Tetangga Baru; Si Penyihir

Tetangga Baru; Si Penyihir

1447559185048

UP10TION’s Kim Wooshin, SEVENTEEN’s Kwon Hoshi and OCs

childhood, friendship, family, slight!comedy | vignette | G

a special movie presented by Rizuki

for dearest snqlxoals818

.

Tentang Wooshin dan Hoshi yang sedang menyelamatkan Mony dari tangan seorang penyihir.

.

.

Mony masih asyik dengan mangganya tatkala Hoshi dan Wooshin sibuk menyaruk gundukan tanah dengan kedua tangan mereka. Sesekali tawa Hoshi lepas saat Wooshin terbatuk atau mengerjap akibat matanya kemasukan debu. Bocah itu terus saja mengoceh sedari tadi. Seluruh topik pembicaraan rasanya telah ia tamatkan. Sementara bocah yang berjongkok di hadapannya hanya menggumam kecil atau mengerang tertahan tiap kali Hoshi mengerjainya.

“Wooshin, kata Mamaku tetangga baru kita itu seorang penyihir, lho.” Hoshi memulai perbincangan selagi sibuk mengelus bulu lebat anjing kesayangannya. Wooshin menatap Hoshi sejenak, “Jangan berbohong, Hosh! Tetangga baru itu teman sekelas Mony, omong-omong,” ucap Wooshin datar. Sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun.

Alih-alih berteriak terkejut mendengar pernyataan Hoshi, Woshin seolah menganggapnya hal yang biasa. Ia terus menyaruk tanah-tanah serta menggumam beberapa lirik lagu. Mony yang memperhatikan Hoshi hanya terkekeh. Selepas ia membuang biji mangga yang baru saja dilahapnya, Mony menepuk-nepuk anjing Hoshi. “Nggak boleh bohong, Kak Hoshi. Dia teman Mony, kok. Anaknya ganteng, tinggi pula. Namanya Jung Chanwoo.”

“Ah benar. Mamaku memanggil mereka Jung Bersaudara. Kata Mama sih, penyihirnya seorang perempuan. Menurut buku dongeng yang selalu kubaca, dia mempunyai banyak gula-gula di rumahnya yang selalu ia gunakan untuk membujuk anak-anak seperti kita.” Hoshi mengambil napas, kemudian melanjutkan, “oh, katanya, kalau kalian ke sana kalian tidak akan pernah kembali lagi. Hiii, seram, ‘kan?”

Manik Wooshin membola tatkala Hoshi baru saja menyelesaikan kalimatnya. Bukan karena terkejut akan penuturan sahabatnya itu. Namun, karena Mony yang tiba-tiba sudah melesak; berlari menjauh lantas mengarahkan tujuannya pada rumah tetangga baru itu.

“Kim Mony kembali! Ya, kamu mau pergi ke mana?” pekik Wooshin kepalang khawatir. Manik Wooshin lantas menyorot Hoshi tajam. “Salahmu sih, Hosh. Sekarang kamu harus membantuku mengejar Mony.” Kilatan penuh kekesalan kentara sekali tengah menguasai tatapan Wooshin. “Kalau Mony nggak bisa kembali, kamu akan mati, Kwon Hoshi.”

“Kim Wooshin, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau dia teman Mony? Lantas kenapa bingung seperti ini?” Sebuah tepukan akhirnya mendarat di dahi Hoshi. Membuat bocah itu mengerucutkan bibirnya, kesal dengan perlakuan semena-mena dari Wooshin. “Aku ada jam les sebentar lagi, Wooshin. Jadi, sepertinya—”

“Tidak ada jam les untukmu. Kamu harus membantuku mencari Mony dan membawanya pulang.” Wooshin sudah menyeret tangan Hoshi. Mengabaikan teriakan protes darinya, Wooshin terus memaksa Hoshi untuk masuk ke dalam rumah tinggi yang sepi, pun sebenarnya cukup menyeramkan itu.

.

.

Suasananya seketika berubah mencekam tatkala sepasang tungkai kedua bocah itu sudah tiba di dalam gerbang rumah si tetangga baru. Keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuh dua bocah laki-laki itu. Mereka berusaha sekuat tenaga membuka gerbang dorong itu perlahan, demi mencegah suara derit atau bahkan pergeseran rodanya. Hoshi mencengkeram kaus bagian belakang Wooshin selagi bibirnya terus menggumam beberapa kata-kata planet lain yang bahkan tak sanggup dipahami Wooshin.

“Kamu kenapa sih, Hosh? Bukannya tadi kamu bilang kalau kamu nggak takut? Sekarang kenapa berjalan di belakangku? Cepat ke depan!” titah Wooshin sembari menampilkan cengiran berbau ejekan. “Kita harus menemukan Mony sebelum matahari terbenam, Hosh.”

“Oh demi Tuhan, kenapa adikmu menyusahkan sekali sih, Wooshin.” Hoshi mengusap pelipisnya yang basah oleh keringat. Mendengus sejenak lantas melangkah perlahan memasuki rumah bergradasi putih dan abu-abu itu. “Baiklah. Mana mungkin seorang Kwon Hoshi takut pada penyihir? Asal kita tidak terpengaruh oleh gula-gula itu, aku yakin Mony bisa pulang dengan selamat. Ayo kita habisi penyihir itu!” Hoshi mengacungkan lengannya ke udara selagi berteriak menggebu-gebu, sementara Wooshin hanya menatapnya tanpa ekspresi. Sebelah sudut bibirnya terangkat malas, ia lantas mendorong tubuh Hoshi untuk segera masuk.

Tubuh kecil Hoshi menempel ringan pada pintu kayu berpelitur itu. Ia kemudian mengarahkan genggaman jemarinya ke udara hendak mengetuk pintu. Namun, misinya dihentikan secara mendadak oleh Wooshin. Bocah Kim itu menepuk dahi Hoshi lagi, kemudian memarahinya. “Kamu pikir kita akan bertamu, huh? Kenapa harus mengetuk pintu, Hosh? Menyelinap saja, tolol.”

“Tapi ‘kan, tidak sopan, Kim Wooshin. Kata Mama kita harus mengetuk pintu dulu jika akan masuk ke rumah orang lain.”

“Bodoh. Kita ‘kan, nggak pengin bertamu. Kita harus menemukan Mony. Kalau kamu mengetuk pintunya, bisa-bisa penyihir itu yang membukanya lalu kita habis dijadikan tumbal dan nggak akan kembali ke rumah. Astaga kenapa kamu bodoh sekali, Kwon Hoshi!” pekik Wooshin gemas.

Tepat saat Wooshin hendak menggantikan posisi Hoshi, pintu besar itu tiba-tiba menjeblak terbuka. Keduanya terkejut; Hoshi bahkan berteriak kencang saking kagetnya. Wooshin masih bersikap tenang kendati tempo degup jantungnya semakin meningkat bahkan jemarinya bergetar hebat.

“Wooshin, kamu yakin akan masuk?”

“Te-tentu saja. Bagaimana mungkin aku meninggalkan Mony di sini?” Wooshin sudah merajut tungkainya perlahan. Sedikit berjinjit, berharap langkah kakinya tak sampai tertangkap pendengaran si penyihir. Rumah itu terlihat sangat megah di dalam. Jejeran lukisan abstrak tertata rapi di setiap sisi dindingnya. Sebuah sofa mewah berwarna keemasan juga tertangkap pandangannya.

Satu hal yang sanggup mengalihkan perhatian Hoshi saat itu; yakni lemari kaca yang terletak di ujung ruangan. Sebuah jubah hitam panjang, plus topi khas penyihir juga terlihat tongkat kecil terpajang di sana. Oh Tuhan, penyihir itu benar-benar ada?

“Oh, Chanwoo? Ah, kakak baru saja menyihirnya menjadi Ryuk. Kemarilah Mony, kau bisa bertemu Chanwoo, nanti.”

“R-Ryuk?”

Wooshin mengerjap. Itu suara adiknya, Mony.

“Gawat Hosh, kurasa Mony sedang berbicara dengan penyihir itu. Kamu dengar, ‘kan? Suara yang barusan itu.”

Hoshi mengangguk pelan, mengeratkan cengkeramannya pada kaus Wooshin lantas menyandarkan punggungnya di balik dinding besar yang sepertinya membatasi ruang tamu dengan ruangan lainnya. Sementara Wooshin menempelkan telinganya ke dinding, memastikan bahwa Mony berada di balik dinding tersebut.

“Kamu mau gula-gula, Mony?”

“Tentu saja, Kak. Ternyata benar kata Kak Hoshi, kalau Kakak adalah penyihir. Buktinya sekarang sedang membuat sebuah ramuan dan kau memiliki banyak gula-gula, ‘kan?”

Jemari Wooshin bergetar. Ini tidak mungkin dibiarkan. Adiknya tidak boleh terpengaruh oleh gula-gula dari penyihir itu, atau Mony tidak akan pernah kembali lagi. Oh tidak! Semarah-marahnya Wooshin pada Mony, tetap saja Wooshin sangat menyayangi adiknya itu. Meskipun Mony jarang menurutinya jika disuruh mandi, Wooshin pasti tetap akan kesepian tanpa Mony. Tidak! Wooshin sayang Mony, bagaimanapun keadaannya.

“Mony jangan terima gula-gulanya!” pekik Wooshin tiba-tiba. Bocah itu sudah berlari meninggalkan tempat persembunyiannya demi menjumpai sang adik yang tengah asyik bercakap dengan si penyihir.

Hoshi membelalakkan mata, kepalang tak siap dengan aksi pahlawan mendadak yang baru saja dilancarkan Wooshin. Bagaimana Wooshin bersikap sebodoh itu? Bagaimana kalau nanti dia juga jadi sandera si penyihir? Oh astaga, ini tidak bisa dibiarkan.

“Kak Wooshin? Kak Hoshi?”

Oh bagus! Sepertinya Wooshin dan Hoshi juga tidak akan pernah kembali ke rumahnya setelah ini.

 .

.

Mengendap perlahan, Mony menyeret tungkainya menyusuri rumah besar itu. Teriakan menggema dari seorang perempuan akhirnya menuntun langkah Mony hingga akhirnya bocah kecil itu sampai di sebuah tempat, sepertinya dapur. Mony dapat melihat seorang gadis tengah sibuk mengaduk-aduk isi panci di atas kompor yang menyala. Bibir gadis itu komat-kamit entah merapalkan apa.

Prang!

Pergelangan tangan Mony tak sengaja menjatuhkan sebuah cangkir kecil yang terletak di atas meja. Bocah kecil itu lekas-lekas menunduk lantas sembunyi tepat di bawah meja makan. Dia gemetar, ketakutan. Terlebih saat mendengar ketukan tungkai penyihir perempuan itu menghapus spasi dengan koordinat tempatnya bersembunyi.

“Chanwoo, apa kau di sana?” teriak si gadis penyihir. Mony menggigiti kuku di sepuluh jari tangannya. Menutup mulutnya kuat-kuat agar tidak meloloskan sebuah suara.

“Oh astaga, siapa kau?”

Detik berikutnya, kepala Mony terantuk alas meja makan tempatnya bersembunyi. Kepalang terkejut lantaran wajah si penyihir baru saja memergokinya. Mony hampir menangis tatkala lengan gadis itu menyeretnya untuk keluar.

“Jangan bunuh Mony, Kak. Mony masih kecil, Mony masih sayang Kak Wooshin. Mony janji akan menuruti perintah Kak Wooshin untuk selalu mandi di pagi hari. Mony berjanji.” Gadis cilik itu terus berbicara kendati tak terlalu jelas dalam melafalkan tiap katanya.

Si gadis penyihir hanya terdiam, memperhatikan bocah cilik yang berkeringat dingin selagi gemetar di seluruh tubuhnya. Ia lantas mengelus rambut merah Mony selagi tersenyum. “Kim Mony, benar ‘kan? Adik Kim Wooshin dan teman sekelas Jung Chanwoo. Kakak benar, ‘kan?”

Mony mengangguk kecil. Manik bocahnya terus saja menyimak pergerakan si gadis penyihir.

“Kamu ingin bertemu Chanwoo? Oh, panggil saja Kak Claire. Aku kakaknya Chanwoo,” ucap si gadis penyihir selagi menggiring Mony untuk duduk di atas kursi makan. “Di mana Chanwoo?” tanya Mony pelan.

“Oh, Chanwoo? Ah, kakak baru saja menyihirnya menjadi Ryuk. Kemarilah Mony, kau bisa bertemu Chanwoo, nanti.”

“R-Ryuk?” Mony mengerjapkan matanya keheranan. Gadis penyihir bernama Claire itu lantas menelengkan kepalanya ke arah seekor anjing putih berbulu lebat yang tengah tertidur di atas sebuah sofa. Mony berjengit hampir terjatuh. Jung Chanwoo berubah menjadi anjing?

Dari balik panci yang sedari tadi ditekuninya, Claire terkekeh melihat Mony yang sepertinya mencerna bulat-bulat omongannya. Dengan sekali gerakan, Claire menjumput sebuah mangga yang sudah dikupas kulitnya. “Mony suka mangga, ‘kan? Chanwoo banyak cerita tentang Mony, omong-omong.”

“Iya, suka. Mony suka sekali. Kak Claire sedang membuat apa?” tanya Mony mulai penasaran. Didekatinya Claire yang masih sibuk dengan pengaduknya, Mony terus memperhatikan si penyihir.

“Ramuan untuk mengubah kembali Chanwoo menjadi manusia,” jawab Claire selagi terkekeh kecil tanpa sepengetahuan Mony.

“Ramuannya rasa mangga? Oh, Kak Claire pasti juga bisa membuat ramuan untuk Kak Wooshin, dong? Biar Kak Wooshin lebih gampang tertawa dan tidak akan memarahi Mony lagi,” adunya selagi memberengut.

Claire mengusak rambut Mony, “Bisa kok. Ramuan yang sedang kakak buat ini bisa untuk apa pun, Mony. Err, kamu bisa membawanya pulang nanti. Nama ramuannya… Smiley Mango, spesial untuk Mony dan Wooshin.”

Mony mengangguk senang selagi memekik penuh suka cita. Dia menimang-nimang sebuah mangga yang masih segar selagi mengucap puluhan terima kasih kepada Claire.

“Kamu mau gula-gula, Mony?”

“Tentu saja, Kak. Ternyata benar kata Kak Hoshi, kalau Kakak adalah penyihir. Buktinya sekarang sedang membuat sebuah ramuan dan memiliki banyak gula-gula, ‘kan?”

Claire mengangguk kecil lantas menyodorkan setoples penuh berisi gula-gula. Mony menerima gula-gulanya, lantas….

“Mony, jangan terima gula-gulanya!”

Manik Claire pun Mony segera tertuju pada dua orang bocah lelaki yang tiba-tiba muncul dari balik dinding. Claire hampir terkikik saat melihat dua bocah yang sudah banjir keringat di sekujur tubuhnya itu, berdiri sembari mengacungkan kepalan tangan ke udara.

“Kak Wooshin? Kak Hoshi?”

“Jangan makan gula-gulanya, Kim Mony! Atau kamu nggak akan pernah pulang ke rumah lagi.” Wajah Wooshin yang bersimbah peluh memandang Claire; sedikit redup namun penuh tatap ketidaksukaan.

“Penyihir itu pasti sudah memasukkaan beberapa ramuan berbahaya pada permennya, Mony. Jangan pernah makan itu!” cetus salah satu dari kedua bocah itu. Oh Claire bisa menebaknya pasti dia yang bernama Hoshi. Si penyebar berita bahwa Claire adalah penyihir. Terbahak keras, Claire lekas-lekas melangkah mendekati dua bocah itu.

“Oh astaga, duduklah dulu Wooshin dan Hoshi. Percayalah, Kak Claire penyihir baik hati, kok,” ucap Claire selagi mengusak rambut kedua bocah yang terlampau polos itu. Hoshi bergidik, betisnya bergetar cukup hebat sebagai pertanda ia ketakutan setengah mati. Hoshi bahkan menutup kedua telinganya demi mencegah pekikan si gadis penyihir. Sementara Wooshin terus bersiaga mengikuti seluruh pergerakan Claire. Ia menolak tatkala Claire hendak meraih pergelangan tangannya. Berpolah dirinya benar-benar tak ingin terpengaruh oleh bujukan macam apa pun.

“Baik apa? Kamu bahkan menyihir adikmu menjadi Ryuk, oh maksudku anjing,” pekik Wooshin.

“Kwon Hoshi, ‘kan?” Claire menumbuk manik Hoshi yang berair, hampir pasti jika ia menahan sebuah tangisan. “Dari mana kamu tahu jika aku penyihir, huh? Chanwoo bahkan sudah kularang untuk mengatakannya pada semua orang. Aku terkejut bahwa kau mengetahui faktanya, Anak Manis.” Kuku-kuku di jemari Claire menyusuri permukaan wajah Hoshi, membuat bocah itu hanya menggumam tak jelas sesekali merintih ketakutan.

“A-aku tidak tahu, kok.”

“Bohong. Kak Hoshi yang memberitahu Mony kalau Kak Claire penyihir jahat,” teriak Mony dari atas kursi. Bocah perempuan itu terlihat asyik mengunyah gula-gula, pun menciumi mangganya. Hoshi mendelik ke arah Mony, lantas mengirim sinyal permintaan tolong pada Wooshin.

“Hoshi….” Claire meninggikan intonasi suaranya, hampir seperti suara nenek sihir di negeri dongeng. Melengking penuh penekanan. “Selama Kakak bertanya baik-baik, harusnya kamu menjawabnya dengan baik juga, Sayang.”

Tepat saat Claire hendak menyentuh kembali surai basah Hoshi, bocah itu seketika memekik. “Tolong aku… aku ingin pulang. Aku bukan anak nakal. Jangan bunuh aku, Kakak Penyihir!” tangis Hoshi pecah saat itu juga. Hoshi meraung-raung, semakin keras, keras, dan keras. Wooshin dan Mony sampai menyumbat telinganya mendengar tangisan Hoshi.

“IH, KAK HOSHI NGOMPOL!”

Teriakan Mony seketika membuat Claire kalang kabut. Gadis Jung itu menundukkan tubuhnya, dan benar saja; Hoshi mengompol. Bagus! Pekerjaan rumahnya akan bertambah. Claire mendengus selagi memijit pelipisnya yang mulai pening.

Wooshin terbahak, pun begitu dengan Mony. “Astaga Kwon Hoshi kamu memalukan!” ejek Wooshin tanpa memedulikan tangis Hoshi yang masih menggema.

“Kwon Hoshi berhenti! Hei, jangan menangis lagi! Dengarkan kakak, Hosh. Mari ikut Kakak, kau harus mengganti celanamu itu! Oke, Kakak tidak akan menyihirmu, kau percaya?” Claire mengulurkan tangannya. Ragu-ragu, Hoshi yang saat itu masih sesenggukan, akhirnya menerima uluran tangan Claire.

Keduanya lantas melangkah ke kamar mandi, meninggalkan Mony dan Wooshin yang masih saling terkekeh.

Claire mendengus. “Oh, penyihir macam apa yang harus mengurusi anak mengompol? Ck.”

.

.

“Tunggulah sebentar, Smiley Mango-nya akan segera siap.” Claire berteriak di balik mini bar dapur. Sementara Mony, Wooshin dan Hoshi sudah duduk di kursi makan, menunggu Claire selesai dengan aktivitasnya. Mony masih mengejek Hoshi yang baru saja mengompol, dan Wooshin bahkan ikut-ikutan akan mengadukannya pada seluruh teman di sekolah nanti.

“Kak Hoshi bau pesing! Mony nggak mau dekat-dekat.” Menempelkan tubuh kecilnya pada sang kakak, Mony menggerakkan tangan untuk menyumbat hidungnya.

“Ya, aku tidak mengompol, tahu! Aku hanya kebelet pipis, Dan Mony, baumu juga seperti ini jika kamu tidak mandi,” bantah Hoshi sebagai bentuk pembelaan diri. Setelah membersihkan dirinya, Claire menyuruh Hoshi untuk membersihkan bekasnya mengompol tadi. Hoshi lantas menurut tanpa banyak protes, bocah itu masih tak dapat menatap mata Claire lama-lama. “Jadi, Kak Claire bukan penyihir?”

“Dia tetap penyihir, Hosh. Buktinya dia menyihir adiknya sendiri menjadi anjing, ‘kan?” Wooshin mengakhiri kalimatnya yang jelas sekali merupa sebuah cibiran. Bocah Kim itu berbicara sedikit bergetar. Saat Claire sudah melangkah ke arah meja makan dengan Ramuan Smiley Mango-nya, ketiga bocah itu hanya bungkam dan saling melempar pandangan.

“Puding?” Mony mengerjapkan matanya ke arah Claire yang sudah duduk di hadapannya. Ketiganya terkejut saat melihat semangkuk puding baru saja dihidangkan di atas meja makan. Puding Mangga.

“Yeap. Ini Ramuan Smiley Mango buatan kakak. Spesial untuk Mony yang suka mangga, untuk Wooshin yang kujamin akan lebih ‘hangat’ setelah memakannya, dan terakhir untuk Hoshi yang memberikan hadiah perkenalan tidak cukup bagus untuk Kakak.”

Mony terkikik lagi, lantas dibalas tatapan tajam oleh Hoshi. “Jika kamu bukan penyihir, kenapa kamu bisa menyihir Chanwoo menjadi anjing?” kuriositas Wooshin belum terjawab.

Claire tergelak. Maniknya memperhatikan Mony yang sudah sibuk menikmati puding mangga buatannya. “Chanwoo hanya tidur di kamarnya, kok. Maksudku menyihirnya menjadi Ryuk adalah sebagai bentuk konotasi dari tidur. Ryuk sedang tidur, ‘kan?” Claire melangkah menghampiri anjingnya yang masih tenang di atas sofa. Wooshin dan Hoshi hanya melongo mendengar penjelasan Claire. Otak kecilnya belum mampu mencerna dengan baik perkataan orang-orang dewasa yang terlalu rumit.

“Kak Wooshin, cepat makan pudingnya. Enak banget, tahu!” Mony tesenyum ceria. Dia mengangkat sebuah sendok untuk menyuapi Wooshin, namun sang kakak menolaknya tak suka. Mony memberengut, lantas memaksakan sesendok puding itu agar masuk ke dalam mulut Wooshin.

“Makan saja Wooshin, tidak ada ramuan berbahaya kok. Kau juga harus makan Kwon Hoshi, atau Kakak akan mengadukanmu pada Mamamu nanti,” ancam Claire selagi melangkah kembali ke kursinya, mengacak-acak surai Hoshi lantas tersenyum. “Tidak ada penyihir, Hosh. Mungkin Kak Claire hanya penyihir hati bagi Kim Jinhwan saja,” kekeh Claire kecil. Telapak tangannya berganti menepuk-nepuk pundak Hoshi, membuat bocah cilik itu lantas berlari menjamah wastafel hendak mengeluarkan sesuatu lantaran perutnya yang tiba-tiba mual.

“Dia mual mendengarmu mengucapkan gombalan seperti itu, Kak Claire,” cetus Wooshin yakin. Tangannya menyaruk sesendok puding lantas melahapnya.

“Kak, penyihir hati itu apa?”

Spontan semua mata kini terpusat pada Mony. Gadis cilik itu melemparkan tatapan polosnya yang sangat menggemaskan. Claire hanya terkekeh, sama sekali tak ingin menjawabnya. “Mony tanya Kak Wooshin saja, ya?” ucap Claire selagi tertawa.

“Ya, Kim Mony ayo pulang! Kamu belum mandi sejak tadi pagi, tahu!” Wooshin lekas-lekas menyeret Mony; memaksanya untuk segera turun dari kursinya lantas mendorongnya untuk keluar. “Kak Claire, pudingnya Mony bawa pulang, ya?” pekik Mony sementara kedua tangannya sudah menggenggam sebuah mangga yang diambilnya di dapur Claire tadi dan juga semangkuk puding.

Claire tersenyum, “Kapan-kapan main ke sini lagi, ya! Kwon Hoshi, jangan lupa untuk mengembalikan celana Chanwoo, oke? Dan tolong, pastikan tidak bau pesing.”

“Berhenti mengolokku, Kak Claire! Aku tidak mengompol, tahu!” Hoshi memekik keras lantas berlari mengejar Wooshin dan Mony yang sudah berjalan meninggalkannya.

Ck. Dasar anak-anak! Oh, belum saatnya kalian mengetahui siapa Claire sebenarnya, Anak-anak Manis.

.

-fin.


FINALLY!!! Kakyen, here the present! Absurd seperti biasa (endingnya apalagi, semua absurd deng). Hope you like it, unniiiiii! ❤ and special thanks, buat maippo yang mau betain, thankchu maak! *pelukecup maippo*

Last, mind to review guyss?

Riris ❤

17 tanggapan untuk “Tetangga Baru; Si Penyihir”

  1. JUJUKK SURUJUK AKU NGAKAK MAMPUS DARI AWAL SMPE AKHIR.
    Aku udah nebak ini pasti pentihirnya mbak kelair… DEMI APA PENYIHIR HATI, HOEK.
    wkwkwkkw, aku gakebayang hoshi ngompol. Duh duh duh.
    Juk perutku sakit, tanggung jawab… bawa aku ke dokter oz, ke dokter superganteng bernama dokter ryan thamrin… wanjir banget udah nih kumau kasih hempol kaki buat jujuk surujuk kesayangan :*

    Suka

    1. …..mamiii kumerindukanmuu miih uhuhuhuhu sungguh kurindu ngerendem bareng dirimu mih /.\
      ihiy. kan claire emang penyihir hatinya jinani miih *nggelinding* makasih miih udah mampir /pelukecup mibec sayang/

      Suka

      1. Aku tau emang aku ngangenin juk… aku tau /lah pede lu selangit mih….

        Penyihir hati kan katanya tapi kok polahnya mbak claire malah kek medusa gitu? /ditabok suhariyanto/

        Yuk ngerendem egein :*

        Suka

    1. MONY SI MERAH GEMAAAAAASSSS :3
      Ris, sukses banget bikin ngakak sama polah cecimitan ini ya. Terus claire bisaan pula akting jadi penyihir plus ngegombal di depan bocah2??? Astagaaaaaa kwon hoshi sampe muntah gitu. HAHHAHAHAHA XD Gemas sama semua. Mony apalagi. Kak ucin nya yang sok cool. Dan hoshi yang………… haduh entahlah bocah pirang itu mau diapain ya enaknya ㅡㅡ oh dan kamu beneran pake smiley mango nya. Ihihihihihi 😀 (jadi kepengen puding mangga…………)
      Etapiiiiiii endingnya itu ko agak creepy ya claire……………? Ini maksudnya apa nih? Jangan2 claire beneran penyihir jahat ya??? O.O
      Ris lanjut kurusuhin di line ya. Ehehehehe XD
      Makasiiiiiiihhh banget buat persembahan termanisnya (semanis mangganya mony) ♥♥♥
      See ya riris ^^)/

      Suka

      1. aahahaha kakyen ini absurd kak! wkwk
        pokoknya jung sibs seneng jd tetangga baru mony sama ucin ihiy. claire mayan bisa godain dek ucin ntar ((apalagi kalo kuhn oppa main kan makin mayan bisa cuci mata)) /GAK

        anw makasih kaak udah pinjemin mony! hihihihihi ❤

        Suka

  2. Kajuuuuuk aku bacanya lompat lompat dengan kepala puyeng tapi kocak besok mau baca lengkaplah kalo udah enakam hehe
    Tapi asli wusin sok cool hoshi astaga nak bisabisanya ngompol dicelana astaga dan mony yasudahlah bhay wae mbak claire sang penyihir haha 😅🔫

    Suka

  3. BAHAHAHAHAHAHA NGAKAK RIS ADOOOH HOSHI NGOMPOL YHA BAHAHAHAHAHA

    baidewai endingnya gantung dan owe kagak paham *digaruk*

    Selebihnya okeee Ris ashek2 ashoy :3

    Suka

  4. ASELII RIIIISSSS AKU BUTUH BANGET WAKTU SETENGAH JAM BUAT BACA DAN MENCERMATI FIC INI ASTAGAAA
    UCUL PARAAAAHHHH GEMAS

    Jujur aku gak tau yg namanya wooshin, jd susah ngebayangin.. tapi pas di deskrpsi katanya wooshin itu jutek, yaudah aku bayangin aja dia bocah cilik yg sering ngomel2 ama adeknya!! Bbaahhahahhahsh Hoshi sama mony juga lucu paraaah… dia yg nyebarin gosip, dia yg kena imbasnya juga pft. Mana dia ngompol kan parah lagian mbak claire pake boongin bocah piyik sih…

    DAN APA PULA MBAK CLAIRE TETIBA NGEGOMBAL BUSET AKU AJA MABOK APA LAGI BOCAH2 ITU HUHUHU TERUS ENDINGNYA DOOONG ITU APAAN MAKSUDNYA??? EMANG MBAK CLAIRE NYEREMIN SIH PADA DASARNYA YAK ((digaplok)) (udah ta, udah gausah pake caps terus nanti yg baca juling) xD

    Aku ada beberapa typo, tapi lupa di bagian mana… eh ada satu deng yg aku inget: ‘memperhatikan’ seharusnya ‘memerhatikan’ bukan? Ehehhehehe

    Ya aku kejungkel baca ficmu pagi2 ris, tiati nanti giliran kamu yg mabok baca kome gajelasku…. bye!!

    Suka

    1. OMONAAA titayuuu nae titaa kesayangan komentar kamu aku terharu uhuhuhu /peluk kak jinu/
      claire cocok kan jadi penyihir ihihihihihihihihi /digampar/ anw makasih ya titaa! /pelukecup buat tita/ ❤

      Suka

  5. hahahaha demi apa si Hoshi ngompol? 😂
    ga kebayang ah sama muka nya si Hoshi pas ketakutan gitu terus ngompol 😁
    bikin ngakak sumpah ini ff nya 😂

    salam kenal ya thor 😊

    Suka

Leave Your Review Here!