[Movie Festival 4] Farge På Livet by laxies

Farge På Livet - laxies

Suatu hari di Kota Lopperston, ada sebuah bencana besar melanda. Kau tak akan menemui sebuah kota yang penuh hiruk pikuk kehidupan, namun yang kaudapat hanyalah mereka yang bergerak seperti zombie. Ini bukan gurauan, aku yakinkan sekali lagi, ini nyata! Ini sungguh serius!

Kalau ada yang harus kaulakukan untuk menyelamatkan kota ini, itu berarti hanya ada satu cara;  tangkap dia!

Farge På Livet

laxies © 2016

SEVENTEEN DK (Lee Seokmin) & Gfriend Yuju (Choi Yuna)

.

Hey, kautahu, itu kemampuan mimikri yang bagus.

.

Warning! Very long one-shot.

Awalnya, Seokmin tak punya niat untuk pergi, namun keadaan memaksanya. Dia lelah juga pura-pura senyum setiap hari dan menganggap kalau menjadi guru taman kanak-kanak itu selalu menyenangkan. Oh, ayolah, tak mau munafik kalau Seokmin memang memilih pekerjaan itu karena, lagi-lagi, keadaan yang memaksanya. Setiap hari ada lima lamaran Seokmin yang selalu ditolak, ditambah catatannya yang telah dipecat tiga belas perusahaan. Menjadi guru di taman kanak-kanak pelosok kota bukanlah pilihan, tetapi keharusan. Setiap hari dirinya butuh asupan air minum berlebih karena selalu diminta untuk menceritakan kisah Pangeran Mark dan seorang manekin bernama Wendy. Ya ampun, Seokmin heran sekali, sebenarnya apa yang membuat kisah seorang pangeran kepala batu yang berhubungan dengan manekin ini jadi begitu spesial di Ravenhills? Yah, masa bodoh lah. Saat bekerja, lengkungan bibirnya ke atas, sih, tapi otaknya sudah mau meledak kalau melihat anak-anak itu mulai tidak bisa diatur.

Jadi, akhirnya dia berniat merantau ke negeri lain untuk mendapat penghidupan layak. Lagi pula, statusnya sebatangkara, tak usah khawatir untuk kembali ke tempat kelahirannya ini dan membuang-buang uang. Cih, lihat saja nanti, dia akan punya uang segunung untuk ia muntahkan kepada para pengusaha yang telah menolak atau memecatnya mentah-mentah.

Sore itu, senjanya masih terasa panas dengan semilir udara hangat yang datang dari Timur. Seokmin tengah membuka kancing kemeja teratasnya ketika ia berjalan di gang kecil menuju flat bobroknya. Ekspresinya kentara sekali dengan kekesalan karena hari ini ia baru saja mendapat gaji yang dirasanya kurang untuk jasa mengajar di taman kanak-kanak itu. Mulutnya menggerutu sesekali, kadang juga mengucap sumpah serapah sembari menendang sampah-sampah yang berserakan di jalan ini. Namun sebuah angin kencang tiba-tiba menerpanya, membuat secarik kertas penuh warna menutupi wajahnya.

“Sialan! Bahkan angin pun benci wajahku!” Baru saja ia menggerutu lagi, namun matanya terbuka lebar melihat apa yang tertera dalam kertas itu.

KOTA LOPPERSTON MEMBUTUHKANMU!!

Ayo berkunjung ke Lopperston yang asri dengan penduduk yang selalu penuh  warna! Kami pun siap menampung pendatang yang ingin mendapat lebih banyak Warna Kehidupan! Apapun yang kau inginkan, semuanya tersedia di sini!

JADI AYO KE KOTA LOPPERSTON SEKARANG!

Ini Kota Lopperston! Kota impian semua orang! Di sana semuanya bagai negeri dongeng dengan peradaban yang lebih maju. Dan sekarang apa? Mereka butuh pendatang? Oh astaga, Seokmin selalu siap untuk ini!

Kali ini wajahnya berseri, ia harus cepat melangkahkan kaki untuk berkemas dan mengucap selamat tinggal pada flat yang mungkin akan roboh beberapa bulan lagi. Lelaki dua puluh tahun itu siap menggapai kehidupan cerah di Lopperston. Kalaupun ia harus kembali ke sini, maka ia akan mengolok mereka yang mengatainya pecundang. Pokoknya, Lee Seokmin akan siap menjadi Si Sukses dari Lopperston.

Oh! Betapa bahagianya Seokmin saat ini!

Ini adalah tahun 3020 di mana berbagai benua di dunia menjadi satu  daratan lagi. Sebagai kesepakatan, dunia ini kini dibagi menjadi sepuluh kota besar. Di zaman ini, kau akan menemukan segala yang tak mungkin menjadi mungkin, hanya beberapa saja, sebenarnya. Ada Kota Westfield yang dipenuhi oleh makhluk hasil kloning ataupun mutasi. Kalau mau tahu, pada awal abad 30 terjadi sebuah krisis di mana populasi manusia hampir punah di kota itu. Yah, jadi jangan heran kalau kau bisa melihat penduduk yang sama persis di kota itu. Atau kau menemui makhluk hasil rekayasa genetik yang mungkin, yah, bisa dibilang sangat aneh. Mungkin bisa jadi itu setengah manusia dan setengah jerapah. Aneh memang tapi itu sudah jadi hal lumrah sekarang. Hm, itu hanya satu contoh dari semua kota yang punya masing-masing keanehan. Masih ada Kota Qanberg, Typhtowd, Swornhils, Philoland, Dunshill, Rosey Phils, dan Northerwood.

Oke, itu hanya satu gambaran tentang betapa tak masuk akalnya Bumi sekarang. Satu lagi kota besar yang benar-benar tak boleh luput dari pembahasan, Kota Lopperston. Lopperston adalah tempat yang punya julukan ‘Negeri Dongeng’ karena sungguh, kalau ke  sana, maka kau akan merasakan kebahagiaan masa kanak-kanak yang penuh fantasi kembali dalam benakmu. Kota ini adalah pusat kebahagiaan, tempat mimpimu bisa jadi nyata. Ada satu hal yang sangat penting untuk kau ketahui tentang semua kegilaan dunia ini sekarang, bahwa semua orang punya Warna Kehidupan.

Yah, kalau mau menjelaskan bagaimana Warna Kehidupan bisa jadi sepenting itu, yang pasti seorang ilmuwan gila di masa lalu telah membuat sebuah evolusi besar terhadap kehidupan manusia. Warna Kehidupan ini adalah kekuatan sekaligus separuh nyawa manusia. Warna Kehidupan menunjukkan berbagai emosi yang sedang kau rasakan. Jadi, orang lain tahu apa yang sedang kau rasakan. Mungkin terdengar gila, tapi itu memang kenyataan. Setiap hari kau akan melihat orang-orang berwarna merah-hijau, biru langit, ungu-kuning-oranye, dan berbagai warna lain tapi tak pernah bisa lebih dari tiga warna.

Manusia dengan Warna Kehidupan yang paling jelas adalah penduduk Lopperston. Warga kota lain menunjukkan Warna Kehidupan hanya melalui aksesori atau satu bagian tubuh mereka seperti rambut. Kalau penduduk Lopperston, seluruh tubuhnya seperti disiram cat. Satu hal lagi yang harus kau ketahui, warna dasar yang punya arti penting adalah hitam, karena jika seseorang berwarna hitam berarti ia telah mati.

Seokmin yang berasal dari Kota Ravenhills memakai sebuah kalung sebagai penunjuk Warna Kehidupan dan kalung itu tak bisa dilepas, karena anggap saja itu adalah bagian dari dirimu. Sekarang Seokmin dalam perjalanan dengan bus, tangannya tengah menggenggam erat bandul kalungnya yang berbentuk permata bulat dengan warna kuning cerah. Ini berarti dia tengah penuh ambisi dan senang.

Kakinya mulai melangkah cepat ketika ia turun dari bus di Halte Perbatasan. Lelaki itu begitu tak sabar untuk mencapai Lopperston. Ketika ia sudah melihat papan raksasa dengan tulisan ‘KOTA LOPPERSTON’ yang ditulis besar-besar dan penuh dekorasi juga warna, semangatnya makin membara. Jantungnya berdegup begitu kencang tanda ia begitu menggebu-gebu.

Namun, ketika Lee Seokmin sudah masuk satu langkah ke dalam kota itu, ia terkejut bukan main. Di sana, sejauh mata memandang, dirinya hanya menemukan warna abu-abu. Warna itu membuat Lopperston tampak begitu berbeda dengan foto yang ada di selebaran kemarin.

“Astaga, hal sialan apa lagi ini?”

Karena Kota Lopperston kini dipenuhi para manusia abu-abu, manusia setengah hidup atau dapat kita sebut zombie.

Jika kau membayangkan zombie adalah mayat hidup yang sangat menjijikan dengan tubuh setengah hancur dan berdarah-darah, maka itu adalah definisi berbeda dengan zombie di era ini. Jika kau mendapati seseorang berwarna abu-abu, sumpah, itu adalah hal yang sangat mengerikan. Para manusia setengah hidup, itulah sebutan buat para manusia yang berwarna abu-abu. Mereka tidak punya emosi apapun, jiwa mereka seolah separuh menghilang, terombang-ambing antara hidup dan mati. Mereka tetap bergerak, tetap melakukan kesehariannya, percayalah kalau mereka bukan makhluk tanpa otak yang suka meraung-raung seperti makhluk sinting. Punya pikiran dan tetap bergerak, namun semuanya bergerak sangat lambat.

“Sial, sial, sial. Aku merasa telah ditipu.” Seokmin meracau sambil berjalan menembus kerumunan para manusia abu-abu yang berjalan lambat itu.

Laki-laki itu terus menggumam tak jelas dan ia menemukan sebuah gedung apartemen yang cukup bagus setelah berjalan beberapa ratus meter, yang pasti warnanya juga abu-abu. Seokmin sungguh tak peduli pada peristiwa bencana abu-abu ini. Yang ingin ia lakukan adalah beristirahat dan memikirkan semua hal aneh ini bisa terjadi nanti. Jadi, ia masuk ke gedung itu dan mendapati pihak resepsionis yang bergerak sangat sangat lambat. Asal kau tahu, di sini pembayaran cukup memakai identitas Warna Kehidupan saja. Seokmin cuma perlu mengarahkan bandul kalungnya pada sebuah alat pendeteksi maka DING! Ia punya kamar apartemen baru. ‘Negeri Dongeng’, ingat?

Kakinya bergerak membawa lelaki itu ke apartemen barunya. Dia sungguh tak peduli dengan keaadaan abu-abu ini sampai dia merebahkan diri ke kasur besar nan empuk di apartemennya. Ini apartemen mewah memang, namun siapa, sih, yang akan terhibur kalau yang dilihatnya cuma kelabu? Seokmin mengerang dan berguling ke sana kemari karena justru tak dapat tidur dan menganggap kalau kota ini baik-baik saja.

“Apa yang harus kulakukan ….”

Dirinya begitu frustasi karena ini memang sangat tak nyaman. Kepalanya mencoba mencari jawaban atas semua ini. Namun otak dungunya ini bisa apa? Mencoba menjadi pahlawan untuk ukuran lelaki tak berguna sepertinya hanya bisa jadi angan belaka. Bahkan mungkin, tak pantas diangankan. Dia melontarkan sarkasme untuk pikirannya itu. Hahaha, patut sekali ia hujani sumpah serapah karena otaknya begitu berani memikirkan hal itu.

Lopperston adalah kota impiannya, kota yang selalu ingin ia datangi sejak kecil, bahkan entah kenapa dirinya merasa terikat dengan kota ini. Walaupun itu hanya sebagian kecil dari dirinya yang merasa begitu. Melihat keadaan kacau ini, bukannya ia ingin pergi begitu saja dan menyerukan kepada dunia bahwa Kota Lopperston yang diagung-agungkan penduduk bumi ini telah hancur, justru ia ingin menyelesaikan kekacauan ini dalam diam, tak perlu terkoar ke manapun. Sok berani mungkin memang jadi sifat terpendam Lee Seokmin. Yah, patut sekali buat dicaci karena nyatanya dia belum tentu berani jika sudah tahu penyebab semua ini terjadi.

Argh! Masa bodoh! Sumpah serapahku tak akan membuat keadaan jadi baik. Aku sungguh tak akan peduli!”

Pada akhirnya, Seokmin tidur dalam perasaan tak nyaman; terlelap bersama resah dan takut.

Kalau ada satu hal yang Seokmin takutkan ketika ia setengah sadar dari tidurnya, itu adalah instingnya yang mengatakan kalau ada seseorang yang menjadi pusat sumber masalah ini. Dan orang itu tengah berada di dekatnya. Instingnya mengatakan begitu, ia juga tak tahu kebenarannya seperti apa. Namun sedikitnya, ia percaya pada instingnya.

Seokmin terbangun duduk dan langsung termenung memikirkan semuanya. Ia mengeluarkan seluruh kemampuan otaknya untuk berpikir. Sungguh, keinginan hati kecilnya terlalu kuat hingga Seokmin jadi gatal kalau tidak membantu kota ini. Bukan mau sok jadi pahlawan, tentu saja. Wow, laki-laki itu bergumam dalam pikirannya karena tak percaya dengan apa yang ia lakukan sekarang.

Dia melangkah ke jendela besar di dekat kasurnya yang mengarah ke jalanan kota di bawah bangunan apartemen. Matanya mengamati, semuanya masih tampak sama, langit dan kota yang kelabu, entah kenapa ia tahu ada yang salah dengan semua ini. Akan ada sesuatu yang janggal.

“Insting, aku butuh lebih banyak asupan insting akurat,” katanya sambil menggigiti kuku tangannya dengan gemas.

Ia pasti bisa menemukan sumber kemelut ini.

Atau mungkin tidak.

Setelah berjalan keluar apartemen, laki-laki itu akhirnya mendesah frustasi, ia butuh penyegaran terlebih dahulu. Lebih baik memikirkannya setelah merasakan secangkir kopi. Seokmin pergi ke sebuah kafe yang— yah, makanannya abu-abu juga. Seokmin jadi merasa ragu untuk makan.

“Aku pesan satu Americano dan satu cheese cake,” pesannya pada kasir yang menjawabnya dengan begitu lambat. Perlu waktu satu menit untuk menunggu kasir itu mengangguk saja.

Seokmin jengah sehingga ia memilih duduk setelah membayar, ia tak mau menunggu sepuluh menit untuk mendengar kasir itu bicara tentang pesananannya dan bla bla bla. Dia bisa gila kalau harus menghabiskan waktu untuk itu. Dan Seokmin sadar kalau pesanannya bisa sampai satu jam lagi, atau bahkan lebih.

Astaga, ia baru pindah ke kota ini beberapa jam yang lalu tapi yang ia dapatkan justru pusing kepala dan stres. Laki-laki dengan perawakan tinggi itu mendesah kesal sekali lagi dan bersandar ke kursi tempatnya duduk kini, matanya menerawang ke kaca yang memperlihatkan jalanan Kota Lopperston. Semuanya masih sama, abu-abu dan lambat. Keadaan konstan yang membuat Seokmin gemas karena ingin mengembalikan kondisi tempat ini menjadi normal lagi.

Matanya masih mengamati acuh tak acuh terhadap keadaan di luar kafe, yah, Seokmin sedikit putus asa sebenarnya. Semua makhluk itu masih bergerak begitu lambat dengan warna abu pucat. Seokmin mengamati wajah-wajah manusia itu, mereka tak punya ekspresi. Mereka berlalu-lalang dengan sangat lambat, satu langkah bisa menghabiskan waktu sembilan puluh sekon dan kalau Seokmin ada di belakang mereka, Seokmin bakal jadi gila. Mungkin itu juga yang dirasakan gadis itu, gadis yang tengah mengeraskan rahang ketika dirinya berjalan selambat mungkin di belakang seorang pria usia 30-an.

Tunggu dulu, mengeraskan rahang?

Itu sebuah ekspresi! Seokmin tahu itu ekspresi dari kejengkelan dan tak sabar. Ia juga melihat sedikit rona merah di wajah gadis itu. Lelaki itu akhirnya beringsut ke jendela agar lebih mudah mengamati. Dan ya, kejanggalan itu akhirnya dapat Seokmin buktikan ketika ia mengamati lebih lama. Perempuan yang sepertinya punya usia sama dengannya itu bergerak tak selambat penduduk lain. Dia menggerakkan kakinya tiga puluh detik lebih cepat dan jangan lupakan warna kelabu yang menyelubunginya; abu-abu yang lebih pekat dan sedikit diselubungi warna merah yang sangat-sangat tipis.

“Akhirnya aku mendapatkanmu,” gumam Seokmin dengan seringai kemenangan.

Namun, lidahnya jadi kelu ketika ia justru mendapati gadis aneh itu memandang dirinya dengan seulas senyum miring. Dan Seokmin kini tahu, kalau gadis itu adalah sumber dari bencana ini.

Lee Seokmin masih bergeming di balik jendela kafe, membeku dengan pandang yang menyambung dengan netra gadis itu. Pria itu bagai kehilangan pikirannya. Setelah beberapa sekon ia terjebak dalam keadaan itu, akhirnya dia tersadar.

Ia tersadar namun tak menunjukkan kalau ia sadar, karena ia tahu sedikit saja ia merubah ekspresi, maka gadis itu akan segera tahu. Seokmin masih pura-pura tak sadar sementara otaknya berpikir keras. Tak mungkin kalau gadis itu mencuri warna kehidupan hanya dengan tangan kosong. Saat ini, sihir dan lain sebagainya sudah dimusnahkan. Seokmin yakin, kalau semua ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.

Ya! Benar!

Seokmin harus menemukan mesin sialan itu! Sesuatu tentang gadis itu, bagaimanapun kekuatannya, pasti ada kelemahan. Ia yakin itu.

“Aku terkesan dengan kejelian matamu, Tuan.”

Suara itu membuat bulu kuduk Seokmin berdiri. Ia dapat merasakan kalau tatapan tajam gadis itu seperti tengah menghujam punggungnya. Kini Seokmin memulai perang batin dalam dirinya; apakah ia harus tetap berpura-pura lemah atau ia melawan gadis itu dan jadi manusia abu juga. Seokmin menggigit bibir bawahnya dilema. Ia harus tetap memilih saat ini juga.

“Dan sepertinya terlalu mudah untuk pengacau sepertimu tertangkap basah olehku, Nona,” katanya sambil berbalik dengan tangan yang memegang bandulnya.

Seokmin berdiri tegak menghadap perempuan yang, yah, cukup cantik. Dia memberi tatap meremehkan namun tangannya justru menunjukkan ketakutan. Tangan Seokmin begitu erat menggenggam bandulnya, seakan perbuatan itu dapat mencegah warnanya dicuri.

Awalnya tersirat rasa kesal dari gadis berperawakan ramping itu, namun cuma sekilas. Selanjutnya dia menunjukkan seringainya lagi. Seokmin tahu kalau ia mendapat musuh yang tangguh. Sial memang.

Gadis itu melirik bandul yang tengah digenggam Seokmin dan senyum liciknya makin mengembang. “Ravenhills, sepertinya kau orang buangan.”

Berengsek. Mulut wanita itu terlalu menyebalkan. “Ya, aku memang orang buangan. Setidaknya aku bukan Si Pecundang yang suka mencuri Warna Kehidupan orang lain,” balas Seokmin tak lupa membubuhi senyum meremehkan di wajahnya.

Seokmin tahu kalau kini ia mulai membuat gadis itu geram. Namun perempuan muda itu masih tetap memasang wajah tenang di balik warna abu-abunya. Seokmin jadi sukar mengetahui emosinya. Matanya masih tetap mengawasi gadis yang berdiri dua meter di depannya. Ia terus mengamati sampai ke hal paling detil yang bisa ia amati. Kini warna tubuh wanita itu seimbang seperti warna tubuhnya. Kurang ajar sekali karena dari dulu Seokmin ingin bisa punya kemampuan mengganti warna tubuh itu.

“Santai saja, aku tak akan menyakitimu jika kau mau kut bergabung denganku karena kelihatannya kau punya bakat tersembunyi. Namaku Yuju, omong-omong,” ucap gadis berambut cokelat itu sambil melipat tangannya.

Gesturnya yang begitu santai justru membuat Seokmin mengernyit. “Bagaimana kalau aku tak mau?”

Yuju mengembangkan seringai. “Berarti kau harus terima peluru kesenanganku.”

Dalam waktu sepersekian sekon, Yuju mengeluarkan sesuatu dari balik kemejanya. Benda itu berupa senapan besar yang begitu penuh warna. Rupanya itu yang membuat bentuk tubuh bagian belakang Yuju jadi janggal. Dalam selang waktu itu, Seokmin terkesiap namun tak membuatnya jadi bodoh dengan terlarut dalam keterkejutannya. Dia segera berlari keluar dari kafe sebelum Yuju dapat menembaknya. Ada suara barang-barang pecah dari dalam kafe. Dari suara gaduh di belakangnya, ia tahu kalau gadis itu punya sifat temperamen yang parah. Tapi Seokmin sadar kalau Yuju sekarang tengah berlari di belakangnya.

Seokmin terus berlari sampai ia melihat gedung apartemennya. Ia terpikir untuk masuk, namun ia berpikir ulang. Jika saat ini dia tak tertangkap dan Yuju melepaskannya, akan lebih mudah bagi wanita itu jika tahu di mana dia menetap. Seokmin akhirnya terus berlari melewati gedung apartemennya. Ia terus berlari menjauh dan matanya melihat sebuah gedung bulat yang begitu besar. Itu adalah Gedung Pusat Lopperston. Tak mau pikir panjang, lelaki itu mempercepat larinya dan mengerahkan semua tenaganya agar ia bisa sampai dengan cepat ke gedung besar itu.

Seokmin bisa  mendengar teriakan-teriakan Yuju yang begitu melengking dan kesal, ia yakin kalau warna Yuju sangat merah saat ini. Tapi ia sungguh tak peduli sekarang, yang harus ia lakukan adalah pergi sejauh mungkin dari jangkauan Yuju.

Mungkin Yuju tahu kalau kemampuan berlarinya tak akan sebanding dengan kemampuan Seokmin. Karena sekarang, tangan kanan Seokmin mati rasa. Yuju berhenti berlari dan telah menembakkan sebuah peluru penghilang Warna Kehidupan padanya.

Dengan tangan kanan yang berubah jadi berwarna abu, Seokmin terus berlari dan menghilang masuk ke dalam Gedung Pusat Lopperston.

Napasnya masih terengah ketika ia baru menyadari bahwa gedung ini kosong. Sangat kosong. Seokmin memutuskan untuk tak peduli, dia duduk menyandar tembok dalam sebuah ruangan besar yang mirip dengan kantor orang penting. Atau mungkin, ini memang kantor orang penting.

Seokmin merasa tak asing dengan semua ini. Entah kenapa ruangan dan seluruh isi gedung ini seperti sudah terekam dalam otaknya. Padahal, tak seorang pun boleh menyebarkan bagaimana bentuk Gedung Pusat kotanya masing-masing. Insting Seokmin mulai bekerja, sepertinya ia memang terikat dengan kota ini.

Seokmin masuk ke dalam sebuah ruangan yang terhubung dari ruangan kantor tadi. Di sana terdapat banyak foto dengan warnanya yang abu-abu. Ya ampun, bahkan bencana ini juga melanda Gedung Pusat? Yuju benar-benar wanita gila. Tangan kanan Seokmin sekarang juga setengah mati rasa dan berwarna abu-abu sampai ke bahu kanannya. Butuh waktu tiga puluh sekon untuk sekadar menggerakkan jarinya.  Sekali lagi, Yuju memang benar-benar jalang gila.

Rentetan foto yang ia lihat mungkin para pemimpin Lopperston dari masa ke masa. Tapi, ada satu yang membuat Seokmin membelalakkan matanya begitu lebar. Di sana, pada foto pemimpin Lopperston ke-50 terdapat wajahnya! Seokmin mencoba menyadarkan akal sehatnya, namun itu memang kenyataan. Hahahaha, jangan bilang kalau kau percaya reinkarnasi seperti kau percaya adanya kekuatan tak masuk akal yang dimiliki manusia super. Namun sepertinya ini bukan reinkarnasi.

Seokmin melihat ada beberapa deret buku tebal dengan nama-nama di setiap bukunya yang disusun pada rak buku yang begitu besar dan mewah. Rupanya itu merupakan kumpulan arsip dari tiap masa para pemimpin ini. Entah kenapa, tetapi Seokmin merasa dirinya harus mencari tahu apa maksud dari semua ini. Ia yakin, ada satu hal dari pemimpin Lopperston ke-50 itu yang berhubungan dengan dirinya. Ia terlalu yakin kalau ini bukanlah sebuah kebetulan.

Kekecewaan terpaksa harus ditelan lelaki itu karena rupanya, insting yang digadang-gadangnya begitu akurat, tak seakurat yang ia kira. Dalam arsip itu hanya ada kebijakan-kebijakan yang dibuat Ketua Minseok—pemimpin Lopperston ke-50—dan beberapa peristiwa penting yang terjadi. Kebanyakan berupa hal yang menciptakan kebahagiaan buat para penduduknya. Tak heran, sih, kalau Lopperston jadi kota panutan seluruh dunia.

Dengan bahu yang merosot, ia meletakkan arsip itu ke tempatnya kembali dan berjalan menuju ruangan lain dengan lesu. Seokmin tak sadar kalau kini dirinya telah sampai di sebuah ruangan yang pintunya seperti brankas besar. Butuh kode berupa perpaduan angka dan huruf untuk membukanya.

Seokmin terlalu ingin tahu, jadi ia mencoba memasukkan kode-kode yang menurutnya, yah, boleh juga lah untuk dijadikan kode brankas raksasa Lopperston. Alat kode sandinya hanya bisa untuk maksimal lima belas karakter. Oke, kali ini ia melakukan percobaan pertama dengan kode ‘315LO21RFUL’ dan gagal. Ia mencoba lagi memasukkan ‘LO16165RST15N’ sebagai percobaan kedua, namun sayangnya itu gagal juga. Ya ampun, memangnya Lopperston sebodoh itu ya sampai mau memasang kode sandi mudah seperti itu. Tapi Seokmin, entah kenapa, memang merasa bahwa kata-kata yang mudah memang menjadi kata kuncinya. Jadi ia mencoba memasukkan ‘RAI142O23’ lalu suara DING! yang nyaring terdengar dan suara pintu raksasa yang terbuka sendiri dengan perlahan membuat Seokmin—

Tunggu dulu!

Jadi, kode itu berhasil? Maksudnya, dengan kata semudah itu?! Oh, astaga, Lopperston memang kota yang penuh kejutan. Hahaha, pemikiran itu lucu sekali karena ia kini dikejutkan lagi dengan ruangan yang ada dalam brankas itu. Sebuah ruangan raksasa yang dipenuhi rak-rak buku menjulang tinggi dengan banyak dokumen memenuhinya. Wah, kelihatannya ini adalah ruangan ‘TOP SECRET’ milik Lopperston.

Seokmin masuk dan melihat-lihat. Sepertinya semua rak ini adalah dokumen-dokumen penting milik tiap pemipin Lopperston. Beda dengan dokumen yang ia temukan di ruangan sebelumnya, di sini satu pemimpin bisa punya ribuan dokumen. Sayangnya, teknologi mutakhir abad ini membuat semua dokumen itu hanya dapat dibuka oleh sidik jari pemiliknya. Terlepas dari semua itu, Lee Seokmin berlari masuk dan menelusuri rak-rak besar ini untuk mencari pemimpin ke-50 itu. Ia menemukannya dan langsung mencoba mengambil salah satu dokumen dengan tangan kirinya. Rasanya sulit sekali karena ia bukan seorang kidal. Dokumen yang ia ambil begitu besar dan ditutupi map dengan pendeteksi sidik jari. Seokmin ragu kalau ia bisa, tapi tangannya bergerak dan meletakkan jarinya di sana.

Hasilnya luar biasa. Ini gila. Satu pemikiran yang gila mulai hinggap dalam kepalanya. Apakah ia kloning dari Ketua Minseok? Maksudnya, di sini kloning akan mati kalau indungnya mati. Dan Ketua Minseok telah mati sekitar sembilan puluh tahun yang lalu. Apa itu masuk akal kalau dirinya adalah kloningnya? Kepala Seokmin begitu sakit memikirkan ini. Maka ia membuka dokumennya dan terkejut bukan main karena ini adalah arsip pada tahun Ketua Minseok meninggal. Dalam arsip ini, sepertinya Ketua Minseok memang orang yang sangat cerdas.

Dan akhir dari dokumen itu adalah hal yang berhubungan dengan Seokmin. Keberadaannya yang yatim piatu sejak kecil di Ravenhills bukanlah sebuah kebetulan. Karena Lee Seokmin adalah percobaan kloning super Ketua Minseok yang bisa berhasil setelah disimpan berpuluh-puluh tahun.

“Hahaha, setelah bertemu dan dikejar jalang gila, sekarang aku mengetahui fakta luar biasa kalau aku berasal dari percobaan pengembangan satu sel yang disimpan selama tujuh puluh tahun. Astaga, terlalu luar biasa, hahaha.”

Seokmin terduduk lemas dengan perasaan yang begitu campur aduk. Mana tahu kalau jadinya akan separah ini? Ia tertawa miris sekali lagi. Hidupnya terlalu rumit untuk bisa dikatakan sebagai hidup manusia normal. Niatnya hanya ingin merantau untuk mendapat penghidupan layak namun nyatanya dia malah terjebak di sini dengan tangan kanan yang kini jadi cacat dan fakta kalau ia memang sebatang kara di dunia ini.

Ternyata alasan mengapa ia begitu tertarik dengan Lopperston adalah proses penciptaannya yang melibatkan sebuah permata yang menjadi sumber kekuatan Lopperston. Tak tahu bagaimana bisa Ketua Minseok melakukan percobaan segila itu dengan memanfaatkan kekuatan sebesar itu. Makanya ia merasa terhubung dengan Lopperston.

Ah! Tiba-tiba ia menemukan suatu kesimpulan masuk akal dari semua permasalahan ini! Yuju punya suatu mesin berupa senapan besar yang dapat menghilangkan Warna Kehidupan. Seokmin sekilas melihat bentuk mesin itu tadi, ada yang aneh memang. Karena ada suatu bagian yang menggembung dan bersinar warna-warni. Ya, benar, itu pasti permatanya Lopperston!

“Sekarang aku tahu kelemahanmu, Yuju.”

Esoknya, Seokmin, dengan keadaan tangan kanan yang berwarna abu-abu, berjalan dengan berani keluar Gedung Pusat Lopperston. Ia tahu kalau Yuju memang ada di luar gedung ini, mengawasinya. Kemarin ia memang memutuskan untuk bermalam di gedung besar itu. Mungkin, ia memang punya insting untuk datang kemari dan akhirnya bisa tahu siapa dirinya. Lalu, sekarang Seokmin juga tahu kenapa Yuju tak bisa masuk ke gedung itu walau ia punya permata Lopperston di tangannya.

Tepat sesuai dugaan Seokmin, Yuju sudah menantinya beberapa meter di luar pagar Gedung Pusat Lopperston. Dia tersenyum dengan begitu angkuh dan tubuhnya juga begitu warna-warni, seakan ingin sombong padanya kalau wanita itu memiliki semua Warna Kehidupan pada dirinya. Hahaha, rasanya Seokmin ingin muntah saja melihat Yuju.

Sambil berjalan menghampiri Yuju, Seokmin memasukkan bandul kalungnya ke balik baju. Itu hanya bentuk proteksi terhadap pusat kekuatan Warna Kehidupan miliknya. Kini Seokmin berdiri dengan kepala tegak menantang. Yuju sendiri tengah mengembangkan senyum jahatnya dan berjarak hanya beberapa meter dari Seokmin.

“Kelihatannya kau telah menemukan sesuatu di dalam sana. Wajahmu terlalu riang untuk ukuran orang lemah dengan tangan kanan tak berfungsi yang kini mau melawanku,” ucap wanita itu. Cih, Seokmin meludah dibuatnya.

“Jangan anggap kalau kau sempurna, jalang. Yang dapat kau lakukan hanyalah mencuri dan mengakui segalanya adalah milikmu. Sungguh jalang gila yang kurang ajar.”

Kata-kata itu begitu kasar untuk diucapkan kepada seorang wanita, Seokmin tahu itu. Tapi ada sesuatu yang membuatnya melontarkan umpatan yang biasa ia gumamkan sendiri itu pada Yuju. Yah, mau bagaimanapun bentuknya, Yuju itu wanita.

“Tipikal orang buangan, mulutmu seperti tong sampah; penampungan kata-kata busuk.” Seokmin tahu kalau Yuju tengah membuat tameng agar tak terlihat jelas amarahnya.

Namun laki-laki itu bersikeras untuk membuat Yuju marah. “Jelas aku memang orang buangan Ravenhills dan sepertinya kau juga orang buangan Lopperston karena kau punya sikap yang um-hm,” balasnya sambil menggeleng dengan pandangan menilai wanita itu. Warna merah tipis mulai menyelubungi Yuju. Namun masih tipis, sangat-sangat tipis.

“Masa bodoh kau mau mengataiku apa, yang jelas kita langsung ke intinya saja. Aku memberi kesempatan padamu sekali lagi untuk bergabung. Kuberitahu, hanya aku yang berkuasa di sini, yang punya kekuatan untuk membuatmu jadi hitam sekarang juga. Jadi, apa keputusanmu?”

Senyum Seokmin terkembang begitu lebar, ia membalas, “Tidak, terima kasih. Lebih seru untuk melihat wanita warna-warni mengejarku seperti orang sinting. Ups, bukan ‘seperti’, tapi memang orang sinting.”

“Aku tak tahu apa yang ada dalam kepala dungumu itu, yang jelas itu membawamu ke dalam nasib buruk, Lee Seokmin.”

Senyum Seokmin berubah jadi tawa. “Hahaha, ya, aku itu sudah dungu, sial juga nasibnya. Ckckck, malang sekali si Lee Seokmin ini.”

Lelah dengan semua permainan saling mengolok ini, Yuju mulai bergerak mencoba meraih mesin berupa senapan miliknya yang ia kalungkan di belakang tubuhnya. Seokmin jelas sadar pergerakan itu karena dirinya juga telah menghitung jaraknya dengan Gedung Pusat Lopperston, jadi ia masih aman.

Lelaki itu masih tersenyum ketika Yuju mulai mengarahkan ujung senapannya tepat ke kepala Seokmin. Luar biasanya, Seokmin masih terdiam dengan senyuman lebar yang begitu jenaka. Hal ini makin membuat Yuju dongkol, jadi ia menembak Seokmin. Tembakan itu meleset karena Seokmin kini berlari menjauh.

Seokmin berlari menyusuri kota yang dipenuhi manusia abu-abu. Ia melihat Yuju yang mencolok tubuhnya tengah menggeram marah dan sedang berlari untuk menangkapnya. Ada satu rencana di kepala Seokmin. Ia tahu kalau saat ini ia melawan Yuju, dia tak akan bisa menang. Perempuan itu punya kekuatan terbesar Lopperston dan benar apa yang dikatakan Yuju, kalau ia benar-benar melakukan hal itu, ia benar-benar mengucapkan ‘Selamat datang!’ pada nasib buruk. Jadi, sekarang ia tahu bagaimana membuat Yuju menjadi lemah perlahan. Ingat saat mereka berkejaran dari kafe? Kira-kira seberapa jauh Yuju bisa mengejar Seokmin? Mungkin kalau kau menyadari hal ini, kau akan tahu kalau Yuju punya kelemahan yang cukup terlihat; dia lemah dalam berlari.

Seokmin sudah merencanakan hal ini sejak semalam, maka dari itu, dia mengisi perut dengan makanan yang ada di Gedung Pusat Lopperston sebelumnya. Yah, meski makanan itu abu-abu. Tapi kalau ia memakannya cukup banyak, masih bisa memenuhi energinya yang berlari terus kemarin. Oke, jadi saat ini Yuju masih mengejarnya di belakang, cukup jauh dari Seokmin. Lelaki itu menambah kecepatannya berlari, mengabaikan kalau di sana begitu penuh oleh para penduduk. Mereka masih berkejaran dengan Yuju yang sesekali menembakkan peluru, namun selalu meleset karena Seokmin cukup gesit untuk itu, dan sayangnya Seokmin harus rela melihat penduduk Lopperston yang terkena peluru meleset itu jadi hitam dan seketika diam membeku. Itu pemandangan paling mengerikan yang ia lihat.

Mungkin Yuju tak sadar kalau kini mereka kembali berada di depan Gedung Lopperston. Seokmin tahu kalau Yuju mulai melemah sehingga yang ia bisa lakukan hanya menembak. Namun langkah lelaki itu yang begitu akurat geraknya, masuk ke dalam lingkup daerah Gedung Pusat Lopperston, membuat sebuah peluru penghilang warna itu berbalik arah kepada Yuju. Sialan, kalau Yuju tak menghindar, itu akan jadi senjata makan tuan.

“Sialan! Kurang ajar sekali kau!!” Yuju menggeram marah.

“Hahaha, sudah kubilang jangan anggap dirimu sempurna, jalang. Aku sudah tahu kelemahanmu dan apa yang membuatmu kuat. Aku akan segera menghancurkanmu!” Seokmin berujar dengan mata yang begitu berapi-api menahan amarah.

Di sisi lain, emosi Yuju makin membara. Benar, apa yang Seokmin elu-elukan adalah kenyataan bahwa Yuju tak bisa memasuki area Gedung Pusat Lopperston karena terdapat pelindung hologram yang membuat siapapun yang bukan bagian dari Gedung Pusat Lopperston akan terpental jauh atau kalau masih memaksa masuk, maka pelindung ini akan mengalirkan sengatan listrik yang dalam sekejap akan membuat orang pingsan selama berhari-hari. Awalnya, pelindung ini memang tidak diaktifkan karena ada permata Lopperston yang melindungi Gedung Pusat Lopperston. Namun jika permata Lopperston tidak lagi berada di bawah naungan Gedung Pusat Lopperston, maka pelindung ini akan aktif dengan sendirinya. Hal ini tentu saja bertujuan untuk melindungi Gedung Pusat Lopperston yang punya sejuta data penting Lopperston.

Yuju hanya tinggal satu meter saja dari pelindung dan Seokmin sudah ada di dalamnya. Awalnya Yuju heran melihat Seokmin bisa melarikan diri darinya dan masuk begitu saja ke dalam Gedung Pusat Lopperston tanpa hambatan. Dan selanjutnya ia baru ingat kalau ada pemimpin Lopperston yang wajahnya benar-benar mirip dengan Lee Seokmin, itu berarti kemungkinan besar Seokmin merupakan bagian penting dari Lopperston. Fakta yang satu itu benar-benar membuatnya kesal.

“Bajingan! Keluar kau sekarang juga! Jangan bersembunyi di balik pelindung sialan ini, berengsek!”

Mendengar itu, Seokmin menurutinya. Sekarang ia tak akan menunjukkan senyumnya. Sudah cukup main-mainnya. Kini ia berada begitu dekat dengan Yuju. Mereka berdua saling melempar pandang kebencian.

“Sebelum aku menyeretmu menuju neraka, kau harus katakan padaku kenapa kau sampai membuat bencana ini di Lopperston?” Seokmin bertanya dengan memandang nyalang kepada Yuju.

“Mereka membuangku, padahal aku sudah berkontribusi banyak di sini. Mereka membuangku karena aku mengajukan sebuah gagasan gila untuk menyita sebagian Warna Kehidupan penduduk Lopperston agar terjadi kesetaraan di bumi ini. Tapi sialnya para petinggi itu seakan tuli dan mengusirku,” kata wanita itu dengan nada marah yang kesannya sedih.

“Dan sayangnya, sekarang kau terlalu terbuai obsesi, Nona.”

Yuju lengah. Ia tak sadar kalau dirinya kini ditarik begitu kencang oleh Seokmin melewati pelindung. Yuju terjebak di dalam sengatan listrik pelindung itu. Tubuhnya bergetar dan teriakan-teriakan memilukan terdengar. Matanya sudah tinggal kelihatan bagian putihnya saja.

Seokmin jadi sungguh tak tega. Akhirnya ia mengambil senjata Yuju yang berada di punggung wanita itu dan mengambil permata Lopperston dari sana. Kini permata Lopperston sudah berada di tangan Seokmin yang berada di area Gedung Pusat Lopperston. Ia mendengar suara mesin yang perlahan mati dari dalam gedung dan itu adalah mesin untuk pengaktifan pelindung. Pelindung itu kini tidak aktif lagi.

Yuju langsung jatuh tak sadarkan diri dengan keadaan mengenaskan karena warna tubuhnya jadi tak karuan. Pandangan Seokmin teralih melihat kota yang masih kelabu dan lambat. Dengan segera ia berlari ke dalam gedung dan menempatkan permata itu di tempatnya. Seokmin terkejut bukan main ketika tangan kanannya dengan perlahan mulai berwarna dan dapat berfungsi kembali. Dia berlari lagi keluar dengan cepat, melihat semuanya tiba-tiba menjadi penuh warna.

Lopperston kini jadi normal lagi!

Senyum Seokmin merekah dengan sendirinya melihat para penduduk kini seperti mendapatkan napasnya kembali. Mereka tampak bahagia karena bisa keluar dari bencana kelabu itu. Semuanya kini jadi kembali seperti semula. Kota Lopperston yang semula kelabu dan lambat, sekarang patut mendapat kembali julukannya sebagai ‘Negeri Dongeng’.

Dalam hati kecilnya, Seokmin merasa kasihan melihat Yuju yang masih terkulai tak sadarkan diri di tanah. Ia menghampiri Yuju dan rasa kemanusiaannya muncul. Walau ia begitu ingin menghancurkan Yuju, tapi keinginan itu rasanya sudah cukup dengan membalasnya seperti ini. Rasa-rasanya tak perlu sampai Yuju mati dan benar-benar hancur. Tidak, entah kenapa dia tak setega itu.

Seokmin mengangkat tubuh Yuju dalam gendongannya. Setelah ia berdiri, ia baru menyadari kalau atensi seluruh penduduk kota tertuju padanya. Seokmin tersenyum pada mereka, merasa bangga karena telah menyelamatkan satu kota ini dari bencana.

“Selamat, kalian telah kembali mendapatkan Warna Kehidupan kalian.”

Mereka mulai meneriakkan teriakan-teriakan gembira dan memuji Seokmin. Rasanya Seokmin sudah seperti seorang manusia super saja. Namun seorang pria berpakaian begitu formal dengan warna tubuhnya yang hijau muda tiba-tiba menghampirinya. Hm, rasa-rasanya wajah pria ini begitu tak asing. Seokmin merasa pernah melihat wajahnya di suatu tempat.

“Apakah ini Choi Yuna?”

Pria itu menunjuk gadis yang kini berada di gendongan Seokmin. “Choi Yuna?” Seokmin mengernyit sebelum melanjutkan, “Ya, mungkin. Aku hanya tahu kalau dia adalah orang yang diusir dari sini sebelum bencana kelabu terjadi.”

Semuanya terjadi begitu cepat ketika pria hijau itu seperti memberikan isyarat dengan tangan entah pada siapa namun tiba-tiba sekelompok orang yang Seokmin kira adalah petugas datang dan meminta Yuju untuk diserahkan kepada mereka. Baiklah, sepertinya Yuju memang harus ditangani oleh petugas-petugas ini.

Pria hijau itu kembali memandang Seokmin setelah Yuju dibawa pergi. Ia menunjukkan senyum yang begitu hangat. “Terima kasih telah menyelamatkan kami. Kau adalah pahlawan bagi kami.”

Seokmin malu-malu. “Ah, aku hanya ingin membantu.”

“Aku benar-benar berterima kasih padamu. Sungguh, aku sangat berterima kasih padamu—

—Ketua Minseok.”

Jadi pada akhirnya, Seokmin dikira sebagai Ketua Minseok yang sudah meninggal sembilan puluh tahun yang lalu. Konyol memang tapi, yah, terserah mereka lah. Gila kalau dirinya berterus terang tentang ‘percobaan kloning super’  karena itu sama halnya dengan ia mengakui kalau ia jelmaan siluman di abad modern ini.

Dari penelusurannya di Gedung Pusat Lopperston beberapa hari yang lalu, dia menemukan kalau Ketua Minseok melakukan percobaan kloning super secara rahasia. Bahkan keluarganya pun tak tahu. Jadi bisa dikatakan kalau Seokmin adalah percobaan kloning super pertama di dunia yang berhasil. Dan fakta kalau dirinya merupakan percobaan yang dilakukan di Westfield dan tak pernah tertulis di sana kalau ia pernah dipindahkan, membuat dirinya punya prasangka buruk terhadap masalah ini. Dia yakin kalau seseorang tak bertanggung jawab telah mencurinya dari Westfield. Dan perlu kalian ketahui, ternyata Ketua Minseok pernah punya catatan buruk di Ravenhills yang membuat masyarakatnya begitu marah namun masalah yang dibuat Ketua Minseok di sana tak bermasalah bagi Lopperston sehingga ia masih bisa menjadi pemimpin Kota Lopperston. Jadi tak salah, kan, kalau Seokmin punya pemikiran seseorang dari Ravenhills telah mencuri hasil percobaan kloning super ini. Ah, jadi inilah alasan di balik perlakuan kasar penduduk Ravenhills padanya selama ini.

Kini, Yuju atau Choi Yuna telah dijatuhi hukuman. Ia dihukum dengan dijadikan manusia abu-abu  dan dipenjara seumur hidup. Seokmin sempat menjenguknya di Penjara Qrewfix penjara paling menakutkan di dunia, dan keadaan gadis itu begitu mengenaskan. Warna tubuhnya kelabu dan ekspresinya kosong. Tak ada pergerakan berarti darinya, mungkin sudah merasa tak berguna kalau hidup.Yah, mungkin itu memang keadilan yang pantas untuknya yang telah mengacau.

Seokmin kini berada di dalam Gedung Pusat Lopperston. Ia mendapat sebuah ruangan besar sebagai kantornya. Lelaki itu tengah menatap senjata penghilang Warna Kehidupan milik Yuju di meja kerjanya. Sebuah gagasan luar biasa tiba-tiba menghampiri otaknya. Yah, sebenarnya ini cukup jahat, tapi dirinya juga memang bukan malaikat. Wajar kalau sesekali dia mau menjelma jadi iblis. Dan sekarang yang Seokmin pikirkan adalah :

 

Bagaimana kalau ia jadi ‘Yuju’ di Ravenhills? Rasanya pasti akan asyik menghancurkan kota itu!

Tamat.

Note :

Jangan bunuh aku gara-gara bikin cerita superaneh dan superpanjang ini. Selamat buat kalian yang berhasil baca sampai akhir dan ga bosen liat cerita yang didominasi deskripsi ini. Akhirnya juga apa banget yaaa. Hhhh, yah, pokoknya terima kasih buat yang udah baca! ❤

Xx, laxies.

 

25 tanggapan untuk “[Movie Festival 4] Farge På Livet by laxies”

  1. haloo! satu hal yg masih jadi pertanyaan: apa arti dari judul fic ini? penasaran 😦
    kedua, ini penuh warna banget! rasanya cocok jadi cerita pamungkas movie festival. manusia manusia yg punya warna kehidupan. eh kloning juga punya warna sih. mungkin hewan sama tumbuhan juga punya warna kehidupan?
    suka sama imajinasinya. ending-nya juga bikin geregetan. gimana nasib dunia itu nanti :”
    overall, great! semangat nulisnya!

    Suka

    1. Hai! Arti judul ya eheheheh artinya cuma kata-kata sederhana kok, aku terjemahin ke bahasa Norwegia aja ehe 😀
      Wah makasiiii, yah hasil dari kebingungan milih warna jadi aja ngambil warna-warni huhu. iyaa, semua yang di bumi punya warna hehe. makasih udah mampir ke sini ya dan udah sanggup baca 5k+ words ini huhu :” makasih juga semangatnya! 🙂 ❤

      Suka

    1. halo kak liana, salam kenal, Nilam 00l 🙂 hehe iya nih kak aku lagi jenuh sama romance jadi aja gapake bumbu romance gitu ehe. dk-yuju enak dipake buat genre apa aja bagi aku wkwkwk. wah makasih hehe, itu ending sebenernya apa banget wkwk :’) makasih ya kak udah berkunjung ehehe, semangat juga buat kak liana! 😀 ❤

      Suka

  2. Dokyeom, ini ibumu nak, kamu tidak sendirian /plak/ dibuang/
    oke kembali ke cerita 😀
    Aku suka sekali iniiiiii duh bagaimana yha, kirain ada romancenya gitu dan ternyata waduh ceritanya super sekali :D. Penggambaran tokohnya oke, ,alurnya pas, plotnya ga bikin bosen, aksi heroiknya pun dikemas apik. ada sedikit typo tapi no problemo, semuanya tertutup dari fic yang super kece ini 😀
    Sukses Laxies, aku terkesan dengan fic ini. Akhirnya Seokmin jadi jelmaan power rangers seperti yang diidamkannya /heh heh apa ini/ XD

    Suka

    1. kak nisaa, ini nilam kak, ingat tida :”D
      hahaha dokyeom dicariin emaknya nih, padahal lagi diketekin yuju/ggg.
      seokmin mah romancenya sama aku aja lah kak ((ditampar)). wah makasiiihh, aku pikir cerita aku ga begitu huhu terhura deh :”) iyanih kak typonya bertebaran, aku ngebetanya ga bener ;_; hahaha padahal tadinya seokmin mau dijadiin jelmaan Naruto/ggggg. xD
      sekali lagi makasih banyak kak nisa! 🙂 ❤

      Suka

  3. Halo kak laxies! Tob disini dan salam kenal!^^

    Ketika tahu pemerannya dk yuju udah mikir aja kalau ini bakalan romance (dan saya termasuk salah satu shippernya: “””())
    Oke, kembali ke cerita. Ini crack dan seru banget! Meskipun banyak deskripsinya tapi justru itu seru karena kita bener2 dijelasin keadaan lapangan dan keadaan seokmin sendiri. Cerita ini pun bikin penasaran terus karena “yuju kenapa sih?” Atau “lah kok dk bisa gampang masuk ke gd. Pusat dan yuju enggak?”dan masih banyak lagi.

    Pas akhirnya antara sedih yuju yg dipenjara (kiran bakal ada romance gitu HEHE) dan dk yg tiba2 jd ‘iblis’ (itu gak kepikiran banget) wkwk.

    Pokoknya sukses ya, kak! Dan nice ff!^^

    Suka

    1. Halo, Tob! aku nilam 00l, salam kenal juga yaa 😀
      duh duh dk-yuju ship-able sekali emang, aku juga shippernya mereka :” romancenya aku simpen dulu wkwk
      wah makasih yaa, aku pikir kalau terlalu banyak narasi takutnya bikin bosen gitu :” wahahaha endingnya ya, waktu aku bikin ending, sebenernya ada pilihan buat ending yang mengandung romance tapi karena aku lagi jengah sama romance jadi aja gaje gitu huhu :’)) pokoknya makasih banyak udah mampir yaaa! sukses juga buat kamu! 🙂 ❤

      Suka

  4. nilaaam! sumpah ya ini keren banget, di samping castnya dk-yuju, ceritanya asik banget gila tiap scene nagih wkwkwk aku suka cara kamu gambarin kondisi dunia (?), warna-warna kehidupan- alurnya ngalir gitu seru :3 hehehe keep writing ya bundaku 💙💙

    Suka

    1. ketliiiiiiinnn!! hahaha oemji aku lupa tadinya mau kasih tau kamu kalau aku nulis dk-yuju wkwk. yha ketlin ini sebenernya terinspirasi dari konsep tugas power point yang aku buat waktu kelas sepuluh dan jadi aja cerita ini wkwk /curhat. wah makasiiih, aku pikir ceritanya bakal ngebosenin huhu :”) makasih yaa udah mampir lyn, keep writing juga buat kamu! 🙂 ❤

      Suka

  5. kupikir ini bakal romance karena ada yuju-DK. ceritanya seru, apalagi fakta kalau DK itu kloning. endingnya nunjukin jika gak semua orang itu baik (oke, aku ngawur). walau aku masih bingung berapa umur DK, karena dia udah disimpan 90tahun lamanya.
    semuanya keren banget!! good job kak!!

    Suka

    1. hai! romancenya buat aku sama mingyu aja/ggg. wahaha makasih :” endingnya nunjukin kalau ga semua orang yang ngelakuin hal baik itu hatinya juga pure baik/? umur DK sebenernya disebutin kok; 20 tahun. jadi dia itu percobaan kloning yang baru berhasil setelah disimpan selama bertahun-tahun, aku sebutin kok ini di cerita : )))
      makasih yaa udah mampir! 🙂 ❤

      Suka

  6. hi there!!

    woaaaahhh baru liat posternya aja udah kerasa berbagai macam warna. Di dalam ceritanya juga, di mana orang-orang punya warna kehidupan. Asik lah. And there’s no romance! wow! kisah pahalawan yang akhirnya ngetwist mau jadi jahat kaya Yuju juga. bayangin penjara yang bikin manusia abu-abu seems kaya Azkaban yang bisa bikin penyihir kehilangan emosi. Lol.
    endingnya mengejutkan banget. Wow!

    see ya~

    Suka

    1. hi, thia! (sorry for late reply anw)
      komen kamu bikin aku terharu :”) iya, aku emang suka yang ngetwist gitu emang haha. walah mirip sama Azkaban but sayangnya aku bener-bener ga ada inspirasi dari sana heuheu, penjaranya emang full imajinasi q jha wkwk :”))
      komentar kamu juga wow banget! makasih yaa udah mampir! 🙂 ❤

      Suka

  7. Kereen yuhuu. Readers baru /uhuk/. Kirain awalnya romance, cos DK-Yuju itu… Ehem. Ini FF kyak berasa ada dystopianya gitu, ya ngg sih? Kota warna-warni kok jatuhnya jadi disneyland di otak aku >< Lalu berubah jadi resident evil pas abu-abu '-'

    Kece alurnya, gregett. Apa yg terjadi pd kota Ravenhills selanjutnya?

    ditunggu, spoiler~~

    Suka

    1. Hai! wah reader baru, selamat menjelajah di ifk yaa, yang betah jadi reader di sini okay hehe 😀
      wahaha ekspetasinya pada ke romance ya, da aku mah apa lagi kehilangan sense romansa :”)) dystopia? hmm bisa jadi sih, tapi ga terlalu menjurus ke sana juga menurut aku ehe. Yang terjadi sama kota ravenhills bisa dibayangkan sendiri yaa, karena cerita ini ga ada lanjutannya hehehe:)
      komentar kamu juga kece! makasih yaa udah mampir! 🙂 ❤

      Suka

  8. Hi, mba laxies!

    Judulnya unik ya, jadi pengen baca deh.
    Nama kota nya juga aneh ada Qanberg, Typhtowd, Swornhils, Philoland, Dunshill, Rosey Phils, dan Northerwood, apalagi nama penjaranya. Lol. Haha. Kepikiran darimana sih nama aneh itu.

    Tapi kalo isi ceritanya menurut aku sih bagus dan menarik. Gak ketebak gt alurnya. Endingnya juga suka banget, kayak bakal ada sequelnya gt. Atau kalo engga, lanjutin bikin novel aja. Hehe’-‘

    Wow, kamu juga keren banget ngegambarin latar, walaupun banyak deskripsi tapi pembaca jadi lebih jelas sama dunia penuh warna itu.

    Udah deh ya, kepanjangan.
    Keep writing, laxies!

    Disukai oleh 1 orang

    1. Hai juga mba Aihtree55 yang unamenya familiar, kaya ada yang dibalik-balik gituu :3
      judulnya diambil dari bahasa Norwegia haha, trik aku aja sih kalau ngerasa judul yang aku ambil pake bahasa inggris/indonesia terlalu biasa/membosankan. fyi, judulnya kalau diartikan emang sederhana banget. nama kotanya aneh-aneh bcs yang bikin juga aneh yha hahaha. wah makasii, aku pikir alurnya mainstream ehe, wah sequel aja ga kepikiran apa lagi novel ehehehehehe. wow, komentar kamu juga keren kok! wkwk :3
      makasih yaa semangatnya dan udah baca cerita ini! 🙂

      Suka

  9. Haloo!
    Salam kenal, kak!
    Aku suka sama ceritanya! Serius, ini kereennn! Aku bener-bener menikmati. Apalagi pas si Yuju sama DK kejar-kejaran. Ceritanya juga bikin penasaran jadi bikin aku pingin baca terus sampai akhir.
    Aku juga suka gaya bahasanya!
    Nice, Kak! Keep Writing!^^

    Suka

    1. Haloo! salam kenal juga yaa!
      wah makasih udah suka :”)) pas adegan kejar-kejaran itu malah jadi kelemahanku huhu, soalnya aku kurang bisa menggambarkan scene action 😦 wah makasih sekali lagi yaa, udah baca dan kasih komentar yang bikin terharu! 🙂 ❤

      Suka

  10. halo, Nilam! INI. KEREN. BANGET ❤ ❤ ❤ aku tuh anaknya gak pernah betah baca yang di atas 3k. Baca 3k words aja aku udah males. Tapi ini …. Nilam sukses besar! 😉

    Aku seneng di sini gak ada romensnya, sesuai sama pikiranku (padahal aku shipper mereka). Terus aku paling suka sama idemu! Ampun, Nilam! Kamu udah gede banget, ya??? X) Tulisan kamu udah berkembang bangett ❤ Walaupun panjang tapi pembaca dibuat betah dan menyimak. Eterus aku juga suka password-nya : Rainbow 😀 Pokoknya dari atas sampe bawah aku sukaakkkk ❤ Betul kata komen di atas, fic kamu cocok banget jadi fic pamungkas Movie Festival kali ini! Posternya juga cocok banget nih sama idenya! ME. LOVE. THIS ❤ ❤

    So proud of you,
    Dhilu

    Suka

    1. halo, kak dhil!! ya ampun terharu banget baca komen kakak :”)))
      huhu makasih banyak kak dhil, aku udah mikir kalau orang bakal bosen baca fic ini bcs kepanjangan :’))) ((pesimis bgt emang))
      Yep, aku juga shipper mereka tapi ya aku bosen aja kali ya yuju-dk pake romens wkwk. Ide ini sebenernya … x) aku memang sudah besar kak dhil :”)) HAHA passwordnya ya ampun, itu asal dan random banget sebenernya kaakk :”D Asli ini terharu banget liat komen mbadhil, kubahagya :”)))
      Pokoknya makasih banyak yaa kak udah baca dan kasih komen ini! 😀 ❤
      ((dan maafkeun aku yang telat banget bales komennya ;_;v))

      Disukai oleh 1 orang

  11. Nilam Halo!
    Waah ampuni aku yang baru bisa berkunjung sekarang XD Dan AU kamu ini bener-bener, ini bikinnya sambil koprol atau gimana duhh keren sekalee ❤ Aku sempet gulung2 waktu itu ada Mark sama Wendy HAHA sempet khawatir soalnya takut ga bisa disempilin di fiksimu dana malah ngerusak XD
    Balik ke cerita, aku berharap meski pun setelah dokyeom udah gitu sama yuju entar endingnya mereka baikan, deket, trus jadian HAHA jiwa shipper-nya kumat. Tapi tetep ya sampe akhir jadi antagonis XD Okelah, nggak kerasa kalo ini 5K abis udah hanyut banget bacanya.
    Keep writing yahh~

    Suka

    1. Halo kak pat!
      ampuni aku juga yang belum bertandang ke fiksinya kakak, habis uts huhu ;__;v wahaha, sambil kayang kak ini bikinnya/ggg. YA AMPUN KAK AKU MAU MINTA AMPUN DULU SOAL ITU HUHU
      asli kak, waktu itu aku ngerjain pas udah mepet deadline dan taunya aku lupa kalau harus ada tokoh dari fiksi sebelumnya jadinya aku cuma pake deskripsi yang dikasih kak fikha dan cuma dalam 2 kalimat aja huhu myane kak :”(( maaf bangettt kak huhu
      hahaha ending yang bau-bau romens gitu juga tadinya sempet terpikir sama aku tapi yha jadinya aku pilih ending absurd begini :”) huhu makasih kak aku pikir ini bakal membosankan :”)
      Pokoknya makasih banyak yaa kak udah baca dan komen! 🙂 ❤
      ((dan maafkeun aku yang telat banget bales komennya ;_;v))

      Disukai oleh 1 orang

Leave Your Review Here!