja aku make hyejeong asal comot karena anak AOA lain gaada yg cocok .___.v

        okaaay, siap kakak! mungkin lain kali aku harus bikin fluff kali ya muehehehe xD makasih juga buat komennyaaa!! see ya 😀

        Suka

  2. Huuft awal aku baca fanfik ini, aku pikir hal yang bikin Yun sedih itu karena Hyejeong jadian ama Jonghun. Oke asumsi salah XD
    As usual, diksi yang digunakan apik, bikin nyaman pembaca. Well done! 🙂

    Suka

    1. AMER AMER AMER!! HOLLAAA~ XD
      ah, Yun cakep bener siih?? jadi makin ngegemesin.. :3
      awalnya aku ngebayangin cerita ini macem drama HeartString, eh gataunya malah sad ending begini. /pelukYun/

      duh, paling suka sama kalimat ini => Terkadang, mengingat secercah senyum itu membangkitkan getar rindu di dadanya.
      Ya Allah, aku cuman bisa ngelus dada.. kata2mu sama cara penyampaianmu ngena banget, Mer! DEMI APA, FEELNYA DAPET BANGET! jadi bisa ngerasain jadi Yun. 😦

      Dan ia tetap di sini, masih setia berdalih dan berlakon abai
      nah, kalimat itu makin bikin NYESEK! :3 ya ampuun, Mer… kau meman pintar menganu-anukan hatiku dengan diksi ketjehmu..

      keep writing yak? aku banyak belajar dari karya2 kamuu. 🙂
      salam,
      istrinya SUGA!
      Riris. 🙂

      Suka

      1. HOLAAA KAK RIRIS ^^ duh aku belom balesin komen kakak di berbagai tempat nih, maafkan atas keterlambatannya ya ;__;

        yep Yun sih biasku di lunafly ehehehe, si maknae yang selalu diem tapi keren dan kalo udah gitaran aku mau terbang aja (?) dan ga salah sih kak ngebayangin kaya heartstring, soalnya latarnya emang mirip mirip 😀

        ehehe iya kakaaak, makasih juga atas komentarnyaa 😀
        salam,

        istrinya suga (juga) dan adeknya jimin :3

        Suka

  3. Eonni jahat ya. Lagi baca fanfic ini dan tiba-tiba nyetel lagu Speed yang Sad Promise. Kan atmosfirnya jadi… nyesss…. Ah sudahlah. One sided love :'(. Kadang aku pingin mukul otak cewek gak peka sejenis Hyejeong /peace/. Yang tabah tahu Yun /? Aku ngerti perasaanmu oppa :’)

    Suka

    1. ………maafkan saya ._____.v betewe lagunya bisa pas banget itu…….. T,T
      ehehe iya dia ga peka, tapi si Yun sendiri juga ga berani sih makanya nggantung terus huhuhu

      anyway, makasih banyak ya 😀

      Suka


  4. Uwow cast-nya yun, mukanya yg pengen digigit /eh/ mwehehe
    Kenapa yun punya nasib kayak gini? 😦
    Aduh kak aku kebawa sama tulisanmu, diksimu bikin aku hanyut
    Ini keren~

    Suka

  5. Kata terakhirnya miris banget ya….
    huhuhuhu….
    Daebakkk… jadi pingin nangiss huahhhh..
    Tanggung jawab lhooo…
    Overall this is a great fict.. Good job…!

    Suka

  6. halo, kak amer~ aku ga bosen kok lihat fic kakak, sama sekali ga 😀
    ah, kak amer selalu bisa milih poster yang bikin aku penasaran sama ceritanya. aku ga hapal anggotanya Lunafly apalagi AOA /kudet/, tapi itu tidak mencegahku untuk baca ini karena ngelihat posternya udah nagih buat dibaca x)

    aku suka setiap kalimat disini, kak! to the point, berdiksi, keren, dan temantemannya itu lah(?), maksudnya dan sebagainya gitu. ga peduli tema apa aja, kalau kak amer yang nulis itu selalu bagus dan kelihatan kelasnya, sekalipun temanya udah umum huhu. gimana sih caranya bisa gitu, kak? ajarin dong! XD

    Suka

    1. HALO RISMAAA!! :*
      ah, sebenernya aku ga jago bikin poster ris, asal aja nyari foto bagus, tempelin tulisan, udah hahahah, aku kudet potosop .__.v jadi kalo kamu bilang posternya nagih…. mungkin lebih tepatnya Yun yang nagih kali ya cakepnya xD ((btw, kalo mau tau hyejeong, cari aja yg tiduran di awal perform miniskirt AOA))

      hehehehehe, aduh ajarin apa…. aku sih kalo nulis yang ada di otakku cuma satu, biarin aja ngalir terus tulis make hati gitu ^^ soalnya kalo ga gitu, kan feelnya ga bakal sampe juga ^^

      anyway, makasih banyak ya Risma! :*

      Suka

      1. Halo lagi, kakak 😀
        hm, justru karena bukan dari photoshop jadi reader langsung tau kalau itu punya kakak mungkin XD /ketahuan dari credit-nya kalee/ Ini kakak pakai pixlr bukan sih? /soktahu/
        Kalau soal Yun… kayaknya itu juga bener! tampangnya disitu udah kayak aku-kehilangan-Hyejeong-tapi-aku-baikbaik-saja yang bikin aku tertarik x) /pukpuk Yun/

        ohh, ternyata begitu, let it flow ya. ok ok 😀

        sama-sama, kaakk~ aku bakal muncul di fic kakak yang lain 😀 semangat nulis fic-nya ya, kak!
        ps: aku udah nge-search Hyejeong hihi

        Suka

Tinggalkan Balasan ke rizuki29 Batalkan balasan