Lawless (Chapter 18)

lawless 18

Scriptwriter: Shiorinsan

Editor: Dika Syafani

Main Cast: Seohyun Snsd, Seungri BigBang

Support Cast: Yoona Snsd, Kim Myungsoo, G-Dragon/Kwon Jiyong, Kim Soo Hyun, Sulli, Park Jiyeon , Park Hyuni (karakter buatan). Dan another cast yg bisa ditemukan sendiri

Genre: Romance

Duration: Chaptered

Previous part: 1 // 17

Warning: Chapter ini mengandung crack-pair, erotika, dan hal-hal berunsur dewasa lainnya. Pembaca dimohon kebijaksanaannya

Chapter 18

Selamat membaca!

Park Hyuni

Jumat, 15 April 2011,
Dengan Lee Seungri.

Seungri mengecek arloji pada lengan kanannya, ujung bibirnya sedikit melengkung naik. Ia mematikan mesin dan turun dari mobil sebelum berlari menaiki anak tangga menuju pintu depan rumahnya.

Saat itu masih pukul setengah delapan. Ia hanya butuh waktu lima menit untuk mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih pantas untuk menghadiri acara makan malam yang dijanjikan Seohyun.

Hari itu adalah hari Jumat, tapi bukan seperti hari Jumat biasanya. Jumat itu adalah hari terakhir sekolah sebelum mereka memasuki dua minggu liburan paskah. Saking semangatnya, ia dan teman-temannya jauh pada minggu sebelumnya telah berencana untuk menghabiskan malam tersebut di rumah peternakan Myungsoo yang ada di Jinhae. Seungri tak pernah menolak jika Myungsoo mengundangnya untuk berkunjung ke sana. Ia menyukai tempat tersebut. Mereka bisa berkuda di padang rumput yang luas sampai sore, dan malamnya mereka akan memasak barbequesambil minum-minum sampai teler.

Siapa yang bisa menolak itu?

Rencananya sudah sangat sempurna sampai ketika hari Selasa kemarin Kim Seohyun tiba-tiba muncul dan melakukan sesuatu diluar dugaan. Gadis itu mengundangnya makan malam di rumahnya pada hari Jumat. Tak hanya dia, ia juga mengundang kakak-kakaknya.

Seungri sebenarnya tidak terlalu bersemangat dengan acara-acara dimana ia harus duduk semeja bersama kakak-kakaknya sambil membicarakan dirinya atau hal-hal apapun itu yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Semua itu sangat membosankan. Seungri lebih memilih duduk bersama teman-temannya di restoran cepat saji sambil mengobrol tentang apa saja yang terlintas di benak mereka saat itu.

Tetapi makan malam yang ini berbeda, karena yang ini akan berlangsung di rumah keluarga Seohyun, dengan Kim Seohyun sebagai kokinya.

Seungri tak pernah peduli apakah gadis itu koki yang hebat atau bukan. Yang menjadi perhatiannya adalah bahwa ia akan duduk di meja yang sama bersama gadis itu dan memakan makanan yang dimasaknya. Ia bisa membayangkan wajah gadis itu yang memandang penuh harap ke arahnya agar ia bisa mengatakan sesuatu yang baik tentang masakannya. Entah mengapa hanya dengan membayangkan wajah bahagia gadis itu saja bisa membawa senyum ke bibirnya.

Tidak hanya itu, Seungri juga bisa membayangkan wajah Seohyun jika ia tidak ada di meja tersebut.

Seungri mendorong pintu oak yang besar itu dan membiarkannya terbuka saat ia berlari menuju tangga yang akan membawanya ke lantai dua tempat kamarnya berada.

Dua minggu yang lalu, Seungri bahkan tak mengenal Kim Seohyun. Yang ada di pikiran Seungri cuman senang-senang, obat-obatan, game, dan senang-senang. Pada situasi normal, gadis itu mungkin orang terakhir yang akan dikencaninya di Shinwa. Semuanya berubah sejak pagi dimana ia menemukan gadis itu bertelanjang kaki di dapurnya. Dan entah mengapa sejak saat itu jalan mereka selalu berselisih.

Sama seperti apa yang akan terjadi malam ini. Jalan mereka lagi-lagi akan berselisih.

Seungri tidak mau mengakui ini. Tapi untuk pertama kalinya diam-diam ia merasa lega karena Myungsoo membatalkan rencana mereka. Entah mengapa ia sangat tidak ingin menelepon Seohyun dan membohongi gadis itu dengan sejuta alasan mengapa ia tak bisa datang ke makan malamnya.

Sesampainya di puncak tangga, Seungri bergegas menuju kamarnya. Ketika ia membuka pintu, ia terkejut saat menemukan Park Hyuni duduk dengan posisi yang sangat provokatif di atas ranjangnya.

Gadis itu hanya mengenakan singlet putih yang mencetak jelas bentuk tubuh serta branya yang berwarna pink dengan rok berwarna biru yang hanya mencapai pertengahan pahanya. Ia duduk dengan kaki tersilang, menunjukkan pahanya yang putih mulus.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Ia berdiri dan mendekati Seungri dengan senyuman menggoda. “Memberikan kejutan padamu.”

Seungri menutup pintu di belakangnya, lalu mengernyit. “Ya, aku terkejut. Lalu?”

Seungri tidak bisa memungkiri fakta bahwa Park Hyuni adalah gadis yang cantik. Yang Seungri dengar dari Myungsoo, gadis itu sebenarnya lahir di Seoul dan pernah berteman bersama Yoona dan Myungsoo ketika mereka masih SD. Namun tiba-tiba gadis itu pindah ke Amerika bersama keluarganya, lalu ketika ibunya meninggal, ayahnya memutuskan untuk memulangkannya lagi ke Korea supaya dia diawasi oleh keluarga ibunya.

Sebenarnya Park Hyuni adalah tipenya Seungri. Berambut cokelat dan berbibir penuh, Seungri sangat menyukainya. Kalau saja gadis itu tidak punya hobi menari telanjang di depan teman-teman laki-lakinya kemudian membiarkan teman-teman tersebut menjilati perutnya, Seungri pasti sudah akan mengajaknya berkencan.

Seungri sedikit mengerti mengapa ayahnya Park Hyuni memulangkannya ke Korea supaya ia bisa diawasi. Dengan hobi seperti itu, gadis itu memang butuh diawasi.

Sejak putus dengan Jiyeon, Seungri memang tidak ingin menjalani hubungan serius dengan siapapun. Hanya saja, meskipun tujuan hidupnya adalah senang-senang, bukan berarti Seungri akan berkencan dengan siapa saja termasuk seorang gadis yang sudah menghangatkan tempat tidur semua teman-temannya. Tidak, terima kasih. Seungri memang nakal, tapi dia tidak jorok.

Park Hyuni tertawa. “Berhentilah bersikap aneh.”

“Bagaimana kau bisa masuk kemari?”

“Pelayanmu membiarkanku masuk saat kubilang aku mau kerja kelompok matematika denganmu.” Ia sudah berdiri di depan Seungri sekarang.

Seungri melongo. Minggu depan ‘kan liburan paskah? “Memangnya ada tugas?”

“Sudah kubilang, berhentilah bersikap aneh.” Setelah mengatakan itu Park Hyuni langsung mendorong Seungri ke pintu dan menciuminya habis-habisan. Di tengah-tengah ciumannya ia berkata, “memangnya apalagi yang diinginkan seorang wanita yang menunggumu di ranjang?”

Seungri berusaha mendorong Park Hyuni menjauh, namun gadis itu malah menariknya dan mendorongnya hingga jatuh ke ranjang. Sebelum Seungri bisa bangkit duduk, dia sudah mendaki ranjang, membungkuk di atas Seungri, dan melanjutkan ciuman mereka yang panas.

Intensitas ciuman mereka membuat Seungri melupakan apa sebenarnya tujuannya kembali ke rumah malam itu. Dan apa yang sedang menunggunya beberapa blok dari rumahnya. Ia bisa merasakan ketika Park Hyuni menariknya duduk sebentar untuk melepas seragam yang ia kenakan sejak pagi.

Ketika lidah mereka sedang bergumul satu sama lain, kedua tangan Seungri menyelinap ke balik singlet gadis itu untuk meraba-raba kulit punggungnya yang halus. Ciuman mereka semakin dalam ketika tangan Seungri berhasil membuka kaitan branya sebelum tangannya meremas payudara gadis itu yang ranum.

Park Hyuni melepaskan ciumannya sebentar untuk membuka singlet beserta branya lalu melemparnya ke lantai. Seungri menyeringai saat melihat gadis itu membelai dan meremas-remas payudaranya sendiri, sebelum membungkuk dan memposisikan payudaranya persis di depan wajah Seungri. Seungri tidak membuang waktu dan langsung melumat puting gadis itu; menggigit, menghisap dan membelai puting berwarna merah muda itu dengan lidahnya. Di atasnya, Park Hyuni mengerang dan merintih dengan penuh gairah. “Oh, Seungri.”

Mendengar namanya dipanggil dengan suara seperti itu membuat Seungri menjadi bersemangat. Ia kemudian mendorong Park Hyuni dan memutar posisi mereka hingga Seungri-lah yang sekarang berada di atas. Park Hyuni memekik, lalu menyeringai saat melihat Seungri dengan terburu-buru melepas ikat pinggang dan kancing celananya.

Hanya saja ketika Seungri hendak menurunkan celana boxer-nya, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya.

“Master? Master Seungri? Anda di dalam?” Tomoko, salah seorang pelayan, mengetuk sekali lagi, lalu mencoba membuka pintu dan langsung mengetuk lagi ketika sadar pintunya terkunci.

Seungri spontan berhenti.

“Sir? Miss Sooyoung menelepon dan bertanya apakah anda sudah siap dan meminta anda untuk mengangkat telepon darinya.”

Berusaha membuat suaranya terdengar senormal mungkin, Seungri menjawab, “Ya, ya, Tomoko. Bilang pada Sooyoung aku sedang bersiap-siap.” Napas Seungri tercekat ketika Park Hyuni menurunkan celana boxer-nya dan mulai memijat-mijat kemaluannya. “A-Aku akan di sana lima menit lagi,” tambahnya sambil menggertakkan gigi, berusaha menahan erangan akibat tangan terampil di kemaluannya.

Tanpa banyak tanya Tomoko langsung menyampaikan pesan Seungri pada Sooyoung yang masih menunggu di ujung lain telepon. Sambil menyampaikan laporannya, gadis itu berjalan turun ke lantai bawah, tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Master-nya di balik pintu tersebut.

“Kau suka?” tanya Park Hyuni dengan nada nakal.

“Ya, Park Hyuni. Tapi…” Seungri tanpa sengaja mengerang, “…k-kita harus melanjutkannya lain kali.” Dengan seluruh tenaganya, Seungri melepaskan tangan Park Hyuni dari kemaluannya dan menjauhi gadis itu. Napasnya terengah-engah saat ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari pakaiannya.

Park Hyuni menghembuskan napas kesal, lalu turun juga dari tempat tidur dan mendekati Seungri dari belakang. Ia kemudian melingkarkan lengannya di tubuh Seungri, menggesek-gesekkan tubuhnya yang telanjang di punggung lelaki itu. Tangannya yang mula-mula hanya membelai dada Seungri yang bidang, perlahan-lahan turun ke bawah hingga menggenggam kemaluan Seungri yang masih mengeras. “Oh, tidak.” Ia mendesah di telinga Seungri, napasnya yang hangat terasa menggelitik. Pemuda itu menggeram ketika Park Hyuni tidak menghentikan gerakan memijat yang dilakukannya. “Kau masih sangat keras, Sayangku. Kembalilah ke tempat tidur.”

Seungri mendadak berbalik, mengagetkan Park Hyuni. Dengan kasar ia mendorong gadis itu ke tempat tidur, kemudian menindihnya. Baiklah, kalau perempuan ini memang sangat terangsang, lebih baik selesaikan ini dengan cepat. Park Hyuni nampak senang dengan sikap kasar Seungri yang mendadak. Ia memekik ketika Seungri menahan kedua tangannya di atas kepalanya dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain mengeluarkan kemaluannya dari celana boxer-nya.

Tidak ada yang salah. Tidak ada. Aku sedang berada di puncak gairah. Perempuan ini juga. Aku hanya butuh beberapa menit, dan semua ini akan segera berakhir. Sooyoung dan Yunho tak perlu tahu. Seohyun juga tak akan tahu…

Seohyun…

Seohyun… Dia akan mengerti ‘kan?

Dan mendadak bagaikan sihir, rambut cokelat milik Park Hyuni perlahan-lahan menggelap, menggelap, menggelap, dan berubah menjadi hitam. Seungri terkesiap, matanya melebar. Park Hyuni yang bingung karena Seungri tidak kunjung menghujamkan tubuhnya membuka mata dan melihat ke arah pemuda di atasnya. Si pemuda terkesiap dan menjauh karena mendadak mata abu-abu itu memudar, memudar, memudar, dan berubah menjadi pucat…

Aku pasti sudah gila. Seungri berkedip sekali, dua kali. Park Hyuni masih berbaring di sana, dengan rambut cokelatnya yang indah. Namun make-up di wajah gadis itu secara misterius menghilang, meninggalkan wajah polos dan sepasang mata pucat milik seorang gadis yang saat ini sedang menunggunya di ujung jalan.

Kedua mata Seungri sekali lagi melebar.

Tidak. Tidak mungkin. Mustahil.

“Seohyun?”

Seungri pun secepat kilat menjauhi Park Hyuni dan turun dari tempat tidur.

“Seohyun?” tanya Park Hyuni bingung dengan napas terengah-engah.

Ketika wajah Park Hyuni kembali lagi, Seungri sudah tahu bahwa apapun yang tadi hendak ia lakukan, ia tak lagi punya dorongan untuk melakukannya. Hasrat, gairah, apapun itu, nol. Semuanya hanya karena wajah Seohyun mendadak muncul di hadapannya dan ia merasa takut.

Takut? Seungri tidak pernah takut pada apapun.

Tapi ketakutan yang ini berbeda. Seungri takut jika Seohyun tahu apa yang ia lakukan. Ia takut gadis itu akan jijik padanya. Jijik, kecewa, dan dia tidak akan pernah lagi memeluk Seungri seperti yang ia lakukan tempo hari ketika mereka sedang melihat album masa kecilnya.

Ya, pelukan itu berarti sesuatu bagi Seungri.

Ketika Seohyun memeluknya seperti itu, untuk pertama kalinya Seungri benar-benar merasa hidupnya akan baik-baik saja. Ia tidak akan lagi kebingungan karena Seohyun akan selalu ada di sana. Dan Seungri bahkan tidak perlu menangis untuk melampiaskan kesedihannya, sebab gadis itu yang menangis untuknya.

Seungri tidak mengerti apa yang dirasakannya pada Seohyun. Tapi apapun itu, instingnya yakin bahwa jika ia menuruti nafsunya sekarang, Seohyun pasti akan sangat jijik padanya. Dan hal terakhir yang ia inginkan adalah jika gadis sebaik dan selembut Seohyun membencinya.

Maka Seungri pun memunguti satu persatu pakaian Park Hyuni kemudian memberikannya ke gadis itu. “Keluarlah,” katanya. “Aku tidak bisa melakukannya denganmu.”

Park Hyuni yang sedang berada di puncak gairahnya pertama-tama tidak mengerti, namun melihat Seungri memunggunginya, kebingungannya berubah menjadi amarah. “Kau tidak bisa? Kau gila ya?”

Seungri berbalik. “Ya, aku rasa aku sudah gila.”

“Kau kenapa sih?” Suara Park Hyuni meninggi. Dia tidak pernah ditolak, dan dia tidak bisa ditolak. Lelaki ini sudah membuatnya sangat bergairah dan tiba-tiba saja ia berhenti di tengah jalan. Tidak ada hal yang lebih kejam dari itu!

“Aku ada janji makan malam.”

“Sama si Sooyoung itu?”

“Sooyoung itu kakakku. Dan ya, aku berjanji akan makan malam bersama kakakku dan bersama Kim Seohyun.” Seungri bahkan terkejut dengan nada suaranya yang sangat tenang dan penuh kontrol. Ia bisa merasakan logika kembali ke pikirannya ketika gairahnya perlahan-lahan mereda. Apa yang sedang kulakukan di sini sementara Seohyun sedang menungguku di sana? omelnya pada dirinya sendiri.

Park Hyuni tidak bisa percaya. “Kim Seohyun? Si gagap itu?”

“Ya. Sekarang keluarlah.” Seungri sudah membuka lemari pakaiannya dan sedang mencari-cari pakaian yang tepat untuk dikenakan ke rumah keluarga Seohyun..

“Kau mengusirku?” tanya si gadis berambut cokelat dengan penuh kebencian.

Seungri bahkan tak berbalik untuk memandang Park Hyuni saat menjawab, “Ya.”

Kedua mata Park Hyuni menyipit. “Kau sudah menidurinya?”

“Pulanglah,” kata Seungri sekali lagi saat ia menarik keluar setelan kemeja berwarna denim dan sepasang celana jeans cokelat.

Selama beberapa saat Park Hyuni hanya terdiam. Seungri sedang mengenakan celana ketika ia mendengar gadis itu berjalan ke seberang ruangan untuk mengambil tasnya. Kemudian…

Flash.

Seungri spontan berbalik. “Apa yang kaulakukan?” Ia menemukan Park Hyuni sedang tersenyum memandang layar ponselnya.

Perempuan itu nyengir. “Kenang-kenangan,” katanya sambil mengedipkan sebelah mata.

“Kalau kau pos itu di Facebook aku akan mencekikmu dengan tanganku sendiri.” Seungri memang tidak pernah memukul perempuan. Tapi kalau sampai perempuan itu berani meng –upload foto bersama dirinya yang sedang setengah telanjang, Seungri tidak akan ragu-ragu untuk mengetes kekuatannya pada perempuan.

Selama sesaat Park Hyuni tampak takut dan ragu-ragu, namun semua itu menghilang ketika ia dengan penuh percaya diri berkata, “jangan menyanjung dirimu sendiri. Kau bahkan tidak tahu apakah kau ada di fotonya atau tidak.” Segera setelah mengatakan itu, Park Hyuni kembali ke tempat tidur untuk mengenakan kembali pakaiannya.

Seungri mengawasi setiap gerakan Park Hyuni dengan wajah merengut. “Kalau begitu kemarikan ponselmu.”

“Oh, tidak Seungri. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh apapun milikku setelah kau mempermalukanku seperti ini, Sayang.” Seungri tidak siap ketika ia tiba-tiba mendengar Park Hyuni terkekeh. Wajahnya makin merengut.

“Apa kau ingin memancing simpatiku dengan tertawa?”

Dia mendengus lalu berjalan ke cermin yang berada di pintu menuju kamar mandi untuk memperbaiki baju dan rambutnya. “Kau-lah yang seharusnya jadi objek simpatiku, Seungri,” katanya, lalu tertawa lagi.

Seungri memutar matanya. Sekarang ia mulai jengkel dengan kelakuan gila gadis ini. “Kenapa? Jangan bilang karena aku tidak mengambil kesempatan untuk tidur dengan gadis sepertimu,” balasnya dengan nada sarkastis.

Dia tertawa lagi. “Oh, Seungri yang malang.” Ia ber-ckck. “Aku seharusnya tidak menganggap remeh gadis tolol itu.”

“Kalau kau cuman mau menjelek-jelekkan Seohyun lebih baik jangan membuang-buang waktumu dan segera keluar dari sini.” Seungri melihat jam di atas meja samping tempat tidurnya, dan mengumpat, “sial, aku terlambat.” Tanpa memedulikan Park Hyuni ia bergegas berpakaian.

“Seharusnya aku memberitahumu dari dulu,” kalimat tersebut membuat Seungri berhenti sejenak untuk melihat ke arah gadis itu.

“Beritahu apa?” tanyanya sambil mengancing kemejanya.

Park Hyuni tersenyum penuh rahasia. Ia kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan lipstik sebelum berjalan kembali ke cermin untuk memperbaiki lipstiknya yang sudah terhapus akibat sesi ciuman panasnya dengan Seungri. “Tak pernahkah kau berpikir mengapa Kim Seohyun yang gagap dan pemalu itu tiba-tiba berusaha dekat-dekat denganmu?”

Seungri hanya terdiam. Ia tidak ingin menjawab Park Hyuni dan membuat gadis itu puas. Namun diam-diam dalam hati ia juga bertanya-tanya. Selama ini memang tak pernah terpikir olehnya mengapa Seohyun selalu berusaha berbicara dengannya. Seungri teringat kembali peristiwa di bengkel waktu itu, ketika Seohyun dengan berani mengajaknya makan es krim. Mengetahui sifat gadis itu, inisiatif seperti itu seharusnya sangat mustahil dilakukan orang sepertinya. Ia pasti lebih memilih pergi sendirian daripada menderita melalui momen-momen yang canggung bersama orang yang hampir tak ia kenal.

Melihat Seungri yang tenggelam dalam pikirannya, Park Hyuni pun menyeringai. “Kelihatannya tak pernah terpikir olehmu. Tentu saja. Karena gadis itu terlihat seperti gadis polos baik-baik yang mungkin bahkan tak pernah berpikir untuk membunuh lalat seekorpun.”

“Apa yang sebenarnya yang ingin kau katakan, Park Hyuni?” Seungri memberinya pandangan tajam. Ia paling tak suka dibuat bingung.

“Kim Seohyun punya niat terselubung di balik keberadaannya di dekatmu, Lee Seungri.” Park Hyuni sudah selesai merapikan kembali lipstiknya yang semerah darah. Ia memandang Seungri dengan pandangan meremehkan.

Seungri menunggu Park Hyuni melanjutkan kata-katanya.

“Dia punya taruhan dengan Myungsoo.”

Seungri tahu bahwa tak seharusnya ia memacu mobilnya dengan kecepatan di atas delapan puluh di jalan-jalan di tengah kota seperti ini. Namun ia menemukan dirinya tak peduli. Saat itu satu-satunya hal yang ada di pikirannya adalah bagaimana ia bisa menemukan Myungsoo secepat mungkin.

Aku mendengar Myungsoo bicara dengan Seohyun sepulang sekolah. Katanya kalau Seohyun bisa membuatmu jatuh cinta padanya lalu mencampakanmu sebelum liburan paskah berakhir, Myungsoo tidak akan mengganggu Seohyun lagi sampai lulus nanti.”

Seungri memejamkan mata.

Seohyun terisak di dadanya. “K-kenapa kamu begitu buta?”

Apakah itu semua hanya pura-pura?

Tidak mungkin.

Saat mendengar cerita Park Hyuni, Seungri menemukan dirinya hanya mendengarkan sepotong-potong saja dari semua kalimat gadis itu. Dia terlalu syok menerima fakta yang dipaparkannya.

Perempuan jalang ini pasti berbohong, adalah hal pertama yang muncul di pikiran Seungri.

Tanpa mengucapkan selamat tinggal, ia pun langsung meninggalkan Park Hyuni di kamarnya. Ia bergegas menuju mobilnya sambil mencoba menelepon Myungsoo. Ia memang bisa saja langsung bertanya kebenarannya pada Seohyun, namun saat itu tidak tepat karena gadis itu sedang makan malam bersama kakak-kakaknya. Ia tidak bisa begitu saja menyerobot masuk dan menariknya keluar lalu memaksanya mengaku tentang taruhannya dengan Myungsoo.

Satu-satunya orang lain yang tahu kebenarannya adalah Myungsoo. Namun ponselnya sejak tadi mati, jadi Seungri menelepon rumahnya dan dari Jaejoong ia tahu bahwa Myungsoo sedang ke Teito-HEY. Hanya saja sesampainya di sana, ia tak bisa menemukan Myungsoo di manapun.

Ia bertanya pada gadis penunggu kasir, dan gadis itu berkata bahwa Myungsoo tadi memang kesini bersama seorang gadis berambut setengah pink (ombre). Seungri pun mengumpat-umpat. Dari sekian banyak orang yang bisa bersama Myungsoo ke arcade, kenapa orang itu harus Park Jiyeon—cewek yang selama ini sebisa mungkin ia hindari?

Namun ia tahu kalau ia tak punya pilihan lain. Ia tak akan bisa tidur tenang malam itu apabila ia tak mengetahui kebenarannya.

Maka Seungri pun dengan berat hati menelepon Park Jiyeon.

Gadis itu terdengar kaget ketika menjawab telepon. Sebelum Jiyeon bertanya-tanya mengapa Seungri menelepon, lelaki itu langsung bertanya apakah Myungsoo bersamanya atau tidak. Jiyeon menjawab kalau Myungsoo baru saja meninggalkannya setelah berkata kalau ia ingin menghajar seseorang.

Seungri menutup telepon lalu menghembuskan napas kesal.

Ia pun melajukan mobilnya tanpa arah sepanjang sisa malam tersebut dengan harapan akan menemukan mobil Myungsoo terparkir di suatu tempat.

Sabtu, 16 April 2011,
Dengan Lee Seungri.

Seungri terbangun akibat suara gedoran di pintunya yang tak kunjung berhenti. Dari bunyi gedorannya saja ia sudah tahu siapa yang ada di luar pintunya tersebut. Para pelayan tak pernah ada yang berani mengetuk pintunya seperti itu, apalagi kalau mereka tahu Seungri sedang tidur. Ketika Yunho sedang berada di rumah dan ia ada perlu dengan Seungri, maka kakak laki-lakinya itu akan mengetuk pintunya dengan pelan dan teratur sambil sesekali memutar-mutar kenop pintunya. Ayahnya tak pernah ada di rumah. Jadi satu-satunya orang yang bisa dan mampu menganiaya pintu kamar Seungri seperti itu hanyalah Lee Sooyoung.

“BANGUN KAU ANAK MALAS!” teriaknya tanpa sedikitpun berhenti menggedor pintu. “Buka pintu ini sekarang juga!”

Sambil menyumpah-nyumpah, dan karena tahu Sooyoung tidak akan berhenti menggedor pintunya sampai pintu sialan itu terbuka, Seungri pun dengan sekuat tenaga bangkit dan menyeret langkahnya ke seberang ruangan untuk membuka pintu. Dan benar saja, begitu si pintu terbuka, wajah garang Sooyoung langsung menyambutnya. Tanpa peduli ia langsung berbalik, berjalan kembali ke tempat tidurnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur.

“Bangun sekarang juga!” Langkah kaki Sooyoung menghentak-hentak di atas keramik marmer saat ia menyeberangi kamar Seungri menuju jendelanya untuk membuka tirai agar sinar matahari bisa tanpa ampun menyinari wajah tidur adiknya. “Kau sudah membuat aku dan Yunho malu semalam! Ayo bangun! Kalau aku tidak mendengar alasan yang bagus akan kugunting lagi semua kartu kreditmu, dan kali ini aku tidak akan meminta ayah menggantinya!”

Sooyoung menarik selimut Seungri dan membuangnya ke lantai, sebelum ia sendiri duduk di atas tempat tidur dengan tangan tersilang di dada.

Melihat Seungri yang masih memejamkan mata, Sooyoung melanjutkan omelannya dengan suara yang lebih melengking. “Aku mungkin meneleponmu sejuta kali semalam, dan tak satupun kau angkat! Bagaimana mungkin kau bisa membiarkan kedua kakakmu makan malam bersama temanmu tanpa kehadiranmu? Kau seharusnya melihat wajah Seohyun semalam. Kau ini benar-benar tukang menghancurkan hati orang!”

Mendengar nama Seohyun disebut, Seungri membuka sebelah matanya. “Apa kata Seohyun?”

“Dia terus menerus bertanya kau dimana.” Sooyoung kini menusuk bahu Seungri menggunakan telunjuk. “Mungkin kau tidak mau mengabari aku atau Yunho kau sedang dimana, tapi kau seharusnya mengabari Seohyun! Sepanjang makan malam matanya tidak henti-hentinya melihat ke arah ponselnya. Dia pikir mungkin aku tak sadar, tapi aku rasa semua orang di meja itu melihatnya, namun tidak ada yang cukup tega untuk mengatakan padanya bahwa kau tidak akan datang.”

Seungri kini sudah berbaring terlentang. Kedua matanya setengah terbuka. Ia menghembuskan napas panjang. “Aku ada urusan semalam. Sama sekali tak bisa ditinggal.”

“Omong kosong! Urusan apa yang begitu penting untuk dikerjakan anak SMA sepertimu? Kau bahkan belum bekerja, dan demi Tuhan aku tahu kau tak pernah menganggap serius sekolahmu! Kupikir kau tidak akan kembali ke rumah tadi malam, dan bayangkan bagaimana reaksiku ketika Tomoko tadi pagi memberitahuku kalau kau pulang jam tiga!”

“Kau langsung naik kesini dan mencoba mendobrak pintuku?” tanya Seungri dengan nada tak tertarik.

Wajah Sooyoung memerah dan ia hendak mengomeli Seungri lagi karena berani menyindirnya, namun Seungri langsung menyela.

“Aku akan minta maaf pada Seohyun nanti secara langsung. Kalau kau sekarang keluar, aku akan lebih cepat mandi dan berpakaian supaya bisa mendatangi rumahnya.”

Sooyoung hanya mendengus. “Kupuji niat bagusmu. Tapi rencanamu untuk mendatangi Seohyun harus ditunda sampai nanti sore atau mungkin besok.”

Seungri merengut.

“Karena kau akan ikut dengan aku dan Yunho ke pesta pernikahan anak dari salah satu partner bisnis ayah. Mempelai wanita-nya adalah salah seorang guru di sekolahmu. Jadi ayah mewanti-wanti supaya kau ikut.”

What the…

Sooyoung bangkit dari posisi duduknya di tempat tidur Seungri dan berjalan menuju kloset pakaiannya. “Aku membangunkanmu karena pemberkatannya akan dimulai satu jam lagi.”

“Kau harus membunuhku dulu sebelum kau bisa membawaku ke pesta pernikahan!”

Seungri tidak pernah menyukai pesta pernikahan. Ya, Seungri memang suka pesta. Ia senang berada di keramaian. Bersenang-senang, berdansa, makan-makan, dan minum-minum. Tapi bukan pesta dimana papan namanya diletakkan pada sebuah bangku tertentu. Pesta yang banyak anak kecil, pesta dimana para bujangan berkumpul pada suatu meja tersediri, pesta dimana ia harus berbasa-basi dan berjabat tangan dengan banyak sekali orang yang tidak dikenalnya.

Seungri menghembuskan napas kesal. Perempuan jalang itu lebih baik mengganti kartu kreditku sebelum hari ini berakhir.

Semakin ia dewasa bukannya ia makin gampang lolos dari Sooyoung, perempuan itu entah mengapa menjadi lebih mudah membenamkan cakar-cakarnya di sekeliling Seungri. Ia tidak bisa menganggap remeh Sooyoung. Kakaknya itu makin punya banyak alat yang bisa digunakan untuk mengancamnya.

Seungri menghela napas dan memanggil seorang pelayan untuk membawakannya minuman.

Semalam setelah ia menyerah mencari Myungsoo, Seungri sebenarnya sangat tergoda untuk mendatangi rumah Seohyun dan bertanya pada gadis itu tentang kebenarannya secara langsung. Tapi Seungri memikirkan ulang ide tersebut dan memutuskan bahwa mendatangi rumah orang yang baru saja kau langgar janjinya lalu membangunkannya pada jam dua pagi bukanlah ide yang bagus. Akhirnya Seungri pun menyerah dan kembali ke rumahnya sendiri, dengan tekad bahwa hal pertama yang akan ia lakukan besok pagi adalah mendatangi rumah keluarga Seohyun, memohon maaf padanya, lalu menyerangnya dengan pertanyaan yang sejak semalam sudah mengganggunya.

Separuh dari dirinya tentu saja menolak untuk mempercayai Park Hyuni. Maksud Seungri, ini adalah Park Hyuni! Meskipun ini bukan urusannya, namun Seungri tahu bahwa gadis itu cukup manipulatif hingga menjadi penyebab kemurkaan Yoona yang membuat cinta sepenuh hati gadis itu pada Kim Myungsoo berubah menjadi kebencian sepenuh hati.

Meskipun demikian, separuh diri Seungri yang lain tidak bisa mencegahnya untuk memikirkan kata-kata perempuan itu yang sebenarnya memang lumayan masuk akal jika ia pikirkan.

Jika dia melihat ke belakang, sebenarnya apa yang membuat ia mendadak bisa dekat dengan Seohyun? Seungri berpikir semalaman dan akhirnya menyadari bahwa ia bisa dibilang baru mengetahui keberadaan gadis itu setelah mereka tanpa sengaja dipasangkan oleh Ms. Kurenai untuk mengerjakan tugas home ec. bersama-sama. Tanpa tugas itu, sampai lulus nanti pun Seungri tidak akan pernah tahu ada orang bernama Kim Seohyun yang sekolah di Shinwa.

Bahkan sebenarnya setelah tugas home ec. itu Seungri sama sekali tidak ada niat untuk mengakrabkan dirinya dengan Seohyun. Namun entah mengapa gadis itu mendadak menjadi muncul dimana-mana. Dan tanpa ia sadari mereka mendadak menjadi dekat.

Mungkin itu suatu kebetulan?

Ataukah seperti yang dikatakan oleh Park Hyuni? Seohyun terlibat dalam suatu taruhan dengan Myungsoo…

Setiap pikiran tersebut masuk di kepalanya, Seungri secara otomatis langsung menggeram dan mengacak-acak rambutnya. Untuk menenangkan diri ia merasakan keinginan luar biasa untuk merokok. Dan itulah yang ia lakukan tadi pada saat sang pastor sedang memberkati Rain dan Kim Tae Hee.

Begitu juga pada saat itu ketika Sooyoung sedang sibuk menyeretnya kesana-kemari untuk memperkenalkannya dengan teman-temannya.

Seungri dengan sopan mengatakan ia ingin keluar sebentar untuk merokok, dan karena sedang berada di tengah-tengah orang banyak, Sooyoung pun dengan senyuman malaikatnya mengizinkan Seungri. Padahal sebenarnya itu adalah alasan yang dikarang Seungri untuk melepaskan diri dari cengkeraman kakaknya beserta pesta yang membosankan itu.

Ia sudah sangat penasaran.

Ia harus bertemu dengan Kim Seohyun saat itu juga.

Resepsi pernikahan yang membosankan itu diselenggarakan di lantai empat puluh lima hotel The Ritz yang memang sudah menjadi langganan untuk pesta pernikahan orang-orang yang mempunyai kelebihan uang untuk menyelenggarakan pesta pernikahan mereka.

Lift berdenting-denting dan pintunya bergeser terbuka menampakkan tamu-tamu dengan pakaian formal dan indah yang ingin menyampaikan hadiah pernikahan mereka untuk Rain dan Kim Tae Hee sambil bersosialisasi dengan tamu-tamu yang lain dengan tema percakapan utama yaitu memamerkan kekayaan mereka masing-masing.

Seungri memilih menggunakan lift yang paling ujung. Sambil menunggu lift yang sedang menuju ke atas dari lantai dasar tersebut, Seungri mengeluarkan dompet untuk memastikan bahwa ia memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar taksi ke rumah Seohyun. Seungri tidak membawa mobilnya sendiri hari itu karena mereka pergi sekeluarga, Yunho berpikir akan lebih efisien jika mereka menggunakan satu mobil. Toh, mereka akan pergi dan pulang bersama-sama. Setelah melihat sekilas dompetnya yang berisi dua ratus ribu, Seungri mengeluarkan ponselnya untuk pertama kalinya hari itu.

Sesaat ia menduga akan ada pesan dari Seohyun yang mungkin akan menanyai keberadaannya semalam. Sebenarnya pagi itu ia berencana untuk menelepon Seohyun dan meminta maaf. Namun karena mendatanginya dengan sebuket bunga terdengar seperti ide yang lebih baik dari hanya sekedar menelepon, Seungri pun mengurungkan niatnya.

Namun bukannya menemukan pesan dari Seohyun di ponselnya, Seungri malah menemukan notifikasi pesan singkat dari Myungsoo. Seungri sudah hendak membukanya ketika lift di hadapannya berdenting dan bergeser.

Butuh waktu beberapa detik bagi Seungri untuk menyadari bahwa ia tidak sedang mengkhayalkan Seohyun berdiri di dalam lift tersebut. Namun tetap saja sulit dipercaya karena yang makin tak bisa dipercaya oleh Seungri adalah kenyataan bahwa gadis itu berdiri di dalam lift tersebut bersama tidak lain tidak bukan Kim Jaejoong.

Bingung? Ya tentu saja.

Marah? Kedengarannya memang tak masuk akal, namun ya Seungri merasakan perasaan marah perlahan-lahan membuncah di dadanya.

Tapi campuran antara bingung dan marah tersebut sebanding dengan sebuah perasaan aneh yang mirip dengan perasaan senang ketika pandangan Seungri jatuh pada wajah pucat yang familiar itu. Sehingga membuat Seungri makin bingung karena perasaannya sekarang adalah campuran antara bingung, marah, dan senang.

“Seungri?”

“Seohyun?”

Mereka berkata pada saat yang bersamaan.

Sejuta dugaan berseliweran di benak Seungri pada saat itu. Mereka pacaran? Mungkin saja. Sudah rahasia umum kalau Jaejoong selalu memiliki teman kencan wanita yang berbeda-beda setiap minggunya. Tapi mengencani anak SMA? Please! Tapi kemungkinan itu tetap selalu ada. Seungri juga dengan cepat mengingat dimana rumah keluarga Myungsoo berada sehingga mencoret kemungkinan mereka berdua adalah tetangga. Dan terakhir kali dia ingat, Seohyun  sangat membenci adik dari Kim Jaejoong hingga ke tulang sumsumnya sehingga sampai sejuta tahun pun Seungri tak akan menyangka bahwa gadis itu akan berkenalan dengan kakak dari musuh bebuyutannya! Apalagi pergi ke pesta pernikahan bersama sang kakak tersebut!

Seungri tersadar dari lamunannya ketika Seohyun keluar dari lift. Dengan cengkeraman bak macan Sumatera-nya pun ia langsung menarik lengan Seohyun untuk menanya-nanyainya di pojokan yang jauh dari jangkauan pendengaran siapapun.

Tentu saja Seungri memiliki seribu pertanyaan yang siap ia lontarkan pada Seohyun. Namun yang sebenarnya paling tak ia mengerti adalah perasaan terganggu ketika membayangkan Seohyun dan Jaejoong berada dalam kendaraan yang sama selama perjalanan mereka menuju The Ritz ini. Seungri tak bisa membayangkan kalimat apa yang digunakan oleh Jaejoong ketika mengajak Seohyun untuk menemaninya ke pesta pernikahan tersebut. Dan ia juga menemukan dirinya makin terganggu ketika membayangkan bagaimana respon Seohyun atas ajakan tersebut. Oh, gadis itu pasti senang sekali! Lagipula gadis mana di seantero Seoul yang tidak senang ketika ada pria sekaya dan setampan Kim Jaejoong mengetuk pintu mereka kemudian meminta mereka untuk menjadi teman kencannya ke sebuah pesta pernikahan? Apalagi mengingat latar belakang Seohyun yang Seungri tahu tak pernah diajak kencan oleh lelaki manapun. Tunggu dulu. Seungri sebenarnya tidak tahu apakah Seohyun pernah diajak kencan oleh lelaki lain atau tidak. Itu sebenarnya hanya asumsinya. Tapi mengenyampingkan alasan tersebut, Seungri tetap yakin bahwa Seohyun datang ke pesta itu dengan sangat antusias.

Seungri tahu bahwa ia bersikap irrasional karena mencecar Seohyun dengan pertanyaan-pertanyaan seperti seorang lelaki pencemburu.

Padahal dia bukan siapa-siapanya Seohyun dan dia tak punya hak apapun untuk menghardik Seohyun yang menjadi teman kencan Jaejoong hari itu.

Belum lagi Seungri bisa mendapat penjelasan dari Seohyun, Jaejoong tiba-tiba datang menyela pembicaraan mereka kemudian membawa Seohyun masuk ke dalam. Dengan dongkol Seungri pun menatap pasangan yang menurut seleranya sangat-tidak-cocok itu menjauh dan masuk ke ballroom.

Seungri tetap berdiri diam di tempatnya, di dalam pikirannya dugaan-dugaan tentang Seohyun dan Jaejoong kembali bermunculan. Ia pun tanpa sadar mengeluarkan rokoknya, kemudian menyalakan sebatang dan menghisapnya. Saat ia menghembuskan asap pertamanya, ia melihat Seohyun yang menengok ke belakang untuk melihat ke arahnya.

Sepanjang pesta berlangsung, Seungri tidak bisa melepaskan pengawasannya dari Seohyun. Jaejoong entah mengapa terus-terusan membawa gadis itu ke kerumunan-kerumunan orang-orang tua yang entah mengapa sangat tertarik melihat kehadiran Seohyun di sana. Mungkin ada hubungannya dengan nama belakang serta mata pucat gadis itu. Lagipula keluarga Seohyun adalah salah satu keluarga paling tertua yang pernah berada dalam bisnis peternakan yang juga digeluti keluarga Rain.

Meskipun mengikuti Seohyun dengan matanya, namun Seungri sebisa mungkin menghindari Seohyun ketika gadis itu sedang bersama kakaknya. Sooyoung terlihat sangat senang, terlalu senang malah, ketika melihat Seohyun ada di pesta itu. Hanya saja ia memandang tidak suka pada teman kencan gadis itu, Kim Jaejoong, yang sepengetahuan Sooyoung adalah playboy dan suka mempermainkan perasaan perempuan. Seungri menghindari mereka karena ia tidak ingin Sooyoung mengomelinya di depan Seohyun, atau yang lebih parah membanding-bandingkannya dengan Jaejoong.

Seungri tidak menghitung, namun ia tahu Seohyun berdansa empat kali (sebenarnya dia menghitung, tapi dia tak mau mengakuinya). Yang pertama tentu saja dengan Jaejoong. Yang kedua bersama seorang bocah yang Seungri tidak tahu anaknya siapa. Yang ketiga bersama Yunho. Dan sekarang, yang keempat, bersama Jaejoong lagi.

Dan Seungri tahu sudah saatnya ia menyela dansa ini, karena dansa yang kelima adalah miliknya.

Seohyun tidak terlihat keberatan ketika Seungri menyela Jaejoong. Malahan ia terlihat senang saat pasangan dansanya berganti. Seungri merasa waktu itu adalah waktu yang tepat untuk bertanya pada Seohyun tentang kebenaran dari kata-kata Park Hyuni. Musik yang keras di sekeliling mereka akan menutupi pembicaraan mereka dari telinga-telinga yang ingin tahu. Hanya saja, musik pop tersebut mendadak berubah menjadi musik bertempo lambat atas permintaan si mempelai wanita.

Dalam seketika Seungri merasa perubahan sikap Seohyun. Gadis yang tadi merasa tegang di bawah sentuhannya itu kini merasa rileks dan karena kini mereka berada di seberang lantai dansa, jauh dari pengawasan keluarga Seungri ataupun Jaejoong, Seohyun pun berani menyandarkan kepalanya pada dada Seungri.

Seungri menghela napas.

Saat itu ia sadar bahwa ia tak akan pernah bisa menyerang Seohyun secara langsung dengan pertanyaan itu. Ia tidak tahu pasti mengapa. Mungkin dia tidak siap mendengar kebenarannya. Meskipun Seungri seratus persen yakin bahwa Park Hyuni hanya berusaha mengadu-domba dirinya dengan Seohyun, namun ia tetap bisa mendengar hati kecilnya bertanya, bagaimana kalau ternyata itu benar?

Tidak mungkin.

Ya, tidak mungkin.

Mustahil.

Seungri tidak bisa menjelaskan mengapa, tapi Seungri tahu itu.

Mungkinkah ini apa yang disebut orang-orang dengan Percaya?

Seungri selalu beranggapan bahwa memori manusia itu ibarat sebuah buku. Umur menentukan ketebalan buku tersebut, sementara apa yang telah kita lakukan menentukan nilai dari buku tersebut. Seungri tahu bahwa “buku”-nya bukanlah buku yang bagus, dan tidak banyak orang yang tahu isi dari buku tersebut. Ia juga ragu ada orang yang tertarik dengan isinya.

Seungri mengencangkan pelukannya pada Seohyun.

Sementara itu, disini, gadis yang ada di dalam dekapannya ini, adalah satu dari sedikit sekali orang yang tahu tentang ceritanya. Mungkin bagian tentang gadis ini masih sangat sedikit tertulis di dalam “buku”-nya, mengingat mereka baru saja kenal selama dua minggu. Namun dua minggu tersebut adalah dua minggu yang Seungri yakin sedang mengubah arah kehidupannya.

Saat Seungri menunduk untuk melihat Seohyun, ia menemukan gadis itu juga sedang mendongak menatapnya. Mereka berdua saling menahan pandangan masing-masing selama beberapa detik hingga akhirnya Seungri tersenyum.

Seohyun juga membalas senyumannya. Dan saat itulah Seungri yakin bahwa ia telah melihat masa depannya di dalam bola mata gadis itu. Masa depan mereka.

Seungri merasa lega, akhirnya dia bisa mengenali perasaan aneh yang selama ini menyerangnya ketika sedang memikirkan atau berada di dekat Seohyun. Perasaan yang menurut ibunya hanya mungkin ia rasakan pada satu orang di dunia ini.

Lee Seungri sudah jatuh cinta pada Kim Seohyun.

Dan ia yakin, Seohyun juga merasakan hal yang sama padanya, sehingga cerita Park Hyuni tentang taruhan antara Seohyun dan Myungsoo itu pasti bohong.

Ya, ‘kan?

23 tanggapan untuk “Lawless (Chapter 18)”

  1. ka klo cast nya seungri seohyun aku suka bgt ka..
    boleh request engga ka. bikin fanfic mereka yg onshoot dong ka. mereka tuh cocok bgt apalagi pas sekarang2 mereka juga comback duluan . pleasssss

    Suka

  2. Ga tega pas ntar seungri beneran tau ttng taruhan itu. di saat di seungri lg suka2nya sm seo.
    myungsoo mana myungsoo cpt batalin itu taruhan..
    sebelum ada yg tersakiti/?
    next jgn lama2 kak 😉

    Suka

  3. Ga tega pas ntar seungri beneran tau ttng taruhan itu. di saat seungri lg suka2nya sm seo.
    myungsoo mana myungsoo cpt batalin itu taruhan..
    sebelum ada yg tersakiti/?
    next jgn lama2 kak 😉

    Suka

  4. Wah fanfictnya menarik. Dari th 2013 sampai 2016. Hebat, penulisnya masih mau mikirin perasaaan pembacanya yg nunggu” kelanjutannya. Biasanya beberapa penulis selalu menghentikan ceritanya di tengah jalan. Semangat kak, aku nunggu kelanjutan ceritanya. 😉

    Suka

  5. Wduh.. ksian seungri lw andaikan taruhan tu terbongkar. Tp nntx seohyun pst jg terluka. Tp pengen dech seohyun myungsoo bs mengakhiri kesalah pemahamannya. Next chapx jgn lm2 chingu

    Suka

  6. sprti’y mulai da yg d jatuhi cinta nih, sengri mulai da rasa2 cemburu ke seohyun hahaaaaa
    seburuk2’y seseorang, sebejat2 c’sengri ktk dia sudh d jatuhi cinta dia past akn luluh juga trhdp perasaan’y..

    tp bgaimn soal prjanjian antra seohyun n myungseo klo sengri tau, aigooooo ga kebyang deh thor sengri edan’y kyak gmn..
    baru tau knp myungseo benci bgt sma seohyun trnya mreka punya masalalu yg prlu d lurusin alias slh paham sprti’y thor heheee

    Suka

  7. wah wah ff ini muncul buat hesteria tersendiri .. ceritanya makin menarik aja .. moga konflik seungri dan seohyun terselasaikan dengan baik jadi tidak ada yg tersakiti . di harap myongsoo memecahkan masalah ini

    Suka

  8. Suka banget, apalagi cast cewenya bias aku. Aku udah nunggu lawless dari kapan hari, awalnya udah nyerah bolak balik ngecek. Eh, iseng2 liat udah nyampe part 18. Hoho,. Next part jangan kelamaan please. Penasaran endingnya bakal kaya gimana.

    Suka

  9. Keren banget…
    Dilanjutin dong…
    Kapan lagi dilanjutin nya udah bulan oktober, tpi blum ad jga lanjutannya. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aky gk prnah nu fanfic sbagus ini. Apa lagi couplenyabias aku….
    Dilanjuton dong udh gk sabar!

    Suka

  10. Keren banget…
    Dilanjutin dong…
    Kapan lagi dilanjutin nya udah bulan oktober, tpi blum ad jga lanjutannya. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aku gk prnah nu fanfic sbagus ini. Apa lagi couplenyabias aku….
    Dilanjuton dong udh gk sabar!

    Suka

  11. Thor tolong dong thor lanjutin fanficnya. Soalnya aku suka banget… fanfic in sangat bagus. Aku gk bsa nunggu lama lama lagi kelanjutannya.
    Gak sabar pngen tahu gmana sfat seungri pda seohyun stelah dia tahu perasaannya kpada seohyun it perasaan cinta.
    Mohon banget yaya thor…
    Kalu bsa bulan ini udah ada kelanjutannya
    Please banget thor
    Aku sngat suka sama fanfic ini…
    Plese bnget aku sangat tdak sbar mnunhhu klanjutannya…👌👌👌

    Suka

  12. ini udah akhir agustud 2017 kenapa chapter selanjutnya belum ada.. please lanjutin dong, ini sangat bagus looo ceritanya… please pleaseee

    Suka

  13. ini kapa. di lanjutkan?
    apa mungkin author nya udah ngga mau di lanjut ya ?? sibuk ?! oh god kalo kaya gitu buat novel aja aku bakal beli asal nama cast nya tetep sama ngga ada yang di rubah.

    Suka

Leave Your Review Here!