[Vignette] From Slipper with Love

from slipper with love

Title: From Slipper with Love

Scriptwriter: @arintyawidd

Main Cast: Park Jiyeon (T-Ara) and Hwang Juwon (ulzzang)

Supporti Cast: Jiyeon’s Oppa

Genre: Pure romance and lil bit comedy

Duration: Vignette

Rating: PG-15

Summary:

Kalian tau sandal jepit? Ya, sandal yang hampir digunakan oleh semua orang didunia ini mempertemukanku dengan seseorang. Seseorang yang sempat kubuat lebam keningnya gara-gara benda ini kulemparkan padanya. Mungkin aku akan menyimpan sandal jepit ini selamanya karena benda ini menjadi awal kisah kami.

***

            “Meja sepuluh! Sandwich tuna dan avocado squash!”aku berteriak sembari mengantar pesanan pada meja sepuluh. Sedikit berlari karena aku tak mau pelanggan pingsan kelaparan akibat terlalu lama menunggu pesanan makan siang.

Dengan senyum andalan, aku menyajikan pesanan pada meja nomor sepuluh. Sepasang anak smp yang tampak berbinar begitu melihat pesanannya sudah ada diatas meja.

Sandwich tuna dan avocado squash. Ada tambahan lain?”tanyaku riang.

“Boleh minta saus tomatnya lagi, nuna?”ucap namja yang mungkin baru beranjak dewasa itu.

“Ini. Selamat menikmati!”ucapku riang.

Suasana kedai saat jam makan siang seperti kapal pecah dengan seluruh awak kapal yang tumpah ruah digeladak. Banyak pelanggan yang antri untuk take home service dan tak kalah banyak pula pelanggan yang memilih untuk menghabiskan waktu makan siangnya disini.

“Jiyeon-ya! Cepat hapus tulisan Sandwich tuna pada list dipintu depan! Stok ikan tuna segar kita telah habis!”Appa dengan suara khasnya, menyuruhku untuk melakukan sesuatu yang paling kubenci. Yap, menerobos diantara kerumunan pelanggan yang antri dan menghapus menu utama, Sandwich tuna. Alhasil, aku harus berulang kali minta maaf karena kedai kami selalu kehabisan stok ikan tuna segar.

***

            “Mianhaeyo, stok tuna kami telah habis. Silahkan kembali lagi untuk menikmati makan siang dengan Sandwich tuna esok hari. Jeongmal mianhaeyo,”aku berkali-kali membungkuk dengan sopan. Tak lupa aku mengembangkan senyum pada pelanggan yang masih sering kali menggerutu.

Dengan sedikit menyeka keringat di dahi, aku berusaha menerobos kerumunan pelanggan lagi. Aku harus sigap membaca celah yang ada agar aku bisa sampai didapur dengan cepat dan mengantarkan pesanan ke pelanggan.

Namun tiba-tiba Jinho Oppa berteriak dan hendak mengejar seseorang.

“Hya! Kembali kau! Kau harus bayar makananmu dulu sebelum kau meninggalkan tempat ini. Hya, Jiyeon-yah hentikan orang itu! Ppaliwa!”teriak Oppa.

Seketika suasana kedai yang sudah ramai, kini semakin ramai. Para pelanggan berkasak-kusuk mencari siapa orang yang makan tanpa bayar tersebut.

Oppa? Eodiya? Yang mana orangnya?”aku bersiap dengan senjata andalanku. Sendal jepit. Dengan sedikit membungkuk aku mengambil sandal jepit sebelah kanan dan bersiap untuk melemparkannya.

“Itu itu! Pria baju kotak-kotak didekat pintu! Ppali!”teriakan Oppa semakin membuat darahku berdesir kencang.

Aku mengambil ancang-ancang.

Hana…

            Dul…

            Tset…

Aku melemparkan sandal jepitku dengan sekuat tenaga.

“Hya! Apa yang kau lakukan? Kau salah orang, bukan dia yang kumaksud!”

Omo!!”

***

            “Jeongmal mianhaeyo. Aku benar-benar kalut tadi, aku jadi tidak bisa melihat sasaran dengan benar,”ucapku lirih sambil meremas celemek yang masih kupakai sempurna ini.

Gwen-gwenchana…”ucap namja itu lirih.

Sejak siuman tadi ia terus saja meraba keningnya yang lebam akibat terkena lemparan sandal jepitku tadi.

Sunbaenim, gwenchana?”

Tunggu dulu, sunbaenim?

Sunbaenim?”aku menunjukkan keherananku pada Jinho Oppa.

“Dia sunbae-ku diklub fotografi. Dia kuajak kesini untuk merasakan Sandwich tuna kedai kita, tapi kau malah membuatnya pingsan. Aigoo…”kata Jinho Oppa.

“Aissh, jeongmal mianhaeyo ehm—“aku berhenti berkata karena tidak tahu namanya. Kulirik Jinho Oppa agar memberikan isyarat siapa nama namja itu.

“Hwang Juwon…Hwang Juwon…”Jinho Oppa hanya melafalkannya tanpa suara.

“Aaa, jeongmal mianhaeyo Hwang Juwon-ssi. Aku benar-benar tidak sengaja,”lagi dan lagi aku membungkuk tanda penyesalan.

Gwenchana. Aku hanya sedikit pening,”lalu namja ini tersenyum.

Tuhan, dia tampan sekali.

Omo!!”aku dan Oppa kaget saat melihat namja itu roboh saat ia berusaha untuk berdiri.

Kontan aku langsung memegang lengan kirinya, menjaga agar namja ini tidak sepenuhnya meyentuh lantai.

“Hya, kau antarkan sunbaenim pulang. Urusan di kedai biar aku yang tangani,”ucap Jinho Oppa.

Oppa, bukankah aku sudah meminta maaf? Lagi pula aku tidak bisa meninggalkan kedai saat jam makan siang seperti ini,”rengekku pada Oppa.

“Jinho-ya gwenchana. Aku bisa pulang sendiri,”namjaitu kembali mencoba berdiri. Walaupun tidak roboh, namun keseimbangannya belum begitu stabil. Ia masih harus berpegang dengan kursi kayu untuk menyangga tubuhnya.

Anyo. Hya kau! Kau antarkan sunbaenim pulang atau kulaporkan pada Appa bahwa kau membuat pelanggan pingsan lagi?”

***

            “Membuat pingsan pelanggan lagi?”namja bernama Hwang Juwon ini menahan tawa. “Berapa kali kau membuat pelangganmu pingsan dengan sandal jepit itu?”

Aku menunduk. Malu sekali.

“Dua kali. Seorang ahjumma dan kau tadi,”jawabku singkat.

Aku mengantar Juwon naik bis. Kata Oppa rumahnya tidak jauh dari kedai kami.

“Tidak jauh apanya? Aku bahkan tidak ingat lagi dimana aku sekarang?!”gumamku kesal.

Ne? Ada yang ingin kau katakan Jiyeon-ssi?”Juwon ternyata mendengar gumamanku.

Sial!

A-a-ani, juwon-ssi. Apa jalan ke rumahmu masih jauh? Sepertinya aku harus segera pulang. Kedai pasti tengahsibuk-sibuknya,”alibiku mulai muncul.

“Itu dia. Apartemenku dilantai enam,”kata Juwon sambil menunjukkan letak lantai apartemennya.

“Aah, kalau begitu aku permisi pulang. Sekali lagi—“aku menarik nafas dalam. “Jeongmal mianhaeyo Juwon-ssi!”aku membungkuk untuk terakhir kalinya dihadapan namja ini.

“Kamera, kamera…”juwon menunjuk sebuah tas kameranya yang sejak tadi kubawakan dari kedai hingga kesini.

“Ah, aku hampir lupa. Annyeong hasukhwa!”aksen Jeju-ku tiba-tiba keluar. Aku lalu berlari sekuat tenaga. Semakin lama aku berada didekat Juwon, aku akan semakin malu karena peristiwa sandal jepit tadi siang.

***

            “Juwon-ssi! Apa kau didalam? Juwon-ssi!”aku berteriak dari luar pintu apartemennya.

Masih belum ada jawaban.

Annyeong Juwon-ssi. Ini Jiyeon, ada sesuatu yang kurasa ehm perlu untuk dibicarakan!”aku menambah volume suara.

Klek…

Pintu apartemen dibuka.

Astaga!

Juwon keluar dengan celana pendek dan rambut basah.

Dan yang lebih mengejutkan, dia shirtless.

Omo!”aku kaget dan dengan cepat balik badan.

Waeyo Jiyeon-ssi?”tanyanya masih diambang pintu.

“Ehm tadi-tadi-tadi…”saking groginya, aku menjadi bingung apa yang yang harus kukatakan.

Wae?”

“Tadi siang-tadi siang di-di-di kedai…”

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Juwon menarikku ke dalam apartemennya.

“Tunggu sebetar, aku pakai kaus dulu. Silahkan duduk jika berkenan, tapi tempat ini sangat berantakan,”Juwon ngeloyor masuk kedalam kamarnya.

Oke, ini sangat berantakan dari mana?

Tempat ini sangat rapi. Puluhan buku yang aku tidak tahu apa judulnya, berjajar rapi di rak utama. Disebelahnya ada almari berisi koleksi kamera Juwon. Dan dibeberapa sudut dinding terdapat foto-foto yang kutebak merupakan hasil jepretan Juwon.

Aku belum menginjak karpet. Karena ada sesuatu yang membuat aku tidak boleh menginjak karpet diruang tamu.

“Jiyeon-ssi, ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?”Juwon tiba-tiba berjalan keluar kamar dengan pakaian lengkap.

Syukurlah!

“Tadi siang ehm sewaktu di kedai ehm apakah kau tidak sengaja membawa sandal jepitku? Aku baru sadar, bahwa saedari tadi aku hanya pakai ehm satu sendal saja,”ucapku datar dan berusahan untuk tidak malu.

Sedetik kemudian Juwon memperhatikan kedua kakiku. Ia memperhatikan kaki kananku yang slipperless lebih lama.

Aigoo Jiyeon-ssi!”Juwon tertawa.

Oke, sekarang ada letupan-letupan bak popcorn didalam hatiku saat aku melihatnya tertawa.

“Bagaimana kau bisa bepergian sejauh ini hanya dengan sebuah sandal? Tunggu, akan aku hubungi Jinho agar membawakan sendalmu kesini,”Juwon mulai mengetik beberapa kata pada ponselnya.

“Jadi kau tidak membawa sendalku? Jinho Oppa? Omo!! Andwae Juwon-ssi, tidak perlu tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri dan mendapatkan sandal itu kembali. Mungkin iaterselip dibangku pelanggan…”aku mulai balik badan dan bersiap untuk melangkah.

“Hya Jiyeon-ssi tunggu! Pakai ini,”Juwon memberikanku sepasang sandal jepit.

***

            Malamnya aku habis-habisan diledek Jinho Oppa. Tak habis pikir ia dengan tingkahku yang sama sekali lupa pakai sebelah sandal.

“Hya kau, sandal jepit. Jangan-jangan kau grogi dengan sunbaenim sehingga kau bisa lupa pakai sandal yang sebelah? Ayolah jujur saja,”Jinho Oppa menyenggol sikuku pelan.

Tenang, untuk saja ini sudah selesai acara mengelap piring. Kalau tidak, bisa melayang satu piring kedai.

“Hya Oppa! Aku tidak grogi! Aku benar-benar lupa dengan sendalku saja,”bantahku.

Ara ara. Grogi atau tidak, yang penting sekarang kau masih menggunakan sandal jepit milik Juwon sunbaenim. Wekkk..”Jinho Oppa mengulurkan lidahnya.

Oppa!!!”

***

            Hari ini tepat sebulan aku masih menyimpan sandal jepit Juwon. Aku meletakkannya hati-hati didalam kotak dan hampir setiap hari aku bersihkan. Sebulan ini aku sama sekali tidak punya waktu untuk sekedar keluar rumah.

Sepulang kuliah, aku langsung membantu appa dan umma dikedai. Apa lagi sudah dua minggu ini Jinho Oppa tengah berada di Jeju untuk mengikuti lomba fotografi. Selama itulah aku harus menggantikan Jinho Oppa sebagai kasir dan pergi ke pasar untuk mengecek belanjaan.

Oppa? Kapan pulang? Kau sudah dua minggu disana, apa kau tidak rindu aku, eoh?”rajukku saat Jinho Oppa menelfon.

“Heiss, anak ini. Kenapa kau begitu manis saat kutelepon huh? Kau merindukan aku apa merindukan sunbaenim yang kau lempar dengan sandal jepit itu eoh?”Jinho Oppa mulai menggodaku lagi.

“Hya! Oppa! Hentikan! Buat apa kau menelfonku hanya untuk menggodaku seperti ini?”aku mulai sebal.

Hening.

“Ji-jiyeon-ssi. Sabtu malam kutunggu pukul tujuh ditaman depan apartemenku. Jangan lupa pakai sendalmu dengan benar,”tiba-tiba suara yang kukenal muncul disambungan telefon.

Itu suara Hwang Juwon!

Nugu? Jinho Oppa?”aku pura-pura tidak mengenali suara Juwon.

Aniya. Juwon Oppa…”

Juwon Oppa?

Mwo? Dia bahkan menyebut dirinya sebagai Juwon Oppa.

I’m flying like a bird in the middle of the rainbow.

            Beautiful!

“Aaa…arasseo Juwon-ssi eh Juwon Oppa,”

Klik.

Sambungan telefon kuputus saking groginya berbicara dengan Juwon Oppa.

***

            Malam ini aku sibuk memilih baju apa yang akan kukenakan. Hampir satu jam aku mematut diri didepan kaca dan memadu-padankan beberapa short dress dengan cardigan.

“Aissh, ottoke? Apa yang harus kukenakan?”aku masih sibuk memilah baju.

Aku menghembuskan nafas dalam.

“Hwang-ju-won-park-ji-yeon. Dapat!”aku menggunakan nama kami berdua untuk memilih short dress dan cardigan.

Short dress floral warna pastel dipadukan dengan cardigan hijau tua.

Not bad…”ucapku sambil mengancingkan cardigan.

Sepuluh menit lagi jam akan menunjukkan pukul tujuh. Aku cepat-cepat menyambar kardus berisi sandal milik Juwon Oppa dan sebuah flatshoes yang telah kupersiapkan semalam. Sampai akhirnya aku teringat ucapan Juwon Oppa ditelefon tempo hari.

“Jangan lupa pakai sendalmu dengan benar.”

Tanpa berpikir lagi aku melepas flatshoes-ku dan menggantinya dengan sandal jepit milik Juwon Oppa.

***

            “Mendung tak berarti hujan, musim panas tak berarti kita akan kepanasan. Tapi kenapa malam ini dingin sekali? Padahal ini awal musim panas… ”gumamku sambil duduk meringkuk di kursi taman.

Hampir satu jam aku menunggu Juwon Oppa. Sendirian di taman. Dan yang paling penting kedua kakiku kedinginan. Bayangkan saja, aku hanya memakai sandal jepit karet yang sama sekali tidak menutupi bagian atas dari telapak kaki.

“Ah, dingin—“aku mengusap kedua kakiku lebih kencang.

Sejenak aku mulai merasa ingin menangis. Terlintas dipikiran apakah ajakan Juwon Oppa hanya sebuah bualan belaka mengingat kejahilan Jinho Oppa yang menjadi perantara diantara kami.

Aku mulai terisak.

Umma…”air mata pertamaku dimusim ini jatuh. Jatuh saat aku meunggu namja yang kusukai.

“Jinho Oppa…”aku memeluk kedua kakiku. Dingin bercampur sesak di dada membuatku tidak mampu menahan air mata.

Uljima,”sebuah suara yang kukenal mendekat. Memelukku dari belakang.

Nugu?”aku masih pura-pura tidak mengenalinya, nyatanya aku paham benar siapa pemilik suara ini. Hwang Juwon.

“Hentikan tangismu dulu, baru kau akan tahu siapa aku,”namja ini masih memelukku semakin erat.

“Kau jahat! Kau bahkan tidak datang tepat waktu dan membiarkan aku menunggu disini dengan kaki yang hampir membeku,”aku memangis lagi.

Ara ara. Aku memang salah. Jeongmal mianhae Jiyeon-yah,”ia mengusap kepalaku pelan.

“Aku mau pulang,”lagi, aku tidak bisa menahan air mata dan kata-kata rengekan keluar begitu saja dari mulutku.

“Hya, aku minta maaf. Pesawat dari Jeju delay berjam-jam. Seharusnya aku sudah sampai Seoul pagi tadi,”Juwon Oppa melepas pelukannya.

Dengan sigap ia melepas scarf merahnya lalu melilitkannya dikedua kakiku. Ia berusaha menghangatkan kakiku yang masih mengenakan sandal jepit miliknya.

“Sepuluh menit, aku minta sepuluh menit saja…”Juwon Oppa mulai merogoh ponselnya. Kulihat ia membuka beberapa folder dan memperlihatkan sebuah video kepadaku.

Slipper Trip to Jeju?”dengan nada tanya aku membaca judul videonya.

Betapa kagetnya saat aku melihat video tersebut. Sebuah stop motion dari sebuah sandal jepit yang sempat membuat seseorang bernama Hwang Juwon pingsan, yang melakukan perjalanan ke Jeju untuk mencapai tepi pantai. Perjuangan sepasang sandal jepit mulai dari Gimpo ke bandara Jeju, naik bus umum hingga tertinggal di toilet umum membuatku menitikkan air mata lagi.

Bukan air mata karena kesal dengan Juwon Oppa yang tak kunjung datang, tapi terharu dengan perjuangan Juwon Oppa yang membuat video stop motion ini.

“Berapa ribu foto yang Oppa ambil untuk membuat video ini?”

“Tidak banyak, hanya seribu dua ratusan,”Juwon Oppa kembali tersenyum. Senyumnya masih sama seperti dulu saat ia bangun dari pingsannya di kedai.

“Harusnya video ini diberi judul From Slipper With Love,”celetukku.

Sedetik kemudian, entah mendapat kekuatan dari mana, aku mencium pipi Juwon Oppa sekilas.

Hanya sepersekian detik kurasa.

“Hya, aku bahkan belum mengatakan aku menyukaimu. Tapi kau sudah mencium pipiku,”terlihat jelas wajah kaget Juwon Oppa.

“…”aku mencium pipinya lagi. Seperdelapan detik lebih lama daripada yang pertama.

-End-

12 tanggapan untuk “[Vignette] From Slipper with Love”

  1. hahahaha oke pingin ngakak itu Jiyeon udah pake shortdress dan kakinya cuman pakai sandal jepit. hahaha. dan bisa-bisa pergi pake setengah sandal juga ._.

    aduh penasaran sama stop motion-nya itu :3 sampe bikin Jiyeon nyium Juwon~ hahaha

    lucu lucu xD

    Suka

  2. jiyeon lucu >_< q suka karakter dia di ff ini. juwon sweet dech… jujur, q gak tau hwang juwon itu org'y yg kyk gmn, apalagi di poster facenya gak kelihatan : DDD tapi q bisa dpt feelnya, Daebak!!!
    sweet & nice fanfic. . FF lain dg main cast park jiyeon ditunggu yaa 🙂

    Suka

Leave Your Review Here!