[IFK Movie Request] Ace

ace

Requested by Putri Pucuk

Casts Jeon Jungkook [BTS], Kim Aerin [Putri’s OC] Genre School life, tennis!AU Rating PG-17 Duration Vignette Disclaimer I own the plot and poster

:::::

“Tahu tidak, kenapa Jeon Jungkook yang di sana itu berminat masuk klub tenis?”

.

Seharusnya Aerin tidak pernah menelan bulat-bulat sebuah doktrin yang kerap lolos dari mulut para gadis di sekolah, bahwa Jeon Jungkook yang populer itu tidak ada tandingannya di sekolah ini. Menghabiskan satu bulan beradaptasi di sekolah baru ini, Aerin akhirnya bertemu titik di mana tidak semua yang para gadis delusional itu katakan adalah non-fiksi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena oh tolonglah, Jeon Jungkook tidak sekeren itu.

Aerin mendaftar sebagai anggota baru klub tenis beberapa hari yang lalu. Gadis itu selalu menyukai olahraga tersebut bahkan sejak masih duduk di sekolah dasar, di mana mungkin ia belum pernah memegang raket dan hanya menyaksikan betapa asyiknya jadi bintang lapangan tenis. Lagi pula, Aerin menyukai kostumnya sejak dulu—kaus polo, rok pendek, sepatu tenis, dan sun hats.

Tambahan lagi, entah apakah ini keberuntungan atau justru sebaliknya, Jeon Jungkook merupakan salah satu penghuni klub tersebut. Katanya—kata para gadis itu—permainannya bagus. Saat itu Aerin hanya bisa memikirkan kalau-kalau ada yang tidak bisa Jeon Jungkook dapatkan dalam dunia anak SMA yang fana ini.

Sebagai anggota baru—sekaligus junior, karena yang biasanya didahulukan di lapangan adalah para senior dan para bibit unggul—Aerin masih santai. Gadis itu duduk di area penonton, sambil memerhatikan permainan anak-anak lain. Beberapa di antara mereka bahkan bermain doubles1—dengan formasi berpasangan, laki-laki dan perempuan. Aerin menerawang, membayangkan dirinyalah kelak yang akan berdiri di sana.

“Hai, hacker!”

Merasa teralihkan perhatiannya, Aerin menoleh ke sumber suara. Seorang anggota klub menghampirinya dengan sumringah—atau mungkin begitulah raut wajahnya tiap kali ia tersenyum. Rambutnya coklat madu, dan ia mengenakan kaus yang serasi dengan warna helai-helai di kepalanya. Aerin lantas teringat, ini senior klub tenis yang sedari tadi kerap ditempeli beberapa gadis senior pula, padahal ia belum main satu set pun.

Hacker?” Aerin mengulangi, merasa asing dengan panggilan tersebut karena, yah, ia tidak pernah meretas situs apa pun di internet.

Hacker itu pemain pemula atau menengah—atau yang tidak tahu apa itu hacker.” Si senior lantas mengambil spasi di sebelah Aerin. Matanya ikut memandang ke arah lapangan. Sekarang Jeon Jungkook mengisi posisi satu lawan satu di sana. Tanpa sadar Aerin bereaksi. “Oh, itu Jeon Jungkook!”

Jungkook mengawali permainan dengan sebuah big serve2—memulai teriakan-teriakan para junior perempuan yang sebenarnya bertugas sebagai ball person3. Jungkook dan seorang senior putra bermain dengan ringan, namun aura pertandingannya begitu terasa. Senior tersebut mengembalikan bola dengan tangkas, dan dengan cepat kembali lagi padanya sekian nanosekon setelah Jungkook melakukan backhand4, di mana serta-merta membuat Aerin kagum, karena terakhir kali gadis itu mencoba gerakan tersebut, pergelangan tangannya bereaksi. Barangkali hanya dirinyalah yang seperti itu.

“Tahu tidak, kenapa Jeon Jungkook yang di sana itu berminat masuk klub tenis?” tiba-tiba Taehyung membuka konversasi. Aerin menoleh, menatap si senior itu dengan penuh rasa ingin tahu.

“Karena…,” Taehyung terkikik. “Ia suka dengan perempuan yang pakai rok pendek.”

“Hah?” Aerin tercengang, dan disambut dengan anggukan Taehyung. “Serius. Tanya saja senior lainnya. Waktu itu kami yang memberikan semacam masa orientasi kecil-kecilan klub tenis padanya, dan ketika ditanya kenapa ia berminat pada klub tenis, jawabannya ya itu tadi.”

Aerin menahan napas, mulutnya masih menganga penuh rasa muak. Ia melemparkan tatap tidak percaya pada pemuda yang kini mendapat sorak-sorai dari anak perempuan lain itu. Entahlah, mungkin ia memenangi golden set5, masa bodoh. Golden set ataupun bukan, imaji Jeon Jungkook tidak akan pernah sama lagi di mata Aerin.

Lantas Taehyung bangkit dari bangkunya, mengambil alih posisi Jungkook di lapangan, sementara yang digantikan sedang menerima uluran handuk dari para junior perempuan.

Tadinya Aerin sudah berniat melepaskan pandangan penuh penghakimannya pada Jungkook. Tapi sebelum ia melakukannya, pemuda itu sudah melangkah ke bangku penonton—mengabaikan anak-anak perempuan tadi—dan duduk tepat di sebelah Aerin.

Masih terpengaruh oleh ucapan Taehyung tadi, Aerin segera meraih jaket untuk menutupi kakinya. Tidak akan dibiarkannya kakinya ditatap Jungkook dengan leluasa, dasar pikiran kotor! Kenapa pula ia menghampiri Aerin?

“Hai, anggota baru, kan? Kau tidak mau menguji kemampuanmu di sana?”

“Memangnya boleh? Bukannya hanya senior yang menguasai lapangan sana?”

Jungkook menyuguhkan tawa khas orang populer—kau tidak akan pernah tahu jenis tawa seperti itu jika tidak melihatnya langsung. “Tidak kok. Lapangan tenis kan, milik bersama. Omong-omong…,” Jungkook memerhatikan gerak-gerik Aerin. “Kau kenapa, sih?”

Kenapa apanya?”

“Kau sepertinya gelisah. Kau keberatan aku di sini?”

Keberatan sih, tidak, batin Aerin. Tapi siapa yang tidak risi duduk berdekatan dengan orang yang kau tahu bahwa isi kepalanya kotor?

Jungkook menatap Aerin, lantas mengangguk, seakan mulai memahami sesuatu. “Kak Taehyung bilang apa padamu?”

Merasa ketahuan, Aerin menyunggingkan cengiran terpaksa. “Tidak ada, kok, tidak ada.”

“Bahwa aku masuk ke klub tenis karena suka melihat cewek pake rok pendek?”

Seharusnya Aerin tidak perlu merasa seperti ini, tapi tiba-tiba ia dihantam perasaan tidak enak yang menjurus ke limpahan rasa bersalah. Perkenalannya dengan anak populer tidak seharusnya berjalan seperti ini. Ah, Aerin memang tidak berbakat menjadi anak baru.

“Siapa namamu?”

Matilah dia, jika seorang anak populer mulai menanyakan namamu setelah pembicaraan yang tidak menyenangkan, maka tak lama lagi kehidupan sekolahmu akan bubar jalan hingga kau tak sabar menanti kelulusan.

“Kim Aerin,” jawab Aerin pasrah. Namun Jungkook menyunggingkan senyuman hangat seraya menatap lapangan.

“Bukankah menyenangkan, melihat berpasang-pasang kaki tersebut turun ke lapangan dengan gagah berani, di bawah siraman sinar matahari, bergerak ke sana kemari dengan satu pemikiran—bermain tenis.” Menghela napas panjang satu kali, Jungkook melanjutkan. “Sejak awal keikutsertaanku di klub ini, aku sudah menyaksikan semuanya. Gerakan kaki yang cepat itu menyatu dengan ketangkasan pukulan, serta kecermatan daya lihat yang terkombinasi dengan insting. Aku menyukai itu semua, tanpa terkecuali. Oleh karenanya, aku di sini.”

Dangkal—Aerin kini sungguh merasa dangkal dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pemuda di sampingnya ini. Bagaimana mungkin ia bisa menerima ucapan Kim Taehyung tanpa menyaringnya lagi? Bagaimana mungkin ia bisa menaruh prasangka buruk pada Jungkook bahkan sebelum ia mengenalnya? Bagaimana mungkin ia—secara tidak sengaja—mendesak Jungkook untuk membersihkan namanya sendiri?

Aerin merasa sangat bersalah. Kini dahinya mengernyit, tampak menahan tangis. Hatinya begitu tersentuh mendengar semua yang lolos dari mulut Jeon Jungkook. Dalam hati ia berjanji untuk belajar dari cara pandang pemuda itu.  Bahwa tenis bukan hanya tentang kostum, tapi juga tentang insting dan semangat.

Tiba-tiba Aerin bangkit dari bangkunya. Ia menatap Jungkook dengan mata membara. Lantas gadis itu mengangguk mantap.

“Aku akan berusaha memenuhi harapan klub tenis! Semangat!” tegasnya dengan suara bergetar. Jungkook ikut berdiri dan menyunggingkan senyuman hangatnya. “Bagus! Sekarang gantikanlah Senior Kim Taehyung di sana, dan coba bermain dengan junior lain, ya! Semangat!”

“Semangat!”

“Semangat!”

Sepeninggal Aerin, Taehyung berlari ke arah Jungkook dan menepuk bahunya. Bukannya Taehyung tidak tahu apa yang baru saja mereka bicarakan.

“Kak Taehyung ini, sudah kubilang jangan ceritakan soal yang satu itu pada anak baru!” gerutu Jungkook pada Taehyung yang lantas tertawa terbahak-bahak. Jungkook memang serigala berbulu burung parkit. Berkicau manis di depan para gadis, nyatanya berengsek.

“Maaf deh, habisnya aku tak tahan, anak baru selalu menarik untuk dipanas-panasi.”

Jungkook memandangi Aerin yang sedang bermain dengan teknik yang kaku sekali di lapangan sana. Ia benar-benar baru pada olahraga ini, sepertinya. Gerakan Kim Aerin masih canggung dan tampaknya bikin gemas para senior, soalnya kelihatan dari sini bahwa gadis itu kerap minta maaf pada para senior karena belum apa-apa sudah berbuat kesalahan di mana-mana. Bolanya bahkan tersasar dan nyaris membubarkan kumpulan senior di sisi lain.

Jungkook tersenyum simpul. Tidak, tidak, kali ini bukan karena rok pendek para gadis dari klub tenis. Tapi—

“Dia payah banget, ya!” Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya.

—justru karena Aerin begitu inosen, dan betapa ia terlihat sangat menyesal atas prasangkanya terhadap Jungkook tadi, makanya gadis itu meninggalkan kesan yang berbeda. Jungkook sudah terbiasa ditempeli para gadis. Tapi Aerin satu-satunya yang memandang Jungkook sebagai pemain yang berbakat dan mencintai tenis sepenuh hati.

“Tapi dia manis juga, apalagi dengan rok pendek, ya tidak, Jungkook?” Taehyung menyikut lengan Jungkook, lantas dibalas pemuda itu dengan tiba-tiba menutup kedua mata seniornya.

“Khusus Kim Aerin, tidak boleh ada yang mengomentarinya soal rok tenis!”

FIN

namtaenote from wikipedia:

  1. Doubles = Permainan tenis yang dimainkan oleh 4 orang, masing-masing 2 orang tiap sisi lapangan.
  2. Big serve = Servis yang kencang dan bertenaga, umumnya memberikan keuntungan bagi pemain yang melakukannya.
  3. Ball person = Seseorang (laki-laki atau perempuan) yang bertugas untuk memungut bola pada pertandingan
  4. Backhand = Jenis pukulan tenis di mana punggung tangan yang memegang raket dihadapkan ke depan dan pemain memukul bola menggunakan bagian belakang dari raket.
  5. Golden set = Memenangkan set tanpa kehilangan poin

Kisah ini terinspirasi dari salah satu scene di komik Marmalade Boys, di mana si cowo (saudara tirinya si cewe pemeran utama) mampir ke klub tenis.

Cewe: Loh, kok tumben mampir ke sini?

Cowo: Mau liat kamu pake rok mini.  Hehehe bercanda kok.

Nah kira-kira gitu percakapannya.

16 tanggapan untuk “[IFK Movie Request] Ace”

  1. Kuki mesum ala eci 👏👏👏
    dan taehyung minta gue rebus.. jahil ye mas, nuna pacarin baru tau rasa kamu /plis deh del/

    Ini unyuuu meski ga se-swit jehop+hellen 😂😂/*plak/
    Ajarin gue kek Ci bkin yg kece kek ginian gitu *hiks

    Suka

  2. “Jungkook menyuguhkan tawa khas orang populer—kau tidak akan pernah tahu jenis tawa seperti itu jika tidak melihatnya langsung. ”
    Kakeci ini ketawanya yang kaya HA HA HA gitu ya? *penasaran akut* XD
    kuki mesum ternyata…… tapi eciyeeeee aerin kasian amat ampe monangis gitu haduh polos abis aerin mah XD
    hwaiting kakeci 😀

    Suka

  3. Ya Allah aku kayaknya tau banget tuh ketawa cowok populer kayak apa ;;;;;;;; Ini simple tapi padet dan impresif dan maknanya tersalurkan kaeciii. Enak dibaca yoksiii ❤ Aku suka iniii! ❤ Aerin di bayanganku entah kenapa kayak OMG Arin heuheuheu so innocent :)))))) gapapa innocent asal bukan inoo kei HAHA (gajelas)

    seeu kaeci<3

    Suka

  4. KAK ECIIIII MAAPKEUN KU LAH BATU MUNCUL KUOTA KOIT AKHIR BULAN KERE KAK 😭😭😭😭
    BTW INI FIC NGAPA BIKIN BAPER YEEEE ANJUUU SI KUKI COWO POPULER DI KELILINGIN CEWE NJIR DPT BGT WKWKWKWK KUSUKAAAAAA ❤❤❤❤ /CAPS JEBOL/PLAK!
    aih kak ku tak tau mau berkata apalagii hueeee .___. Ku banyak berterimakasih karna sudah dibuatkan kakk, hasilnya kece pulakkk, makasih banyak ya kakkk kucinta kak Ecii, sukses terus kak, loph loph uuu ❤❤❤😘🎉🎊

    Suka

Leave Your Review Here!