MAMA-12: Pinky Swear

a ficlet-vignette series by Liana D. S.

MAMA

(MODERN ANTHROPOMORPHIC MECHANICAL ASSISTANT)

12. Pinky Swear

starring

EXO’s Xiumin and actress Kim Yoojung

genre Friendship, Sci-fi duration Vignette rating Teen

[loosely based on ‘WALL-E’]

.

.

-A soulless machine without a heart.-

***

[Pengenalan] Modern Anthropomorphic Mechanical Assistant (MAMA) adalah robot berbentuk manusia yang dirancang sebagai asisten serbabisa. Secara fisik, MAMA tersusun dari kerangka titanium, kulit sintetis, dan jaringan penyangga dari silikon. Sistem fungsional robot ini berada dalam microchip sentral di kepalanya. Sistem ini memampukan robot berinteraksi dengan pemiliknya, sehingga dapat menyesuaikan kemampuan diri dengan kebutuhan si pemilik.

***

Ada suatu masa di mana hati nurani manusia menjadi harta karun secara harfiah. Pada abad 30, siapapun yang menemukan hati nurani akan dibayar sangat tinggi oleh pemerintah. ‘Hati nurani’, mereka mengira, adalah semacam benda ajaib atau program komputer yang mampu menumbuhkan perasaan manusia; kekacauan negeri membuat mereka lupa bahwa yang mereka cari ada dalam diri mereka sendiri. Berangkat dari asumsi aneh ini, ratusan tim pencari dikirim ke seluruh dunia dan Kim Yoojung, seorang siswi jenius yang baru berusia 17 tahun, masuk dalam salah satu tim pencari yang menjelajah daerah selatan.

Ada sebuah pulau kecil di wilayah pencarian Yoojung yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan negeri, tetapi kini tidak lebih dari timbunan sampah. Peradaban yang terlalu maju di pulau itu, kata orang-orang dulu, menumpulkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Sekitar delapan abad lalu, pulau itu dinyatakan tak layak huni—dan pada waktu-waktu ini pulalah hati nurani diperkirakan menghilang dari kehidupan manusia.

Ketua tim membagi area pencarian dan para anggotanya berpencar sesuai dengan area yang ditentukan. Meski merupakan anggota termuda dari tim tersebut, Yoojung tidak keberatan untuk bertugas sendiri. Berbekal alat komunikasi agar ia dapat terlacak tim jika hilang, Yoojung melangkah ke bagian barat yang ‘gunung sampahnya’ paling besar. Pasti akan sangat lama mengurai tumpukan raksasa itu untuk mencari hati nurani di dalamnya, batin Yoojung, tetapi justru itulah yang membuatnya merasa tertantang untuk menaklukkan ‘gunung’ itu.

Namun, baru menginjakkan satu kakinya menapaki gunung rongsokan, Yoojung dihentikan oleh seseorang.

“Jangan ke sana, Nona; nanti kau jatuh kalau memanjat tanpa pengaman!”

Manusia abad 30 tidak mungkin bicara sepanjang ini dengan manusia lainnya. Yoojung menoleh dan mendapati seorang pemuda beberapa meter di belakang, berlari-lari dengan wajah cemas setengah mati. Tatkala Yoojung turun dari gunung sampah, barulah si pemuda asing tampak lega.

Manusia abad 30 tidak pernah berekspresi sebegitu mencoloknya.

“Apa Nona mencari sesuatu? Oh ya, sebelumnya perkenalkan,” Si pemuda asing membungkuk hormat—padahal tradisi ini sudah punah delapan abad lalu, “aku Xiumin.”

“Kim Yoojung,” Refleks, Yoojung membungkuk pula, “Aku sedang mencari hati nurani. Barang itu amat dibutuhkan di negeri kami, sayangnya kami tidak pernah menemukannya. Tahu bentuknya saja tidak. Apa Anda tahu di mana letak benda tersebut?”

Bibir Xiumin membulat seketika. “Nona tak tahu apa hati nurani itu? Nona manusia, ‘kan?”

“Benar, aku manusia, tetapi aku tak tahu benda apa itu. Kau kelihatannya mengetahui banyak tentang benda ini. Beritahu aku letaknya.”

“Hm… ini benar-benar mengejutkan. Bagaimana sebaiknya… saya mengerti tetapi tidak bisa mendefinisikan,” Xiumin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, “Lebih baik Nona ikut saya. Di pulau ini memang tidak ada hati nurani, tetapi saya bisa menunjukkan beberapa peninggalan yang mungkin dapat mengarahkan pencarian Nona.”

Setelah Yoojung menyatakan persetujuannya, Xiumin menggandeng tangan si peneliti cilik dan membawanya ke satu rumah tua yang luar biasa bersihnya. Beberapa bagian rumah itu diperbaiki seadanya dengan barang-barang yang dipungut dari gunung rongsokan, tetapi masih tampak manis. Perabotan-perabotan berumur ratusan tahun menghiasi tiap sudut rumah. Yoojung sempat mengusap satu sisi dinding dan tangannya masih licin; tak ada debu sama sekali.

“Xiumin…” Yoojung sejenak ragu, “…oppa, apa ini rumahmu?”

“Ya, di sinilah aku belajar tentang hati nurani manusia. Aku ingin sekali punya, tetapi yah, ‘kan tidak mungkin mesin memiliki sesuatu seindah itu.”

Mesin?

Pertanyaan ini terpaksa Yoojung simpan karena Xiumin sudah mendudukkannya di ruang tengah. Setelahnya, Xiumin berlutut di depan televisi dan menelusuri rak berisi DVD. Astaga. DVD? Itu media penyimpanan yang sangat kuno! Barang antik macam itu kalau dijual pasti mahal sekali.

“Nona Yoojung, mau yang kanan atau yang kiri?” Xiumin mengangkat dua keping DVD, satu di masing-masing tangan. Secara acak, Yoojung menunjuk yang kanan dan Xiumin memasukkannya dalam player.

Itu film. Tentang sebuah keluarga. Kepala keluarganya pergi berperang. Mendadak Yoojung ingat ayahnya. Pria tua yang selalu pergi pagi hari ketika Yoojung masih terbalut piyama dan aroma bangun tidur. Bila pria itu mulai beranjak ke pintu dengan setelan kerjanya, Yoojung hanya bisa menatapnya kosong, meski ada denyut nyeri dalam dada yang tidak bisa Yoojung jelaskan ketika mengantarkan ayahnya sampai depan pintu.

Denyut yang telah lama musnah itu muncul kembali ketika menonton film ini.

Lebih tepatnya ketika memandangi ekspresi Xiumin yang mulai berubah pada klimaks film.

Setelah istri dan anak-anak yang ditinggalkan pria itu melalui berbagai rintangan untuk bertahan hidup di zaman perang, mereka harus mendapati si pria tewas di satu pertempuran. Mereka menangis di depan jasad si pria yang berlumur darah.

“Nah, ini merupakan salah satu jejak hati nurani yang saya maksud. Lihat orang-orang ini, Nona Yoojung. Mereka menangis karena sedih, dan sedih merupakan salah satu manifestasi dari hati nurani manusia,” Xiumin menekan satu tombol di remote control dan video terhenti, “Mari kita selesaikan di sini dan berganti ke yang lain.”

Demi Tuhan, Yoojung melihat kaca-kaca kecil menggenangi mata Xiumin saat mengganti DVD-nya.

Video berikutnya lebih bahagia dan penuh warna. Lelucon-lelucon dilontarkan, semua orang dalam tayangan bertingkah konyol. Lagi-lagi, sesuatu dalam diri Yoojung tergelitik, tetapi tidak cukup untuk menimbulkan tawanya. Sedangkan Xiumin di sampingnya sudah kehilangan kaca-kaca kecil tadi dan tergelak riang.

“Nona, perhatikanlah betul-betul. Bagaimana Nona tidak tertawa? Ini merupakan salah satu jejak hati nurani manusia, lho, yaitu rasa gembira.”

“Benda yang mana yang merupakan hati nurani?” Yoojung memicing untuk memperhatikan, tetapi Xiumin menggeleng cepat. “Tidak akan kelihatan di layar. Nona harus mendalami tayangan ini sampai Nona bisa tergelak sepertiku. Nah, kalau Nona sudah bisa, barulah Nona dapat menemukan hati nurani itu dalam diri Nona sendiri.”

Dua alis Yoojung naik, penasaran. “Jadi hati nurani bukanlah sesuatu yang kasat mata?”

“Bukan. Itu sesuatu yang harus dilatih.”

Yoojung mengangguk-angguk paham, tetapi kemudian berdiri dan mematikan DVD player langsung. “Maaf, Xiumin-oppa, tetapi butuh waktu yang lama bagiku untuk mendalami semua ini. Boleh kupinjam DVD-DVD-mu?”

“Oh, tentu, tetapi tidakkah kau ingin menonton di sini?” Xiumin bangkit dari kursinya, tersenyum sedih, “Sejujurnya sih aku mengharapkanmu lebih lama tinggal… Kau tahu, sudah 797 tahun aku sendirian di pulau ini tanpa manusia, jadi  aku langsung senang saat menemukan—“

“Tunggu. Berapa ratus tahun?”

“797 tahun.”

Mata Yoojung melebar, sedikit, tanda kaget, dan ekspresi pertama Yoojung yang lebih nyata ini manis sekali menurut Xiumin. “Oppa berasal dari delapan abad yang lalu?! Kau bukan manusia! Kau ini apa, sebenarnya?”

“Aku? Aku robot humanoid jenis Modern Anthropomorphic Mechanical Assistant—hm, prototip purba, barangkali kau tidak pernah dengar. Nama asliku MAMA-12, tetapi pemilikku terdahulu menggantinya jadi Xiumin. Sebelumnya aku ditugaskan untuk membersihkan rumah, tetapi sejak pemilikku meninggal, aku membersihkan apa saja yang bisa kubersihkan, termasuk gunung rongsokan yang tadi kita lewati.”

Yoojung mengerjap-ngerjap, memproses penuturan Xiumin ini perlahan. Jadi Xiumin adalah robot berbentuk manusia? Diciptakan pada abad 22? Dan dia bertahan sendirian di pulau sampah ini selama berpuluh-puluh dekade? Sendirian?

Memikirkan dirinya berada dalam posisi Xiumin menyesakkan Yoojung. Sedikit. Sekali lagi, sedikit.

“Aku… akan kembali.”

Xiumin menengadah, Yoojung tertunduk.

“Aku akan kembali kalau sudah bisa menemukan hati nuraniku sepenuhnya melalui video itu.” ulang Yoojung, terbata. Demi mendengar ini, mendung yang membayangi Xiumin hilang seketika. Sang android maju beberapa langkah dan mengacungkan kelingking kanannya di hadapan Yoojung.

“Janji?”

Yoojung tidak mengerti.

“Orang-orang di abad 22 menautkan kelingking untuk mengikat janji,” jelas Xiumin sambil tersenyum lebar; detak jantung Yoojung sedikit mencepat ketika menerima senyum itu, “Jadi, tautkanlah kelingking Nona denganku agar aku percaya Nona tidak berbohong.”

Oh. Bahkan hal trivial macam ini saja sangat umum di abad 22, ya? Ragu, Yoojung mengaitkan kelingkingnya dengan milik Xiumin. Dan oh lagi, ternyata sengatan-sengatan listrik yang sedikit menyenangkan dapat ditimbulkan oleh tautan kelingking.

Luar biasa. Xiumin benar-benar robot yang menarik. Yoojung tak akan ingkar janji. Ia akan menemui Xiumin lagi supaya bisa mempelajari robot itu lebih dalam. Lagipula, wajah bulat Xiumin sedikit menggemaskan. Sayang kalau Yoojung tidak kembali untuk menikmati manis senyum di wajah itu.

***

Seminggu berlalu.

Yoojung berlari seraya tertawa senang. Beberapa peneliti lainnya demikian pula. Ada juga yang agak jengkel gara-gara lari Yoojung terlalu cepat untuk mereka yang sudah tua. Mereka melompati sampah-sampah yang berceceran sepanjang jalan menuju rumah Xiumin seolah sedang lomba lari rintangan; bersemangat sekali. Hati nurani sungguh membuat seluruh tim pencari lebih ‘manusiawi’. Ya, sebelum ini, mereka lebih mirip mesin dibanding manusia, tetapi berkat menekuni video-video yang Yoojung bawa,  sedikit demi sedikit mereka berhasil menjadi ‘manusia’ seutuhnya.

Untuk itu, Yoojung ingin berterima kasih pada Xiumin, sekalian memenuhi janjinya untuk menemani si robot kesepian.

“Xiumin-oppa!” Si gadis membuka pintu rumah. Peneliti-peneliti yang lebih tua melihat sekeliling. “Lengang sekali, Yoojung-ah. Kau yakin orang ini benar ada?”

“Iya, 100% yakin! Dia lucu, baik, dan rajin bersih-bersih!” Bahkan semangat remaja Yoojung jadi membara hebat gara-gara hati nurani yang baru ia dapat kembali. Ketua tim menggodainya, berkata, “Jangan-jangan, Yoojungie jatuh cinta sama oppa ini?”

Pipi Yoojung merona merah. “Ketua bicara apa? Sudahlah, pokoknya ayo kita berkeliling untuk mencarinya! Dia adalah subjek penting untuk penelitian, tidak boleh sampai menghilang!”

Akhirnya delapan orang peneliti menyebar, memasuki kamar-kamar kosong dari rumah bergaya klasik itu. Karena rumahnya lumayan besar, menemukan Xiumin membutuhkan waktu yang lama. Yoojung menghela napas lelah. Padahal ia kira Xiumin akan menonton video di ruang tengah seperti minggu lalu, ternyata tidak. Hanya videonya yang masih terputar, tetapi tidak ada siapapun yang menyaksikan.

Berarti Xiumin-oppa belum lama memutarnya. Mungkin ia pergi sebentar—

“Hua!!”

Karena kurang awas, Yoojung tersandung kabel dan jatuh berdebam. Si gadis mengusap-usap tubuhnya yang terasa sakit sebelum mengamati kabel yang melintangi jalannya. Kabel itu keluar dari celah pintu sebuah ruangan tertutup, di kanan koridor yang Yoojung lalui. Dengan hati-hati, Yoojung mendorong pintu ruangan itu dan mencari ujung kabelnya.

Ketemu. Si kabel berujung pada punggung bawah Xiumin.

Oppa?”

Tak ada jawaban. Kepala Xiumin tertelungkup di atas meja. Tangan kirinya terkulai di sisi tubuh, sementara tangan kanannya terlipat di depan wajah. Di antara jemari kanannya terselip pena, di bawah lengannya ada surat.

***

2 Maret 2981. Untuk Nona Yoojung. Ini adalah permintaan maaf dan ucapan terima kasihku untukmu.

Dua hari sebelum aku menulis surat ini, aku sakit kepala dan mendengar retakan-retakan dalam tubuhku sendiri. Virus-virus sudah mengambil alih direktori utama yang tertanam dalam microchip sentral—alias ‘otak’—dalam kepalaku, tidak bisa dibersihkan lagi dengan aplikasi antivirus. Selain itu, fisik dari microchip itu sendiri sudah hancur dan leleh akibat panas yang dihasilkan oleh tubuhku. Kau tahu, komputer akan memanas jika terlalu sering dioperasikan; aku pun sama. Sebagai tambahan, kerangka tubuhku tidak bisa bertahan lebih lama, apalagi aku tidak pernah direparasi selama delapan abad. Aku hanya bergantung dari automated system termination tiga harian—mirip sistem hibernasi komputer, tetapi lamanya tiga hari—selama ini supaya bisa bertahan.

Maka ketika kau menemukan surat ini, aku sudah mati selamanya. Seperti manusia yang pergi ke surga.

Aku minta maaf karena mengingkari janjiku sendiri. Aku pergi sebelum sempat bertemu denganmu, tetapi apa yang bisa kau harapkan dari robot setua diriku?

Dan terima kasih untuk waktu menyenangkan tempo hari. Meski saat itu Nona Yoojung bilang belum memiliki hati nurani, tetapi hei, menurutku kau sudah memilikinya. Aku melihat wajah terkejut, malu-malu, dan rona pipimu; kupikir itu manis sekali! Aku yakin kalau kau sudah mendapatkan hati nuranimu semuanya, kau akan bisa tersenyum dengan sangat cantik!

Terakhir, aku ingin kau memiliki banyak teman supaya tidak pernah kesepian sepertiku.

–Salam, Xiumin.

***

Ketika para peneliti mendengar isakan anggota termuda mereka dari sebuah kamar, mereka segera menuju kamar tersebut dan membukanya. Dalam kamar itu, Yoojung memeluk seorang pemuda sembari terus tersedu. Si gadis peneliti menggenggam sepucuk surat yang tulisannya dikaburkan air mata.

***

TAMAT

.

.

.

akhirnya di sini bisa kelar juga. fiuh. maaf ya kalo ini agak lebih panjang dari yg sebelum2nya habis feelku lagi tumpah buat pair ini huhu *bow

dan gawatnya, aku mengalami writer’s block yg sangat parah sekali. entah itu writer’s block beneran atau cuma males atau kurang vocab, pokoknya tiap aku mau bikin fic suka gak jadi2 aja. malah kedistract sama z.tao yg kapan hari ngeluarin album solo. aku bilang ‘lagunya gak enak!’ tapi tetep aku download juga payah kan? agak kaget juga karena dik tao itu kalo aku bilang suaranya lebih mending dari mas wu tapi lebih parah dari mas lu apalagi di hi-note.

ini apa sih kok jadi curhat.

mind to review?

21 tanggapan untuk “MAMA-12: Pinky Swear”

  1. Halo kak Liana! Aku udah lama ngga mampir ke sini. Jadinya aku baca MAMA series dari yang ke 8 smpe ke 12 maraton. Maapkeun saya, jadi komennya di sini aja boleh ngga?

    Feelnya di sini dapet banget. Aku ngga bisa bayangin Xiumin yang unyu-unyu tapi usianya udah hampir 8 abad. *mukanya menipu banget -_-*

    Okepiks, aku udah ngikutin MAMA series dari awal, dan semuanya daebak.
    Keep writing ya kak! 🙂

    Suka

  2. Aaaa!! Suka suka suka banget sama fic ini!! Genrenya aku suka banget. Pembawaan ceritanya bagus. Aku suka banget sama yang sad-end T_T Tapi ini sedih banget T_T Keep writing yaaaa. 😀 Luv your fic 😀 😀

    Suka

  3. Hallo kak liana..

    Kak…
    Knapa harus sad ending gtu? T_T

    crita.a xiumin oppa it sndrian slma 8 tahun.. Ya ampun.. Kasian bgt…
    Q mw kog nemenin tpi kalo xiumin oppa mau hehehe

    kak,, yg mama series ini udh end donk..
    Yah….

    Buat fic lg donk kak dg cast exo specially prince wu, luhan n suhan kak..
    Eh.. Skalian sma tao.. Ahh.. Smwa member dah,.

    Hehe., dah kakak.. ^^

    Suka

  4. Kak Lianaaa seneng banget tau ini update eheheh. dan ini terakhir ya? yah sedihh tapi suka ceritanya, as always mengalir indah. kupikir xiuxiu masih bisa diperbaikin kaya dio, tapi dia udah mati selamanya ya? Huhu sedihh:””

    Anyway kalo menurutku kok suara yifan lebih mending yak dibanding z.tao haha. Aku cuma suka videonya doang, suaranya tao ngga banget kecuali bagian rap-nya yg ga jelas haha *jadiikutcurcol* dan tao jelas ga mungkin dibandingin mas lu, kaaak, mas lu itu lead vokal……..

    udah deh keep writing, kak. dan kata penulis senior writers block itu hanya mitos, pasti ada faktor yg mendasarinya hehe. Semangat!!^^

    Suka

  5. Demi apa hatinurani ku ikut terpakai disini, huwaaaaa aku pengen nangis kayak Yojung itu cobaaa 😢😢😢😢
    kirain ini bakal cerita2 maness gitu, ternyata jlebb banget tapi aku sukaa
    Oh iya, haii perkenalkan aku ardan, reader barumu, salam kenal hehehe

    Suka

  6. yaah kenapa abis sih T.T Anggotanya tambahin aja sama SR15B *plak *ngaco :v
    Xiumin mukanya emang menipu sih ya :3 tapi disini menipunya jago banget, 8 abad :v

    Keep Writing, Fighting!!

    Suka

    1. halo ^^ iyaha ada yg nungguin sr15b didebutin nih kyknya. uh aku juga pingin bikin fic mereka tapi aku belum dpt feelnya mereka gimana dong. bedain mukanya aja cuman tau mark sama johnny
      makasih udh baca ya! 🙂

      Suka

  7. Sumpah merinding baca MAMA-12 ini. Feelnya ngena bgt. Aku juga suka pair Xiumin-Yoojung. Kenapa harus mati sih bang Umin nya? Kaya di MV gone yg mereka bintangin jadinya. Kalo di MV Xiumin matinya di atas piano, ini di meja.
    Tapi ngeri juga kalo ngabayangin abad 30 manusia udah ga punya hati nurani. Hiiiyy.. beneran merinding.
    Penutup yg keren abis. Aku tunggu ff selanjutnya ya.. Fighting! 👍

    Suka

    1. halo silvi ^^ iya sebenernya pertama gak pingin kubikin mati tapi terus ceritanya kyk terlalu mainstream gitu jadilah aku bikin mati DX
      aku ini author yg ga pinter bikin fluff maafkeun.
      makasih udh ngikutin series mama ya! XD

      Suka

  8. Huaaaahhhh aaahhhh sedihhh aaahhh knp xiumin-nya bgtu?! Yoojung kesiaann bgttt aaaahhh hisshhh udh dpet hti nurani eehhh twnya xiumin prgi aaaaahhhh yaaampunnn

    Suka

  9. Sad Ending!! 😥 😥
    Ngga nyangka klw akan berakhir seperti ini!!! Knp Xiumin mesti mati? Bisakah Xiumin dihidupkan kembali seperti semula? Kan di jaman Yoojung saat itu sudah sgt canggih..
    Nice ff

    Suka

    1. sbenernya mau bikin happy ending tapi rasanya agak terlalu mainstream jadi aku bikin sad. utk perbaikan…. bisa jadi sih haha aku sendiri tidak memikirkannya dan lebih suka membiarkan endingnya begini :p makasih sdh baca!

      Suka

Leave Your Review Here!