[Prompter-Fic] Le Vent

Le Vent

by jojujinjin (@laissalsa on Twitter)

.

starring GOT7′s Mark Tuan and OC’s Amora

Ficlet (600+ words)—  G — life, sad, romance, angst, a bit drama?

.

1st sentence by gurlzbeat

“Angin membawa kembali cerita yang kukubur lama.”

.

***

 

Angin membawa kembali cerita yang kukubur lama.

Lewat semerdekanya tanpa permisi, berbisik tepat di daun telinga, menghamburkan sederet istilah rindu yang tadinya tersamarkan. Pukulan telak menghujam hati kala kenangan masa lalu terlalu mendamba untuk diputar kembali. Aku ingin meronta, menolak sergapan rangkaian cerita yang kembali terangkum itu. Namun rasa itu memang adiktif.

Tidak peduli seberapa menyakitkan, masa lalu dan rindu memang sulit untuk sekadar dianggap angin lalu. Mereka memiliki kaitan yang kuat untuk mampu mencengkram akal sehat. Membuat seolah masa kini hanyalah fatamorgana yang seharusnya belum tiba. Sialnya, aku tidak sanggup meloloskan diri dari jeratannya.

Mula cerita usang itu memang indah. Secerah Batara Surya, selembut sinar rembulan. Langkah demi langkahnya memicu sudut bibir terangkat tinggi. Warna hari-hariku sangat beragam karenanya. Lama kelamaan, kukira semuanya masih dan akan baik-baik saja. Akan tetapi takdir melenceng dari imajinasiku yang terlampau indah.

Aku terbangun pada pagi harinya. Kemudian menemukan kabar kalau Mark pergi. Awalnya, aku hanya bisa mengernyitkan dahi. Sampai tungkaiku membawaku ke pekarangan rumahnya, aku menyadari kalau dia benar-benar pergi. Tanpa menyisakan apapun untuk kurengkuh. Tanpa meninggalkan apapun untuk menjadi pengganti bahunya tempatku bersandar.

Mark jahat. Aku? Bodoh. Tangisku pecah tiap malam untuk dirinya. Meski rasa pedulinya untukku tidak ada, merindukannya tetap saja menjadi hal yang mencandukan. Bulir air mata sudah menjadi sahabat keluh kesahku dalam diam. Kenangan-kenangan kecilnya di kamarku kini menyerupai onggokan sampah yang tak berguna. Karena wajahnya selalu mengisyaratkanku untuk mulai menangis dan menyebut namanya.

Aku merasa hancur. Siluet sosoknya selalu hadir disaat yang tidak terduga. Gemar memenjarakanku dalam perlakuan dan perkataannya dulu kala yang manis, mengurungku bersama memori indahnya. Menjauhi masa kini yang seakan-akan belum kupijak.

Hidup dalam belenggu masa lalu tidaklah mudah; sementara ragaku sudah berada jauh di depan sana, jiwaku tenggelam di balik lembaran tua ceritaku dan dia. Cerita kami. Dengan Mark yang lebih dulu pergi tanpa repot-repot meninggalkan pesan atau apalah. Eksistensinya hancur tanpa sempat kugenggam untuk yang terakhir kali. Mark yang menghapus warna-warna dalam mimpiku, lantas meninggalkan hitam dan putih saja.

Terakhir kulihat, dirinya muncul di antara hembusan angin yang berirama. Langkah kakinya bergemeletuk monoton. Sudah lama sekali, sejak senyumnya terekam jelas dalam retinaku. Aku pun tak bosan mengingatnya.

.

“Amora!”

Mark memanggilku riang sebelum menarik jemariku bertautan dengan kepunyaannya. Enggan membiarkan semilir pawana merasuki sela jari-jariku yang tidak tertutup rajutan tebal sweater. Kulitnya sehalus sutra, hangat sehangat cokelat panas buatan ibu. Lirikan matanya sungguh menghipnotis. Lalu, bibirnya yang melengkung ke atas betul-betul mempertegas lekuk sempurna wajahnya.

Dia tidak membiarkan aku memikirkan hal yang terlalu menjurus ketika aku tidak sengaja menemukan tiket penerbangannya ke Kanada. Tingkah lakunya hari itu nyaris membuatku melupakan apapun—kecuali, dia. Mark Tuan.

Malamnya, Mark mengantarku pulang. Memberiku sebuah kecupan ringan di kening setelah aku mengulas senyum tanda terima kasih untuknya. Yang ada hanyalah bayang dirinya. The one and only. And about the ticket, I don’t even remember.

Keesokan harinya adalah hari terburuk sepanjang hidupku.

.

.

.

Sudah tiga tahun sejak Mark pergi.

Cerita itu sudah musnah dari pikiranku, terkubur dalam-dalam bersama barang-barang berbau dirinya di gudang. Kini tinggal aku yang mencoba bangkit. Bangkit dari firasat kalau ia akan kembali. Karena meskipun Mark akan kembali, remuk hatiku nampaknya terlampau sulit untuk dibenahi.

Desau angin sungguh tidak bersahabat. Namun aku memaksakan diri untuk pergi, mencoba menikmati siklus udara yang nyatanya aku tak gemari.

Kali ini, rasa rindu itu datang kembali. Merasakan sepoi angin menggesek permukaan kulit, dedaunan yang beterbangan kesana kemari. Kadang tidak menyukai arus udara, tapi tak berdaya untuk mengelak dari ajakannya bakal pergi.

.

“Amora!” vokalnya merambat melewati udara hampa.

Tungkaiku membeku. Dunia seakan berhenti berrotasi sejemang diinterupsi derap langkah bertempo lambat, kemudian makin cepat, dan makin cepat. Aku berbalik kala senyap memimpin alam kembali.

Tiba-tiba, semuanya terasa percuma.

.

.

.

Sang bayu mengembalikan ceritaku bersama pemeran utamanya, Mark Tuan.

fin

.

A/N: HALO SEMUA! Kali ini sayaa kembali bersama pen-name baru sama gravatar baru sama projek baru yang lagi hot, nih; prompter-fic! Setelah berabad-abad  lama nulis gagal terus, prompt kak Vanes yang satu ini gaya saya banget wkwk sedih-sedih gabisa move on gimana gitu (jungkir balik)

OIYA! Amora itu, nama panggung kak Nyun! 😀 HAHAH hope you guys enjoy it. 

xx, lais!