Run Devil Run (Chapter 3)

Image

Title         : Run Devil Run

Scriptwriter : Andri Valerian

Casts :

Choi Junhong || Kim Himchan || Jessica Jung

Support Casts :

Key || Lee Taemin || Yoo Youngjae

Genre  :  Fantasy, Adventure, Supernatural, Action

Duration  : Chaptered

Rating     :  PG-15

Summary :

Choi Junhong mengetahui bahwa Bang Yongguk korban pembunuhan misterius itu adalah seorang Nefilim, sama seperti dirinya. Itu semua membuktikan ucapan Jessica padanya. Sementara itu, Jessica harus berjuang untuk menyelamatkan Nefilim lainnya Yoo Youngjae. Tak hanya menghadapi para tentara Bintang Fajar, ia juga harus menghadapi Gabriel, salah satu dari tujuh malaikat agung yang tentu jauh lebih kuat darinya

Happy reading all~

******

“Kau adalah Nephilim, keturunan antara manusia dan malaikat.”

Ucapan Jessica itu terus terngiang-ngiang di pikiran Junhong. Sejak ia membuka mata saat bangun pagi tadi sampai sekarang di mana ia berjalan di lorong lantai tiga gedung kepolisian kota Seoul, suara wanita pirang itu terus berulang layaknya sebuah kaset rusak yang disimpan di otaknya.

Akal sehatnya sedikit terguncang setelah mendengar bahwa dirinya ini bukan merupakan keturunan manusia biasa. Ia mungkin memang lahir dari rahim seorang wanita biasa tapi ayah biologisnya bukanlah manusia biasa. Tak ada kata yang pantas untuk menjelaskan apa yang ia rasakan selain bingung. Mungkin inilah yang membuat ia memperoleh sebuah kemampuan yang gila kemarin. Wanita pirang itu, yang juga seorang makhluk surga, juga memiliki kemampuan yang aneh. Tapi jujur saja, ia lebih senang jika kemampuan membaca pikirannya ini disebabkan sebuah gangguan syaraf di otaknya,seperti apa yang diutarakan Himchan kemarin, bukan karena di darahnya mengalir darah surga.

Ketika ia berjalan menuju ruangan divisi kekerasan dan pembunuhan, tempat ia berkerja, lantai tiga ini belum terlalu ramai. Cuaca Seoul pagi ini memang dingin dan mungkin membuat banyak orang malas beranjak dari ranjang mereka dan memulai aktivitas mereka. Ia juga begitu, rasanya berat sekali menggerakkan kakinya untuk segera bersiap pergi ke kantor. Para polisi yang tak punya jam kerja tetap mungkin malas untuk berganti pakaian tidur menjadi seragam kerja.Tapi Junhong memilih untuk berangkat ke kantor pagi-pagi daripada ia harus mendekam di rumah dan terus memikirkan mengenai segala keanehan yang ia alami. Ia tak mau menjadi gila di usia dua puluh dua tahun.

Ketika ia menggapai kenop pintu yang terasa dingin, ia mendapati seorang office boy sedang mengepel ruangannya. Kebetulan sekali, ia langsung meminta Office Boy itu membuatkan segelas kopi hitam untuknya. Laki-laki yang usianya mungkin sedikit lebih tua dari Junhong itu tersenyum tanda mengiyakan dan meninggalkan ruangan Junhong.

Ruangan divisi kekerasan dan pembunuhan ini tak terlalu besar, tapi ruangan berdinding putih cerah ini cukup untuk menampung sepuluh orang termasuk dirinya. Ada lima buah meja kantor berukuran besar untuk ditempati masing-masing dua orang. Ia satu meja bersama dengan Himchan dan sebetulnya ia tak begitu menyukai satu meja dengan rekannya itu. Sejak di akademi kepolisian dulu, Himchan terkenal sebagai pribadi yang tak peduli terhadap sebuah kerapian. Terlihat dari meja ini yang begitu berantakan. Pena tak disimpan di tempatnya, berkas-berkas laporan kasus yang ia teliti bertebaran begitu saja, gelas plastik bekas ice americano yang ia minum kemarin lusa masih terpajang. Junhong berpikir jika Himchan satu meja dengan orang lain mungkin akan sulit membedakan yang mana tempat sampah dan yang mana meja kerja.

Ia begitu penasaran dengan mayat yang ditemukan kemarin. Himchan yang berkata bahwa ia akan pergi ke rumah sakit bertemu dengan Yuri untuk mengetahui hasil otopsi mayat itu, belum menghubunginya sejak semalam. Kasus penemuan mayat tanpa nama itu berkolaborasi dengan keanehan yang ia alami kemarin untuk mengganggu pikirannya. Kasus ini terbilang rumit untuk ditanganinya bersama Himchan dan tim. Tak ada senjata pembunuhan yang ditemukan di TKP, tak ada saksi mata yang menyaksikan kejadian walaupun ia mendapat keterangan setelah membaca pikiran seorang tuna wisma. Tapi tak mungkin saja jika ia menuliskan di laporan bahwa keterangan saksi mata diperoleh dari penglihatannya ke dalam pikiran orang lain.

Jika Himchan datang nanti, ia akan langsung bertanya perihal hasil otopsi mayat itu.

Office Boy yang ia minta untuk menyuguhkan secangkir kopi masuk kembali ke dalam ruangannya. Junhong menyunggingkan senyum sembari berucap terima kasih. Ia langsung meniup permukaan cangkirnya, mengusir uap panas yang membawa harum kopi ke lubang hidungnya. Langit terlihat setengah cerah dari jendela ruangannya, tertutup oleh awan gelap pembawa hujan. Tapi ia merasa saat ini matahari bersinar cerah, mungkin pengaruh lampu ruangan ini yang menyilaukan mata. Semua peristiwa aneh yang ia alami kemarin kembali lagi terulang di otaknya. Mulai dari mimpinya mengenai surga yang diserang sekelompok makhluk aneh, ia yang tiba-tiba bisa membaca pikiran orang lain dan pertemuannya dengan Jessica, seorang wanita blonde yang mengatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya malaikat yang bisa kabur dari surga dan memberitahu bahwa dirinya adalah Nephilim, keturunan manusia dan malaikat yang menjadi harapan untuk menyelamatkan surga dan alam semesta dari kehancuran yang dibawa oleh Lucifer.

Dari semua itu, tak ada yang bisa ia cerna dengan logis. Ia awalnya berharap semua racauan Jessica yang ia dengar kemarin adalah ocehan dari orang tak waras dan dirinya juga tak waras karena memperdulikannya. Tapi ketika wanita pirang itu memunculkan sebilah pedang di hadapannya, harapannya itu menguap. Jelas sekali itu bukanlah sebuah sulap dengan trik yang bisa ia bongkar.

Junhong memilih menyalakan komputernya dan berselancar di dunia maya daripada terus berkutat dengan masalah yang bisa membuatnya gila. Ketika jendela browser sudah muncul, ia malah bingung ingin berselancar ke mana. Ia bukanlah orang yang bisa disebut eksis dalam dunia jejaring sosial. Ia punya akun di Facebook, tapi teman-temannya hanya sebatas rekan-rekan satu ruangannya saja. Ia memang tak punya keluarga dan jangkauan pergaulannya terbilang sempit. Sahabat yang sangat dekat dengannya mungkin hanya seorang Kim Himchan saja.

Nephilim, kata-kata itu masih menyeruak di pikirannya walaupun ia sudah berusaha membersihkannya. Rasa penasaran muncul, Apa itu Nephilim? Apakah Nephilim itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jessica, campuran antara malaikat dan manusia? Junhong mengakses sebuah situs pencarian. Halaman depan pun muncul dan ia mengetikkan kata misterius itu. Dia menekan tombol enter dan menghela nafas, berharap informasi yang didapatnya tak terlalu mencengangkan. Halaman awal hilang lalu muncul berbagai macam informasi.

Banyak informasi yang ia dapatkan. Ada beberapa situs mengenai grup band rock, ada juga yang menerangkan mengenai pementasan drama sebuah sekolah tinggi, semua menggunakan nama Nephilim tapi tak ada yang mencantumkan arti kata misterius itu.

Di halaman kedua, sebuah situs mengenai mitologi agama menarik perhatiannya. Ia pikir pastilah kata Nephilim ini bersangkutan dengan hal-hal yang berbau gereja dan sekitarnya. Ia mengarahkan pointer mouse ke situs itu. Tampaknya situs itu merupakan sebuah forum komunikasi online para jamaat gereja yang menerangkan hal-hal yang berkaitan mengenai Al-kitab dan segala kejadian di dalamnya. Ia mulai membaca keterangan yang tertulis di sana.

‘Nephilim yang dalam bahasa Ibrani berarti ‘yang terjatuh’ atau ‘mereka yang terjatuh’ mengacu kepada keturunan dari malaikat dan wanita biasa yang disebutkan dalam kitab Kejadian 6: 1-4. Penjelasan selengkapnya tertera pada Kitab Henokh yang diragukan kebenarannya, mengisahkan tentang sekawanan malaikat yang sengaja jatuh dari surga supaya mereka dapat berhubungan dengan anak-anak perempuan manusia. Karena pada zaman itu manusia telah beranak pinak dan melahirkan putri-putri yang cantik jelita. Ketika para putra surga melihat mereka, tumbuhlah nafsu dalam diri mereka untuk memperoleh keturunan dari anak manusia.’

Junhong menyandarkan diri di kursinya. Inti penjelasan ini sama dengan apa yang dikatakan Jessica kemarin. Junhong mengira, wanita yang mengandung dan melahirkannya pastilah memiliki wajah yang rupawan sehingga bisa memikat makhluk surga untuk bercinta dengannya. Ia tak pernah menyangka bahwa malaikat itu bisa seperti yang ia baca sekarang, memiliki hawa nafsu untuk bercinta. Pengetahuannya tentang malaikat hanya sebatas pada hiasan anak-anak bersayap yang sering digantung di pohon natal atau wanita cantik dengan sayap putih dan lingkaran emas di kepalanya.

Selain Nephilim, ia tertarik untuk mencari tahu mengenai perang besar di surga. Jessica kemarin juga menyinggung soal itu dan juga Bintang Fajar alias Lucifer. Mungkin saja jika ia mengetahui garis besar mengenai perang itu, ia bisa menemui titik cerah mengenai semua keanehan ini dan apa peran dirinya sehingga ia bisa terlibat di pusaran perselisihan antara surga dan neraka ini.

Ia kembai ke halaman awal situs pencarian dan mengetikkan kata kunci ‘perang besar di surga’. Kali ini informasi yang tampil lebih spesifik, semuanya menjurus pada informasi yang berkaitan dengan mitologi agama. Ia memilih informasi yang berada di urutan teratas.

‘Suatu ketika, pada Permulaan Penciptaan, terjadilah suatu Pertempuran Besar di Surga. Beginilah kisahnya:

Tuhan menciptakan Surga dan Bumi dan semua malaikat dan para pemimpin malaikat yang disebut Malaikat Agung. Para Malaikat Agung adalah sahabat Tuhan. Mereka Bercahaya dan Gagah serta Perkasa. Termasuk di antara para malaikat agung adalah Gabriel, Rafael dan Mikhael. Selain mereka ada juga Lucifer. Lucifer sangatlah elok hingga para malaikat menyebutnya Putera Fajar atau Bintang Fajar.

Para malaikat berbahagia karena mereka bersama-sama dengan Allah dan mereka semua mengasihi-Nya. Kemudian, pada suatu hari Lucifer berkata kepada dirinya sendiri: “Mengapa harus Tuhan yang paling berkuasa di Surga? Mengapa bukan aku? Aku bisa terbang dan berubah wujud, aku elok serta gagah perkasa. Sesungguhnya aku ini sama pentingnya dengan Tuhan. Mulai sekarang aku tidak lagi akan melakukan perintah-Nya. Aku akan melawan-Nya dan Surga akan menjadi milikku!”

Maka, Lucifer pergi berkeliling Surga dan ia mengumpulkan banyak malaikat yang juga tidak suka dianggap kurang penting dibanding Tuhan hingga terbentuklah suatu pasukan yang besar. Pasukan para malaikat itu menuju Tahta Allah dan berkata dengan sombongnya: “Kami ini sama pentingnya dengan Engkau. Mengapa harus Engkau yang menjadi Raja atas Surga dan atas kami? Kami ini Gagah perkasa dan Elok dan penuh Kebanggaan diri. Kami akan bertempur melawan Engkau untuk merebut Kerajaan Surga.”

Tuhan memandang mereka, dan kemudian Ia berkata: “Lucifer, Aku menganggapmu sebagai seorang sahabat, dan Aku percaya kepadamu. Bertindaklah bijaksana, coba pikirkan apa yang hendak engkau lakukan ini.” “Aku sudah memikirkannya,” kata Lucifer, “dan lebih baik aku tidak tinggal di surga sama sekali daripada Engkau harus menjadi Rajaku, demikian juga pendapat para malaikat yang lain!” Dan di belakangnya seluruh para malaikat yang memberontak berseru dengan suara lantang: “Kami berpihak pada Lucifer! Hidup Lucifer! Biarlah ia yang memerintah atas kami di Surga! KAMI TIDAK MENGHENDAKI TUHAN!” “Baiklah,” kata Tuhan, “jika kalian tidak menghendaki Aku. Tetapi, jika kalian hendak menguasai Surga, kalian boleh mencobanya jika kalian mau.” Kemudian, Tuhan memanggil Malaikat Agung Mikhael dan memerintahkannya untuk membentuk Pasukan Balatentara Surgawi yang berada di pihak Tuhan.

Maka terjadilah Pertempuran Besar di Surga antara Mikhael dan para malaikatnya melawan Lucifer. Lucifer berperang, dan para malaikatnya juga berperang, tetapi mereka TIDAK DAPAT menang. Mikhael menghalau Lucifer dari Surga dan Lucifer jatuh ke bawah dan ke bawah dan ke bawah hingga ke neraka. Semua malaikat pengikutnya dihalau juga bersama dengan Lucifer. Pintu Surga kemudian ditutup. Sorak-sorai terdengar membahana dari pihak Balatentara Surgawi yang dipimpin oleh Mikhael: “Surga telah’menang! Bersoraklah dan bergiranglah, hai seluruh malaikat Allah! Allah yang Maha Baik selalu menang

Junhong meminum kopi hitamnya setelah mengetahui garis besar mengenai perang besar di Surga jilid pertama ini. Perang besar jilid kedua ini menurut keterangan Jessica kemarin, sudah dimulai ketika anak buah Lucifer menyerbu surga lagi, seperti yang ia lihat pada mimpinya, dan wanita pirang itu adalah satu-satunya malaikat yang berhasil lolos dari serangan itu. Dan sekarang, harapan untuk menyelamatkan surga berada di pundaknya dan juga makhluk-makhluk sejenisnya, Nephilim.

Jika memang semua ini benar adanya, ia masih ragu dirinya adalah bagian dari tim penyelamat Surga. Bagaimana bisa, seorang yang hanya datang ke gereja setahun sekali yaitu pada saat misa natal adalah seorang keturunan Malaikat, makhluk yang paling taat pada-Nya. Memang, ia tumbuh besar di lingkungan yang bisa dibilang tidak agamis. Ibu angkatnya, Kim Hana tak percaya adanya Surga dan Neraka ciptaan-Nya. Baginya semua manusia, yang baik maupun yang jahat, semuanya tetap akan membusuk di dalam tanah. Kepercayaan atheis. Selama ia hidup, tak ada keinginan yang tumbuh dalam hatinya untuk lebih mendekatkan diri dan terus memuja-Nya, seperti apa yang dilakukan malaikat pada umumnya

Telinganya menangkap suara pintu terbuka, sontak ia langsung menoleh ke sumber suara. Ia berharap sosok Himchan yang muncul dari balik pintu. Ya, sesuai harapannya, Kim Himchan muncul dari balik pintu. Jaket denim melekat di tubuhnya melapisi kemeja putih yang dipakainya, pakaian yang sesuai dengan keadaan udara pagi ini. Ia menenteng tas ransel hitam yang merupakan tas kerjanya.

“Hei Zelo!!” sapa Himchan ketika ia berjalan menuju mejanya. “Apa sakit kepalamu itu sudah baikan?”

Junhong langsung menutup jendela browser yang sedang ia akses. Ia tak mau Himchan tahu tentang apa yang sedang ia pelajari. “Lumayan, tak separah kemarin. Bagaimana mengenai hasil otopsi mayat kemarin?” tanyanya langsung. Rasa penasaran sudah tak dapat ditahan lagi.

“Ah, kau ini. Rekanmu datang bukannya disapa dulu malah langsung bertanya mengenai kasus,” ujar Himchan dengan raut wajah kesalnya yang dibuat-buat. Ia membuka jaket denimnya dan menyampirkannya di kursi yang ia duduki. “Nih, kau bacalah sendiri laporan dari Yuri ini dan kau akan tercengang dengan isi laporan itu.” Himchan melemparkan map kuning yang ia ambil dari tasnya tepat ke hadapan Junhong. Setelah mengucap terima kasih, Junhong mempelajari lembar hasil otopsi itu. Matanya memindai dengan teliti, menyadur setiap kata yang tertera.

“Tak ditemukan reaksi dari bensin ataupun bahan kimia lain yang mudah terbakar dari tubuh korban, apa maksudnya ini?” tanya Junhong. Ia membayangkan, bagaimana bisa tubuh korban hangus seperti itu tapi tak menggunakan bensin sebagai pemicu api?

“Itulah yang membingungkanku sejak kemarin. Penyebab kematian juga masih simpang siur makanya Yuri masih mengosongkan kolom penyebab kematian bukan?” Junhong langsung melirik ke bagian yang mencantumkan penyebab kematian korban dan memang masih belum terisi.

“Aku akhirnya mengesampingkan penyebab kematian korban dan mencoba menulusuri identitas korban. Seperti yang sudah tertera di sana, korban bernama Bang Yongguk. Ia berusia dua puluh empat tahun. Dari data Social Card yang ia miliki, ia terdaftar sebagai seorang pegawai negeri yang berkerja sebagai guru sebuah sekolah dasar di Seoul tapi ia mengundurkan diri. Selebihnya sih tak ada yang aneh dengan korban kecuali satu hal.”

Junhong mengerutkan dahinya. “Apa itu?”

“Seminggu sebelum mayatnya ditemukan kemarin, korban tercatat menggunakan kartu asuransi kesehatannya untuk melakukan pengecekan ke psikolog. Ketika aku menghubungi rumah sakit tempat psikolog yang ia datangi kemarin malam, mereka mengatakan bahwa korban mengeluhkan pada psikolog bahwa korban tiba-tiba bisa berbicara dengan binatang yang ada di sekitarnya.”

Apa yang dikatakan Himchan barusan ini membuat Junhong tersentak. Bang Yongguk, korban hangus ini memiliki kemampuan aneh di luar akal logis manusia normal, bisa berbicara dengan binatang dan itu datang tiba-tiba. Sama seperti dirinya yang tiba-tiba bisa membaca pikiran orang lan. Selain itu, Bang Yongguk juga memiliki tato pedang bersayap yang sama seperti yang terdapat di tengkuknya.

Kaum Nephilim, apakah yang didengarnya semalam itu memang benar-benar nyata? Jessica mengatakan bahwa setiap makhluk surga dan keturunannya memiliki kekuatan khusus yang berbeda. Wanita pirang itu bisa mengendalikan es, ia bisa membaca pikiran orang lain. Apakah Bang Yongguk juga merupakan salah satu dari kaum Nephilim yang akan menyelamatkan surga dan dunia? Jika Bang Yongguk memang benar adalah seorang Nephilim juga, maka benar apa yang dikatakan Jessica. Ia harus berhati-hati sebab pasukan Lucifer sudah mulai memburu makhluk seperti dirinya ini.

“Oh ya, berbicara soal kekuatan aneh. Bukannya kau juga mengalami hal yang sama, tiba-tiba mendapatkan sebuah kekuatan yang aneh?” tanya Himchan.

“Maksudmu?” Junhong berpura-pura tak tahu walau sebenarnya ia sedang memikirkan hal yang ditanyakan rekannya ini.

“Kau kemarin kan bisa membaca pikiranku dengan akurat dan kemampuan itu kau dapat tiba-tiba bukan? Apa kau punya hubungan darah dengan korban ini?”

Junhong menggelengkan kepalanya dengan ragu. “Ti…tidak ada. Mana mungkin aku punya hubungan saudara dengan korban. Sudahlah, tidak usah bicarakan mengenai itu. Apakah hari ini kita bisa melakukan sesuatu untuk menyelediki lebih lanjut menyoal kasus ini?” Junhong berusaha mengalihkan pembicaraan.

Himchan menatapnya dengan aneh. Pandangan itu seakan Himchan mengetahui bahwa ada sesuatu yang tak biasa dan disembunyikannya. “Tentu saja ada. Dari hasil otopsi korban, ditemukan adanya reaksi alkohol dari lambungnya. Mungkin si korban menegak minuman keras sebelum ia meninggal. Tempat tinggalnya jauh dari tempat mayatnya ditemukan jadi kupikir ia minum di sebuah bar tak jauh dari TKP. Lebih baik kita pergi lagi ke TKP dan mencari bar yang ada di sana sambil menyerahkan foto korban.Siapa tahu ada yang mengenalnya.”

“Ide yang bagus.”

“Kalau begitu tunggulah di sini dulu.” Himchan bangkit dari kursinya dan meraih kembali jaket denimnya. “Aku akan mengurus surat izin pemeriksaan dulu pada inspektur dan sekalian pergi ke cafetaria untuk mendapatkan sarapanku atau mungkin kau ingin minum kopi?”

Junhong mengangkat cangkir kopinya. “Aku sudah mendapatkan kopiku dan sayangnya aku juga sudah sarapan masakan Donghae sebelum aku berangkat tadi.”

“Ok. Aku mengerti.” Himchan berjalan meninggalkannya sendiri di ruangan. Ia memandang foto wajah Bang Yongguk yang tertera di laporan otopsi mayat. Apakah ia memang benar-benar Nephilim? Apakah semua yang diceritakan oleh Jessica memang benar adanya?

Kalau begitu, dirinya mungki sedang dalam bahaya sekarang. Bisa saja setelah membunuh Bang Yongguk, pasukan Lucifer akan mengejar dirinya. Jujur saja, ia tak siap dengan ini semua. Ia harus menyelesaikan kasus ini dan juga melindungi dirinya sendiri. Ia juga tak tahu bagaimana rupa para pasukan Lucifer itu.

Jessica Jung, wanita itulah yang bisa menjelaskan semua ini kepadanya dan mungkin bisa membantunya.Junhong berharap ia bisa bertemu lagi dengan wanita pirang itu.

******

Young Jae tiba di sekolah kala bel masuk sudah berbunyi. Wajah lesu dan lingkaran hitam yang tampak di bawah rongga matanya menampakkan bahwa semalam kemarin ia tak mampu terlelap. Sebetulnya tak hanya kemarin malam, hampir satu minggu belakangan ini ia tak mampu menutup matanya dengan nyenyak. Bayangan mimpi mengenai sebuah taman indah yang diisi makhluk-makhluk rupawan bersayap yang seketika berubah menjadi neraka karena diserang oleh makhluk merah menyeramkan terasa begitu nyata. Suara serangan makhluk menyeramkan itu, jeritan melengking dari makhluk rupawan yang menjadi korban, bau anyir darah, semuanya dapat ia rasakan seakan ia menjadi bagian dari peristiwa ini.

Dan yang lebih membuatnya tak bisa tenang adalah ia seakan bisa mengalirkan listrik dari tubuhnya. Ketika ia terbangun dan hendak menyalakan lampu meja di samping tempat tidurnya, betapa terkejutnya dia setelah meliat lampu itu sudah menyala padahal ia belum sama sekali menekan sakelarnya. Ia hanya menyentuh kabel lampu itu.

Setelah kejadian itu, Young Jae terus terjaga dan dampaknya adalah ia datang ke kelas matematikanya saat Mrs.Dyer sudah duduk di depan kelas dan memberinya sebuah tatapan dingin. Young Jae menyerahkan surat izin masuk dan menggumamkan kata ‘maaf’. Ia lalu melenggang ke tempat duduknya setelah mendapatkan izin dari guru matematika yang akan segera mengakhiri masa baktinya itu. Mrs.Dyer memang terlihat galak tapi jika kita mengakui kesalahan kita dan tak banyak bicara maka kita tak akan berurusan panjang dengannya.Young Jae teringat beberapa orang temannya yang mencoba melucu dengan mengarang-ngarang alasan mereka datang terlambat dan akhirnya usaha mereka itu berakhir dengan hukuman skors selama satu minggu.

Tanpa terasa, jam pelajaran matematika berlalu dengan cepat bersamaan dengan dering bel pergantian jam pelajaran. Young Jae menghela nafasnya ketika guru pelajaran fisika, Mr.Chen memasuki ruang kelasnya. Teman-teman satu kelasnya yang sedang masyuk mengumbar obrolan tak jelas, langsung diam seribu kata. Pria berusia empat puluh tahun lebih itu langsung membagikan dua lembar kertas, satu berupa lembar soal dan selembar lagi lembar jawaban. Inilah kegemaran Mr.Chen, memberikan tes mendadak untuk memeriksa apakah anak muridnya membuka buku catatan mereka semalam.

Young Jae mulai membaca soal esai pertama, sementara teman-temannya masih berbisik mengumpat kebiasaan Mr.Chen yang bisa dibilang merugikan mereka semua. Semalam kemarin, ia sempat membaca catatan fisikanya sampai akhirnya ia menyerah sebab kepalanya tiba-tiba merasa pusing bukan main. Lekas ia menutup bukunya untuk segera merebahkan dirinya di ranjang. Penderitaanya lalu dilanjutkan oleh mimpi anhnya itu.

Dan sekarang, rasa sakit itu kembali datang.

Kepalanya serasa dihantam sebuah godam raksasa. Sakit kepala ini adalah sakit kepala terberat yang ia pernah derita. Pandangannya mulai kabur. Tulisan di lembar soalnya seakan memiliki bayangan dan bergerak berputar-putar di irisnya. Ia mengira ada sedikit gangguan di indera penglihatannya tapi perkiraannya keliru ketika ia menyadari bahwa indera pendengarnya mengalami sesuatu yang aneh jua. Suara bisik-bisik kawannya yang berusaha mencontek terdengar begitu jelas. Rasanya dua inderanya itu terasa lebih peka saat ini.

Tangannya pun terasa berat menggerakkan pena untuk mengerjakan soal ini. Ia mencoba memijat pelan tangan kanannya yang memegang pena dengan tangan kirinya. Betapa kagetnya ia ketika melihat tangan kirinya mengeluarkan kilatan listrik. Ia langsung mengesampingkan soal mengenai tata surya ini dan bertanya pada dirinya, ada apa ini? Apa yang terjadi dengan dirinya?

“Mr.Young Jae(tanda seru) Ada apa dengan tangan kirimu?” Mr.Chen bertanya dari mejanya di depan kelas, dekat papan tulis. Sepertinya Mr.Chen memperhatikan lenggok tingkahnya yang aneh sedari tadi. Beruntung, Mr.Chen tak melihat apa yang terjadi di tangan kirinya sebab ia sudah menyembunyikannya di balik saku jasnya.

“Ti…tidak ada apa-apa Mr.Chen,” jawab Young Jae dan ia kembali menatap lembar soalnya walau rasa sakit di kepala ini masih terus menggangunya. Pengetahuannya tentang materi tata surya yang sebagian sudah ia baca semalam lenyap sejurus dengan datangnya sakit kepala ini yang semakin lama semakin menguat. Bahkan ia mulai merasa mual. Rasanya seperti naik komedi putar yang kecepatannya setara dengan sebuah roller coaster(italic).

Tanpa terasa, bel berbunyi menandakan waktu istirahat sudah tiba dan waktu untuk mengerjakan tes ini sudah usai. Young Jae melirik lembar jawaban dan memeriksanya kembali. Sakit kepalanya belum juga reda. Mr.Chen sudah mulai berkeliling, memungut lembar jawaban teman-temannya. Sembari menunggu giliran, Young Jae menyandarkan kepalanya di atas meja, rasa pusingnya sangat menyiksa dan menyakitkan.

“Mr.Young Jae, sebenarnya aku ingin sekali memberimu waktu dua jam lagi untuk mengisi lembar jawabanmu dengan gambar-gambar lucu atau mungkin menambahkan pita merah agar lebih terlihat imut. Tapi sayangnya sekarang sudah masuk waktu istirahat. Istriku membawakanku bekal yang tentu rasanya pasti lezat.” Young Jae terkesiap ketika badan tambun Mr.Chen sudah ada di hadapannya dan hanya dia yang tersisa di ruangan ini, tentunya bersama Mr.Chen.

“Jadi bisakah kau berikan kertas ulanganmu sekarang, Mr.Young Jae?”

Young Jae memandang sekilas guru fisakanya itu sebelum memberikan lembar jawabannya. “Maaf,” gumamnya.

“Apakah soalnya terlalu susah untukmu, Mr.Young Jae? Wajahmu tampak pucat.” tanya Mr.Chen.

“Tidak. Soalnya tak begitu susah. Aku rasa aku menjawab soal-soal itu dengan benar,” jawab Young Jae sambil menyunggingkan sebuah senyum tipis yang dipaksakan.

“Kalau begitu, apa yang menyebabkan wajahmu itu pucat? Apa kau sakit?”

“Hanya sakit kepala,” jawabnya sembari membereskan alat tulis di mejanya. Young Jae tak begitu terkejut mendengar wajahnya terlihat pucat. Ia malah mengira ada darah keluar dari hidung atau telinganya sebab rasa sakit yang ia rasakan begitu luar biasa.

“Pergilah ke klinik. Mintalah menthol oil(italic) dan oleskan ke kepalamu. Itu yang biasa kulakukan jika mengalami sakit kepala saat mengajar,” ujar sang guru.

Young Jae hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Setelah ini, ia akan menukar bukunya di loker, pergi ke kantin untuk mendapatkan sarapan pagi. Mungkin saja sakit kepalanya ini karena ia belum memasukkan karbohoidrat ke dalam perutnya. Jika setelah mendapatkan sarapannya sakit kepala ini belum hilang juga, ia akan mengikuti sarang Mr.Chen untuk pergi ke klinik sekolah. Ketika ia bangkit dari kursinya, ia merasa seperti ada di ruang simulasi gempa. Ia sulit sekali menyeimbangkan posisi berdirinya. Ia mulai berjalan sambil memegangi ujung meja  di sekitarnya sebagai penuntun.

Ia terus melangkah gontai, menembus kerumunan murid-murid president high school dengan sebelanh tangan masih memegani kepalanya yang serasa akan meledak. Mereka sedang memenuhi koridor sekolah dengan obrolan tak jelas yang terdengar seperti suara kemerosok radio rusak di telinganya. Beberapa ada yang tersenyum atau menganggukkan kepala ke arahnya. Tapi di antara mereka yang melakukan itu hanya untuk menunjukkan sopan santun saja, sebab Young Jae tak begitu mengenal mereka. Hanya sekedar mengetahui nama saja. Ia bukanlah siswa yang bisa dikatakan populer di sekolah ini. Semua orang tahu, ia adalah seorang penyendiri, seorang anak yatim piatu yang sibuk dengan kerja sambilannya dan ia tak pernah berusaha mengubah persepsi orang tentangnya.

Young Jae sampai di lokernya dan memasukkan kombinasi angka untuk membukanya. Ia menukar buku matematika dan fisikanya dengan buku mata pelajaran untuk jam berikutnya, astronomi dan kesusastraan. Mengambil dua buku saja badannya rasanya berat sekali, seperti mengganjur dua balok baja seberat seratus kilo. Ia tak tahu apa yang terjadi tapi yang jelas ada sesuatu yang tak beres dengan tubuhnya.

Ketika hendak berjalan lagi, gelombang rasa sakit kembali menyerang. Ia menutup pintu lokernya dan menyandarkan dahi di sana. Sial, kenapa rasa sakit ini tidak hilang-hiang? keluhnya dalam hati. Pola-pola ganeh muncul di matanya. Perlahan, pola-pola aneh itu berubah menjadi kilatan-kilatan listrik. Ini sama seperti yang ia rasakan semalam, saat ia menyalakan lampu meja tanpa menekan saklarnya. Jika terus seperti ini, sepertinya ia memang harus pergi ke klinik untuk merebahkan tubuhnya daripada ia harus roboh di tengah gerombolan orang yang tengah masyuk mengobrol.

Beruntung, klinik sekolah berada juga di lantai satu ini, tempat ia berdiri sekarang, sehingga Young Jae tak perlu menderita lagi dengan menempuh jarak yang jauh atau mendaki tangga ke lantai dua. Letaknya tepat di ujung koridor ini, di samping koperasi sekolah. Selama bersekolah tiga tahun di sini, ia baru sekali pergi ke klinik, yaitu pada tahun pertama untuk melakukan tes urin. Itu dilakukan sebab ada seorang siswa yang tertangkap menggunakan narkotika sehingga seluruh siswa harus menjalani tes itu.

Begitu ia membuka pintu, ia langsung bertatapan dengan Mrs.Tan, penjaga setia klinik sekolah yang sedang duduk di mejanya.Wanita tua yang seluruh rambut panjangnya sudah beruban itu langsung menanyakan apa gerangan yang terjadi dengannya sehingga bisa mampir ke klinik. Young Jae menceritakan semuanya, sakit kepala luar biasa dan pandangannya yang kabur. Tapi ia tak menceritakan mengenai kilatan listik yang muncul di tangan kirinya. Bisa-bisa ia langsung dianjurkan untuk pergi ke rumah sakit jiwa.

Mrs.Tan mempersilahkan Young Jae untuk merebahkan dirinya di ranjang berbalut seprai putih. Suasana ruangan seluas kelas Young Jae itu dibuat sedimikian rupa seperti ruang rawat inap kelas dua di rumah sakit. Dinding ruangan di cat putih dan ada tiga buah ranjang yang disusun sejajar. Mrs.Tan berjalan ke lemari obat di samping mejanya yang ada di dekat pintu, menggapai sebotol berisi cairan hitam, menthol oil.

“Kalau memang kau sudah tak kuat lagi Mr.Young Jae, istirahatlah dulu di sini,” ujar Mrs.Tan  yang melangkah menuju ranjang tempat Young Jae berbaring. Wanita paruh baya itu mengoleskan minyak yang berada dalam genggamannya ke dahi Young Jae. Bau menthol dan rasa hangat langsung dirasakan olehnya. Tapi itu tak terlalu banyak membantu menghilangkan rasa sakit kepalanya.

“Aku akan menghubungi ruang guru dan memberitahu bahwa kau tak bisa mengikuti pelajaran di jam berikutnya.”

Young Jae tersenyum sambil menganggukkan kepala dan bergumam ‘terima kasih’. Mrs.Tan kembali ke mejanya dan mengangkat gagang telepon. Seperti katanya, ia akan menghubungi kantor guru bahwa Young Jae sedang beristirahat di klinik sebab sakit kepala yang begitu hebat.

Ia memejamkan matanya di tengah bau mentol yang menyerbak, mencoba terlelap, siapa tahu itu bisa mengurangi rasa sakit ini. Tapi bukannya membaik, sakit kepalanya semakin menjadi. Terlebih tak hanya kepalanya saja sekarang, seluruh tubuhnya merasa nyeri. Young Jae coba menahan dengan menggigit bibir bagian bawahnya daripada ia harus menggeliat di tempat tidur seperti ikan yang kehabisan oksigen. Walaupun klinik ini dilengkapi dengan sebuah pendingin ruangan, tapi tubuh Young Jae dibasahi oleh butiran peluh yang tak henti-hentinya merembes dari kulitnya.

Dalam keadaan menahan sakit, ia bertanya pada pikirannya sendiri. Sebetulnya apa yang terjadi pada dirinya sejak semalam sampai sekarang ini? Kenapa lampu itu bisa menyala padahal ia yakin sekali belum menekan saklarnya? Dan pagi ini ia mendapatkan sakit kepala terberat yang ia pernah derita selama ini. Apakah ada hubungannya sakit kepala ini dengan peristiwa aneh yang ia alami semalam?

“Kyaaaa”

Ia begitu terkejut mendengar suara terikan Mrs.Tan. Ketika ia bangun dan mengejapkan mata, Young Jae mendapati bahwa ada orang lain yang baru hadir di ruangan ini. Seorang wanita berdiri di depan meja Mrs.Tan dan membelakanginya. Yang terlihat hanya rambut panjangnya yang berwarna cokelat keemasan. Wanita itu berbalik dan memberikan tatapan yang dingin dan tajam ke arahnya. Bulu kuduknya langsung bergidik. Instingnya merasa bahwa ia harus lari sekarag juga. Tapi jangankan berlari, bergerak sedikit saja tubuhnya sudah langsung terasa sakit.

“Jangan takut. Aku tak akan mencelakaimu. Justru aku datang untuk menyelamatkanmu,” ujar wanita itu.

Young Jae tergelak mendengar perkataan wanita itu. Ia ingin bertanya tapi ia begitu takut melihat sosok wanita itu. Sebetulnya tak ada yang aneh dari penampilannya. Memakai setelan pakaian kerja wanita dan wajahnya bisa dibilang cantik. Tapi beberapa saat setelah wanita itu berbicara, Young Jae melihat wujud lain dari wanita itu. Tak ada pakaian kerja wanita, yang terlihat adalah wanita itu memakai baju zirah putih sambil menenteng pedang berwarna senada. Yang lebih membuatnya takjub adalah sepasang sayap yang mengembang di punggungnya. Tapi sejurus kemudian, wanita itu kembali tanpa baju zirah dan sayap.

“Bagaimana kau bisa masuk ke dalam sini?” Mrs.Tan melontarkan pertanyaan yang sebetulnya Young Jae juga ingin mengetahuinya sambil menunjuk wanita itu.

“Lebih baik kau tidur saja dulu. Kau tak perlu tahu urusan kami.” wanita itu berjalan lebih mendekati Mrs.Tan. Ia lalu menjetikkan jari telunjuknya ke dahi Mrs.Tan. Seketika, Mrs. Tan langsung tertidur pulas di kursinya. Melihat itu semua, Young Jae menelan ludahnya. Apakah wanita ini menguasai ilmu hipnotis? Dan mungkin saja wanita ini menguasai lebih dari sekedar ilmu hipnotis atau mungkin wanita ini bukanlah manusia biasa sebab tak ada manusia biasa yang bisa masuk ke suatu ruangan tanpa melalui pintu.

“Maaf, siapa anda dan bagaimana anda bisa masuk ke sini?” tanya Young Jae sambil terus memperhatikan wajah wanita itu.

“Namaku Jessica. Aku adalah malaikat yang datang untuk menyelamatkanmu.”

*******

Jessica memandangi pemuda itu. Ia dapat mencium dan merasakan tanda-tanda perubahan dari dalam diri pemuda itu. Wajahnya yang pucat menandakan bahwa mimpi-mimpi aneh yang biasa dialami oleh kaum sejenisnya sudah mulai menghantuinya dan semua itu pastilah membuat ia tak bisa tidur. Semua itu pasti membuatnya merasa dirinya sudah gila padahal itu barulah permulaan dalam munculnya jati diri mereka yang sebenarnya.

Ia tak tahu apakah ia terlambat atau tepat waktu mendatangi Nefilim yang satu ini. Ia sudah merasakan bau dari para serdadu Bintang Fajar saat ia terbang ke sekolah ini. Tapi ketika sampai di sini, ia belum menemukan satupun dari mereka. Jadi ia bisa dibilang datang tepat waktu.

“Kita harus segera pergi dari sini. Bahaya akan segera datang kepadamu,” ujarnya pada Nefilim itu.

Pemuda itu mengerutkan dahinya. “Bahaya? Bahaya apa? Nona, bisakah kau memberitahukan padaku apa yang sebetulnya terjadi dan bagaimana kau bisa masuk ke sini?” Jessica mengerti, pemuda ini belum tahu jati dirinya yang sebenarnya.

“Dengarkan aku Yoo Young Jae. Yang jelas kau begitu penting dan kita harus pergi sekarang. Kau hanya punya dua pilihan, ikut denganku tanpa banyak bicara maka kau akan hidup atau kau mati,” ujar Jessica dengan nada sedikit menekan, memaksa agar Nefilim ini cepat ikut dengannya sebab ia mencium tanda-tanda kedatangan pasukan neraka, mereka sudah semakin dekat.

“Baiklah.” pemuda itu akhirnya mengeluarkan jawaban yang ia ingin dengar dari tadi.

“Ok, sekarang apakah kau punya kendaraan untuk pergi dari sini?” tanya Jessica. Matanya melihat sekeliling, waspada jika pihak lain yang mengejar Nefilim ini muncul tiba-tiba.

“Ada. Aku punya sebuah mobil Corolla tahun delapan puluh tapi larinya agak lebih lambat sebab mesinnya sudah bermasalah.”

Jessica menghela nafas, cukup lega dengan jawaban anak itu. Jadinya ia tak perlu membawa anak itu terbang dengan menggunakan sayapnya. “Apapun itu, yang penting bisa berjalan. Jadi bisakah kita ke sana sekarang?”

Tiba-tiba, pintu klinik itu terbuka. Dua orang lelaki bertubuh tegap dengan jubah hitam berdiri menatap mereka dengan tatapan begitu tajam seakan ingin sekali mencabut kepala mereka berdua. Inilah tentara Bintang Fajar yang Jessica ingin hindari sedari tadi. Kalau sudah begini, tak ada jalan lain selain bertarung. Menggunakan teleportasi pun pasti akan bisa terkejar oleh dua bedebah dari neraka ini.

“Serahkan si brengsek itu atau kalian berdua akan menjadi mayat di sini(tanda seru)” ancam salah satu pria yang berambut cepak, menunjuk pemuda yang ada di samping Jessica. Tangannya sudah menggenggam sebuah pedang yang mempertegas bahwa ucapannya tak main-main.

Jessica tak mau kalah. Ia membayangkan angellion, senjata surgawi miliknya yang berupa pedang berwarna putih layaknya butiran salju dan terbentuklah senjata itu di tangannya. Ia tersenyum dingin pada kedua pria itu sambil menghunuskan senjatanya. “Tentara Bintang Fajar sudah semakin sombong ya? Rasanya sudah lama sekali aku tidak memenggal kepala para setan keparat seperti kalian. Terlebih setelah kalian menguasai nirwana dan memperlakukan kaumku layaknya mainan kalian, rasa ingin membunuh kalian menjadi berlipat ganda.”

“Kalau kami tidak kesulitan menguasai tempat tinggal kaummu itu, maka kami berdua tidak akan kesulitan membunuh seekor malaikat sepertimu,” kata pria yang satunya lagi. Ia juga memunculkan sebilah pedang di tangan kanannya. Sepertinya pertarungan pun tak terelekkan di antara mereka bertiga.

“Apa benar begitu? Kalau begitu majulah, serang aku!  Aku juga ingin melihat apakah serdadu neraka rendahan kalian bisa menghabisi seorang malaikat sepertiku,” ujar Jessica, berusaha memprovokasi dua lawannya dan tampaknya itu berhasil. Mereka menggeram layaknya anjing yang kelaparan. Jessica lalu menoleh ke sampingnya, ke arah Young Jae yang terlihat ketakutan melihat kedua pria itu dan juga pedang yang ada di tangan mereka. “Berlindunglah di belakangku. Aku akan menyelesaikan dua orang ini dulu, baru kita pergi dari sini.”

Anak itu menurut saja pada ucapannya dan bergerak berlindung beberapa langkah dari punggung Jessica. Beberapa saat kemudian, tak sampai lima detik, pria berambut cepak langsung bergerak dan mengayunkan pedangnya yang dilapisi kobaran api menuju leher Jessica. Seakan sudah membaca gerakan lawannya, Jessica menangkis serangan yang pasti akan memisahkan kepala dengan tubuhnya, jika terkena. Senjata mereka beradu, mengeluarkan percikan api.

“Sayang sekali, percobaan pertamamu gagal!” kata Jessica dengan mengumbar senyum mengejek. Dengan cepat, ia mendaratkan sebuah tendangan ke perut pria cepak, membuatnya terpental menghantam tembok putih ruang klinik ini. Seakan tak memberikan Jessica jeda untuk mengambil nafas, pria yang satu lagi langsung maju dengan pedang terhunus di tangannya. Sontak, Jessica langsung melompat mundur ke belakang, membiarkan pedang pria itu terayun tanpa mengenai tubuhnya. Satu tendangan lagi ia daratkan di wajah pria itu tanpa ampun, membuat ia terbaring di lantai.

“Mengecewakan. Kekuatan kalian ternyata tak seberapa,” ejeknya sembari mengusap peluh di dahinya. Ia lalu menoleh ke arah pria cepak yang sudah bangkit lagi. Sebuah tendangan memang tak cukup untuk menghentikan mereka, ia harus menggerakkan pedangnya.

Pria cepak itu berlari ke arahnya, mengayunkan pedangnya sambil menjerit marah. Ketika pedang itu sudah berjarak sejengkal dari kepalanya, Jessica menahan ayunan pedang itu dengan tangan kirinya. Cairan darah merembes keluar dari telapak tangannya tapi tak ada rasa sakit yang ia rasa. Lawannya tercengang melihat ia melakukan aksi ini.

“Selamat tinggal!” sebelum mengayunkan pedang untuk menghabisinya, Jessica menyunggingkan senyum mengejek sekali lagi. Cipratan darah yang masih hangat dari tubuh lawannya menodai pedang putihnya dan juga sampai ke wajahnya. Tapi ia tak menyeka cairan anyir itu. Ia menikmati sensasi yang sudah lama ia tak rasakan ini, saat berhasil mengalahkan dan membunuh lawannya. Membunuh itu memang sebuah dosa. Tapi ia rasa apa yang ia lakukan ini bukanlah sebuah dosa, mengingat makhluk yang ia bunuh ini merupakan cikal bakal dari dosa it sendiri.

“Tidak!!” jerit lawannya yang masih hidup, sambil berlari menuju Jessica dengan pedang siap terayun untuk membalas kematian rekannya.

“Tenang saja, aku akan menghabisimu juga agar kalian berdua bisa bereuni di neraka sana!” Jessica memukulkan pedangnya ke arah pedang lawannya. Alhasil, pedang itu terlepas dari genggaman lawannnya. Ia langsung menghunuskan pedang dan menembus dada penyerangnya. Dua musuh pun berhasil ia habisi.

Jessica menatap Young Jae yang tampak tercengan menyaksikan pertarungannya. “Bawalah aku ke mobilmu sekarang!” perintahnya. Namun, tiba-tiba ia merasakan sebuah gelombang kekuatan yang begitu besar, jauh lebih besar dari yang sebelumnya ia rasakan ketika dua orang iblis ini datang.

“Berhenti!!” teriaknya, menghentikan Young Jae yang sudah beberapa langkah mendahuluinya. “Perubahan rencana. Kemarilah!” anak itu mengikuti perintahnya dan mundur kembali. Jessica memegang kepala anak itu dengan tangan kirinya. “Sekarang bayangkanlah sebuah tempat yang jauh dari sini.”

Young Jae mengerutkan dahinya. “Apa maksudmu? Bukankah kita akan………”
“Diam! Kalau kau mau selamat, ikuti saja apa yang aku katakan!” bentak Jessica.

“Ba….Baiklah.” anak itu lalu memenjamkan matanya, mulai membayangkan sebuah tempat seperti yang diperintahkan Jessica. Dan seketika, mereka sudah tak ada lagi di ruangan klinik sekolah. Mereka berpindah ke suatu ruangan luas yang dipenuhi banku-bangku panjang yang tersusun rapi. Jessica melihat sekelilingnya, ada sebuah altar pemujaan di ujung aula ini dan salib emas raksasa tergantung di langit-langitnya, jendela warna-warni membiaskan cahaya matahari memberikan penerangan. Mereka sekarang berada di sebuah aula gereja.  

“Kau memikirkan gereja?” tanya Jessica pada Young Jae yang terlihat masih tak percaya bahwa ia bisa berpindah tempat dalam satu kedipan mata.

“I….Iya. Aku tak tahu harus ke mana lagi. Lagipula kau mengatakan bahwa dua orang yang kau bunuh tadi adalah iblis, jadi aku berpikir tempat yang paling aman untuk berlindung dari iblis adalah di rumah Tuhan, yaitu gereja.”

Jessica tersenyum mendengar penjelasan anak itu yang percaya akan pertolongan-Nya. “Pemikiran yang bagus walau sebetulnya tidak akan terlalu banyak membantu. Sekarang kau bantu aku membuat air suci. Iblis lemah akan air suci.” Jessica berjalan menuju altar, Young Jae mengekor di belakangnya. Kekuatan iblis yang ia rasakan begitu kuat, mungkin yang datang adalah salah satu dari ksatria neraka, kumpulan iblis anak buah yang dipilih langsung oleh Lucifer yang begitu kuat. Mungkin ia pun tak akan mampu menghadapinya. Tapi demi misi suci untuk menyalamatkan Nefilim dan nirwana, ia rela mengorbankan kehidupannya. Mati dalam perjuangan menegakkan panji-panji Sang Bapak Surga adalah kematian yang begitu ia idamkan.

Beruntung, Jessica menemukan sebuah toples berisikan air yang didalamnya terdapat sebuah kalung rosario. Ini pastilah air suci yang mereka butuhkan.

Tiba-tiba, angin berhembus begitu kencang di dalam aula ibadah layaknya akan terjadi badai di dalam sini. Ampul anggur dan barang-barang lain yang ada di atas altar berterbangan. Kaca jendela pecah berantakan, kursi-kursi berubah posisinya. Jessica menghela naas dalam-dalam dan menelan ludahnya, memperhatikan semua kekacauan ini. Yang datang ini kuat, sangat kuat.

Pintu gereja tiba-tiba terbuka dan menghantam tembok, menimbulkan bunyi yang mengagetkan mereka berdua. Jessica menoleh ke arah sumber suara, mendapati ada dua orang berjubah hitam yang berdiri di sana. Ia tahu betul dua orang itu. Tapi yang paling membuatnya tercengang adalah kehadiran pria berambut emas. Pria itu adalah Gabriel, salah satu dari tujuh malaikat tertinggi di surga. Dan sekarang, ia ada bersama dengan Azazel, pria berambut jamur yang merupakan iblis yang menjadi raja neraka selama Lucifer berada dalam segel Michael.

“Jessica, aku begitu ingin berjumpa denganmu setelah tahu kau berhasil lolos dari kampung halamanmu yang sudah padam cahayanya itu. Apa kau tak kesepian berkeliling sendirian di dunia manusia ini? Kalau kau kesepian katakanlah padaku. Dengan senang hati, aku akan memulangkanmu agar kau bisa bergabung dengan teman-temanmu,” ujar pria berambut jamur dengan senyum yang menakutkan.

Takut, itulah yang dirasa Jessica saat bertatapan dengan Azazel. Tapi demi misinya ini, ia harus mengesampingkan rasa takutnya dan menghadapi Azazel, dan mungkin juga Gabriel nanti. “Aku tidak akan kesepian, Azazel. Aku senang hidup seperti ini.” Jessica perlahan meninggalkan altar, melangkah gontai menuju dua orang lawannya. Ia membayangkan pedang esnya dan terbentuklah di tangannya, sebuah persiapan jika menghadapi serangan tiba-tiba.

“Ngomong-ngomong, tubuh manusia jauh lebih baik dari wujud aslimu. Aku sampai pangling melihat wajah tampanmu,” ujar Jessica sembari memasang senyum genit di bibir.

“Terima kasih atas pujianmu. Oh ya, karena kita sedang tidak di neraka ataupun di surga, jangan panggil aku Azazel. Nama itu terlihat aneh di zaman sekarang. Panggil aku Taemin, nama panggungku selama di dunia manusia.”

“Nama yang bagus. Tapi itu tetap tak merubah predikatmu sebagai iblis kelas wahid yang harus dihabisi.”

Azazel, alias Taemin, tertawa seakan menganggap ucapan Jessica barusan adalah sebuah lelucon. Suara tawanya menggelegar dan mengerikan, memberikan sebuah rasa takut dan tekanan tersendiri bagi Jessica. “Kata-kata yang bagus dari seorang malaikat yang sedang terdesak sepertimu. Sebetulnya aku ingin sekali menghabisi nyawamu, tapi sebaiknya kuserahkan pada si rambut emas ini.” Taemin menunjuk pria yang berdiri tepat di sampingnya dengan ibu jari. “Silahkan, Key.”

Pria berambut emas maju selangkah. Sinar matahari membuat wajah maskulinnya yang terlihat hampa ekspresi, tampak berkilau. Dahulu, seantero nirwana begitu mengagumi aura dan pesona dari malaikat yang satu ini, Gabriel. Malaikat kepercayaan Sang Bapak setelah Michael. Tapi sekarang saat berhadapan langsung dengannya, Jessica merasa begitu jijik melihat wajahnya. Seorang pengkhianat yang harus ia kalahkan demi Nirwana.

“Aku tahu jika ada beberapa dari tujuh malaikat agung yang berkhianat. Tapi aku sama sekali tak menyangka bahwa salah satunya adalah anda, Tuan Gabriel. Anda adalah panutan seluruh malaikat, tapi kenapa kau melakukan ini semua?” ujar Jessica yang menyayangkan sikap Gabriel.

“Itu dulu, Jessica.” Gabriel, alias Key menatap nanar Jessica. “Ini semua disebabkan oleh Michael!” ekspresi wajahnya berubah. Awalnya ia menunjukkan sebuah air muka yang menunjukkan sebuah penyesalan dan kesedihan, tapi kemudian berganti ekspresi wajah yang memendam amarah yang begitu dalam. “Sejak awal penciptaan hingga detik ini, Michael selalu menjadi panglima nirwana. Sedangkan aku hanya menjadi malaikat yang bertugas mengantarkan kabar gembira layaknya seorang tukan antar surat kabar!” Key menekankan kalimat terakhirnya, menunjukkan rasa marahnya.

“Lalu, Taemin datang padaku dan memberikan sebuah penawaran.” sesaat, Key menoleh ke wajah Taemin lalu melanjutkan bicaranya lagi. “Ia menawarkanku posisi Panglima nirwana jika aku bisa membantunya melepas segel Lucifer. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengiyakannya. Bagaimanapun juga, Lucifer adalah saudaraku, sama seperti Michael. Lucifer mengajakku berkerja sama menguasai surga dan kupikir aku sejalan dengannya.”

Jessica memejamkan matanya. Tak ada pilihan lain sekarang. Gabriel harus dikalahkan walau ia tahu kekuatan yang ia miliki tak akan cukup untuk menghentikan Gabriel. “Tuan, aku harus membunuhmu sebab anda sudah membangkang pada Bapa kita. Prinsipku, membangkang pada sang Bapa harus mati!” Jessica berteriak lantang. Badannya diselimuti oleh cahaya. Menghadapi Gabriel, ia harus mengeluarkan seluruh kekuatan surgawi yang ia miliki. Baju zirah putih sudah melekat di tubuhnya, pakaian perang surgawi. Sayap-sayap kuat mengembang di punggungnya. Walau sudah dalam bentuk seperti ini, belum tentu juga ia bisa mengalahkan Gabriel.

“Kau memang anak buah kebanggan Phanuel. Aku memujimu, Jessica.” Key mengeluarkan angellionnya. Sebuah pedang yang rupanya sama dengan pedang milik Jessica, namun warnanya tidak putih. Dengan pedangnya, ia mengiris kulitnya dan mengambil darah yang keluar dengan jarinya.

Jessica mengepakkan sayapnya, terbang menuju Key. Ia tahu betul kekuatan berbahaya yang dimiliki Key. Jadi sebelum Key menggunakan kekuatannya, ia harus melumpuhkannya. Ketika pedangnya sudah berjarak beberapa senti menuju leher Key, Jessica tiba-tiba tak bisa menggerakkan tangannya. Sayap dan tubuhnya juga tak bisa digerakkan.

“Kau sudah menjadi bonekaku, Jessica,” ujar Key. Sial, ujar Jessica dalam hatinya. Ia sudah terperangkap dalam kekuatan milik Key. Benar saja, ia melihat namanya sudah tertulis di pedang Key.

Inilah kekuatan milik Key. Ia bisa mengendalikan apapun yang ia tuliskan pada angelionnya. Sekarang, Key sudah menuliskan namanya, jadi  Key bisa membuatnya melakukan apapun sesuai yang ia inginkan. Dengan kata lain, ia sudah kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

“Agar menghemat waktu, bunuhlah Nefilim itu, Jessica.” Key memberikan perintah dan tubuhnya pun mengikuti. Perlahan ia meluncur ke arah Young Jae yang hanya diam membisu dibalut ketakutan. “Gunakan pedangmu dan tusuklah jantungnya.” Jessica berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan kakinya melangkah dan tangannya yang menggerakkan pedang. Ia mencoba menggigit bibirnya bahkan lidahnya, mencoba menyadarkan dirinya. Tapi ancak-ancak saja apa yang ia lakukan, tangannya terus bergerak hingga pedangnya menembus dada Young Jae.

“Ke….kenapa?” ujar Young Jae sebelum ia tewas seketika. Bersamaan dengan itu, Jessica berhasil mendapatkan kendali tubuhnya lagi. Tapi sudah terlambat. Pedangnya sudah membunuh Nefilim dan menghilangkan satu harapan surga. Ia menjerit sekuat pita suaranya di hadapan tubuh Young Jae yang sudah terkulai, menyesali ini semua. Namun sejurus kemudian, sebuah pedang menembus perutnya dari belakang. Ia menoleh dan mendapati Key yang melakukannya dengan raut wajah kosong.

Jessica hanya terdiam, menyaksikan pedang itu ditarik kembali. Ia langsung terbaring lemas di samping jenazah Young Jae, di hadapan altar ibadah. “Jessica, beritahu aku di mana anak Michael berada? Dia adalah ancaman terbesar bagi kami sehingga kami harus membunuhnya terlebih dulu baru membereskan sisa makhluk nista ini. Nefilim yang satu ini bukanlah darah dagingnya, aku tak merasakan aura Michael dari tubuhnya,” ujar Key. Pedang angellionnya terhunus di leher Jessica. “Kalau kau memberitahuku, aku akan mengampunimu dan tak akan membunuhmu.”

“Bunuhlah aku,” pinta Jessica yang sudah pasrah. Ia membayangkan wajah Nefilim yang ia temui kemarin, anak Michael. “Aku tidak akan memberitahumu apapun mengenai putra sang Panglima Surga.”

“Itu maumu, Jessica. Selamat tinggal!!” Key mengayunkan pedangnya ke arah leher Jessica yang sudah memejamkan matanya dan tersenyum, memasrahkan diri pada kematian. Ia akan kembali ke surga dan disiksa bersama malaikat lain oleh para iblis keparat.

Namun, ia sadar bahwa dirinya tidak mati dan ia tidak pergi ke surga. Jessica membuka kelopak matanya, mendapati dirinya terbaring di sebuah hamparan rerumputan luas yang ditumbuhi bunga berwarna-warni. Ia lalu bangkit dan melihat sebuah rumah, atau lebih tepat di sebut sebuah istana megah berdiri di hadapannya. Istana itu berwarna mutiara, berkilauan diterpa cahaya matahari. Istana itu berupa seperti white house di Washingto DC. Ada sebuah kubah bulat berdiri di atap istana itu.

Di mana dia sekarang? Seingatnya pedang Key sudah mencapai lehernya tapi kenapa ia bisa berada di tempat  tak dikenal ini, bukannya di surga?

“Halo Jessica. Lama tak berjumpa!!” ia menoleh ke belakang, mendapati seorang yang begitu ia kenal. “Kau belum mati dan akulah yang menyelamatkanmu dari Gabriel yang ingin membunuhmu.”
Jessica terperangah, mengira yang berdiri di hadapannya sekarang ini sudah lama mati. “Kenapa kau ada di sini?”

“Itu tidak penting. Sekarang adalah kita harus bergerak cepat untuk melindungi anak Michael sebelum Gabriel dan para bedebah dari neraka itu mendapatkannya. Dia adalah harapan kita.” 

Bagaimana? Kepanjangan dan membosankan ya? Kalau ada yang tidak mengerti, tanyakanlah di kotak komentar.

26 tanggapan untuk “Run Devil Run (Chapter 3)”

  1. siapa yg nyelamatin Jessica??? Yongguk,Youngjae dah tewas,berarti tinggal Daehyun ama Jongup.apa mereka keturunan Nefilim juga??? trs bgm nasib Zelo selanjutx???
    Ditunggu next chapterx !

    Suka

    1. Yang nyelamatin Jessica masih rahasia. Yang jelas dia ada di pihak yang baik.
      Dua orang itu akan muncul kok nanti, sabar aja ya. Yang jelas mereka juga ada di pihak yang baik.
      Nasib Zelo? Saya kasih bocoran sedikit. Dialah yang akan menjadi target berikutnya dari Taemin and Friends.
      Makasih ya udah baca dan comment! Tunggu aja ya!

      Suka

  2. Lnjut thor *o*
    Baru baca T_T baru sadar authornya sudah lanjut -_-V
    Yang nyelamatin Jessica siapa thor?
    Nasib Zelo bagaimana?
    Wah ngak nyangka Gabriel dbuat menjadi penghiaknat di crita ini thor ._. Tp makin seru 😀
    Lnjut thor jgn lama” ^^

    Suka

    1. Yang menyelamatkan Jessica itu…masih rahasia. Tunggu di chapter berikutnya. Makanya, terus baca ya, hehehe,
      Nasib Zelo? Berikutnya dia yang akan dikejar oleh Taemin and Friends.
      Makasih udah baca dan comment ya!

      Suka

  3. Jika ada yang tak kumengerti, itu adalah ngapain Himchan ada di poster?? Apakah ia sejenis dengan Zelo?? Atau sejenis Key?? Atau hanya manusia biasa yang membantu Zelo?? Apa perannya sepenting itu??
    Si Yuri juga!! Dia cuma dokter otopsi yang di chap 3 aja nggak keluar.. Apa perannya??

    Daannn, kenapa Youngjae-nya dimatiin?? Asik kan, jadi penerusnya Chen, listrik?? #ChenituPetir!!
    Udah Jongup belum keluar, Youngjae mati, Yongguk dah terbakar di prolognya, Himchan keluar sedikit.. Siapa dong yang bisa kunikmati??

    But, nice fic, thor!! Keep writing!! Tancap gasss!!!

    Suka

    1. Jangan salah, Himchan malah akan menjadi kartu truf dalam cerita ini. Memang perannya nggak keliahatan di awal dan sepertinya kehadiran dia itu nggak penting. Sabar aja, nanti juga dia akan menunjukkan perannya. Nggak mungkin saya taruh dia di poster tapi dia nggak punya peran penting.
      Yuri? Apakah dia ada di poster? Yang ada di poster itu kan cuma Jung Sisters, Zelo, Himchan, sama Daehyun yang nyempil di atas.
      Yang bisa kamu nikmati, mungkin Zelo. Sabar aja, nanti Himchan pasti banyak keluar kok.

      Suka

  4. Halloo andri!! langsung to the point aja deh 😀
    ini aku lagi buatin cover untuk RDR.. tapi aku bingung ndri… kalau di atas, cover kamu ada gambar moon jongup, tapi di kategori fic, kamu gak memasukan dia sebagai sub cast. terus setauku juga ada yongguk deh tapi kok kamu gak masukin yongguk di daftar cast? maaf ya gak penting. aku baru nyadar soalnya..
    oh ya, jadi apa aku harus memasukkan jongup di cover? aku gak tau mesti kontak kamu lewat apa.. yaudah lewat sini aja gapapa kan? 😀

    Suka

  5. OH MY GOODDDD ><
    makin seruuu!!!
    aku kira youngjae selamat, ternyata ga !! dan zelo adalah putra michael?
    kalo azazel dimanusiakan (?) sbg taemin dan gabriel sbg key, lalu lucifer dimanusiakan sbg siapa?? beneran penasaran sama wujud lucifer itu.. masih banyak tanda tanya…
    kurasa ini masih cukup jauh dari perang zelo dan lucifer yang sesungguhnya, namun selama apapun itu akan menunggu.. sudah dimulai maka harus diakhiri 😉
    ditunggu part selanjutnya, semangat !!

    Suka

  6. Seriusan ini kepanjangan thor? Gak kerasa bneran dah, aih, mngkin krena ceritany makin makin menarik puoll (y) ikut kecengang pas azzazel ternyata taem yg innocent gabriel key jgn2 michael minho n yg ditemui jess onyu #plakplakplak aih, keren ampun-ampunan critany terlepas dari penyebutan author yg kdang nulis nephilim n nefilim

    hwaitting utk chpt slnjutny ‘o’)9

    Suka

Leave Your Review Here!