[Oneshot] Promise the Light of Love

Promise the Light of Love

 

Title: “Promise the Light of Love”

Scriptwriter: Chimoss (@Chrismoonn)

Cast:

  • Leeteuk Super Junior as Park Jung Soo
  • Me as Park Jung In

Duration: OneShot

Rating: General

Genre: AU,Angst

***

Impian itu.. sudah bukan impian lagi. Semua karena mu, karena kebaikan dan ketulusan mu. Tidak akan kalau bukan karena mu. harusnya kau tetap disisi ku, merasakan semua ini bersama-sama. Tidak ingatkah kau dengan janji kecil kita? Cahaya ku.. cahaya mu.. harus jadi satu. Kau terlalu sering berbohong. Itukah caramu membuat ku tersenyum? Kebohongan dan ketulusan untuk satu hal yang sama. Aku bahkan tidak pernah tau hal itu.. Aku bahkan tidak tau apa yang harus ku ketahui. Kau begitu pandai membodohi ku dan membuatku benar-benar hampir gila. Tapi.. terima kasih.. terima kasih untuk semua ini. Semua hal yang harusnya milik kita, semua hal yang membuat kita lebih dekat dan saling memiliki. Oppa.. saranghae !

Bel pulang sudah dibunyikan. Aku hampir saja meninggalkan kelas kalau saja pertanyaan Hyeri tak melesat menahan langkahku.

“ya! Park Jung in.. kau mau kemana hari ini?” yeoja itu berjalan mendekati ku. Seulas senyum tergaris dibibir merahku.

“Kencan.” Hyeri hanya bisa melongo setelah mendengar jawaban ku. Ada apa dengannya? Kenapa mimiknya seaneh itu?

“lagi?!” rupanya ia masih tidak puas dengan jawaban yang kuberikan. Aku mengangguk mantap lalu melanjutkan dengan kata-kata..

“hm.. sudah yaa. Oppa pasti sudah menunggu ku. Bubbye ^^.. sampai jumpa besok..” hanya melambai dan berlalu darinya. Saat tiba depan gerbang sekolah, benar saja oppa sudah menuggu ku beserta sepeda putih miliknya. Aku tersenyum dan melambai padanya lalu berlari mendekatinya.

“oppa.. hari ini kita kemana?” ia tersenyum pada ku. Senyum manis yang begitu mempesona.

“kemana pun yang tuan putri inginkan.” Ia mengacak-acak rambut ku, aku tersenyum manja dan langsung duduk di boncengannya.

“Kalau begitu, hari ini aku ingin pangeran ku yang memilih tempat..” Aku memeluknya erat seolah tak ingin terpisahkan. Sementara ia masih sibuk berpikir untuk menyanggupi permintaan ku.

“baiklah.. pegangan yang erat. kita akan bersenang-senang! Yuuhhuu…” oppa ku yang baik hati ini akhirnya mengayuh sepedanya menuju ke tempat yang masih ia simpan sendiri di pikirannya.

Sudah kuduga, pasti akan kesini.. danau dekat panti asuhan ku dan jung soo oppa dulu. Kami begitu menyukai tempat ini, tempat yang menyimpan banyak kenangan kecil kami. Bahkan semua luapan perasaan kami pun terkubur dalam di sini.. tempat ini, adalah tempat yang luar biasa. Tempat yang penuh dengan keajaiban dan Cinta.

“oppa, masih ingat janji mu?” seperti biasa, ia menatap ku sekilas lalu mengangguk dan tersenyum. Pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama. Aku ikut tersenyum bersamanya, lalu menggenggam tangannya dan kembali menatap keindahan danau didepan kami. Meski sudah 8 tahun berlalu, tapi hal itu tak pernah luput sedikit pun dari ingatan ku. Hal yang kuanggap paling berharga dalam hidup ku, hal yang selalu membuatku khawatir, hal itu.. Cinta Park Jung Soo.

“Sudah.. jangan menangis.. tenanglah. Kau masih punya aku disini! Kau lihat?” jung soo, oppa ku yang juga terluka hatinya. Berusaha lebih tegar untuk menenangkanku. Aku masih saja menangis dan tidak menghiraukannya.

“HUUWWEE…” tangisku memecah keheningan seluruh danau.

“Jung in, kenapa kau menangis? karena Ibu meninggalkan kita? karena dia tidak ingin merawat kita lagi? Atau karena ibu sudah tidak menyayangi kita?” aku sedikit banyak bisa mendengar perkataannya barusan. Tapi tak tau harus menjawab apa.. sebenarnya itu pertanyaan atau pernyataan oppa?

“Ya! Kalau kau menangis untuk itu.. hentikan! Meski dia meninggalkan mu, tidak ingin merawat mu lagi, tidak menyayangi mu, atau apapun itu. Aku masih ada untuk mu. Aku tidak akan meninggalkan mu. Aku akan selalu disisimu dan menjaga mu. Jadi berhentilah menangis.Kita tidak membutuhkannya. Kita pasti bisa tanpanya, seperti dia bisa tanpa kita. Appa bisa melihat mu dari atas sana, dan kau pasti akan membuatnya bersedih..” Aigoo.. betapa tegarnya oppa ku ini, padahal aku yakin saat ini dia pasti juga sangat terluka dan ingin menangis. Bagaimana pun juga, ini akan sangat sulit untuk anak seumuran kami. Ditinggal ibunya tanpa alasan yang jelas.

“Aku takut.. Aku takut suatu saat nanti kau juga akan meninggalkanku..hikks..hikks..”

“dengarkan aku.. sekalipun seluruh dunia meninggalkan mu dan tak menyayangi mu. ingatlah, aku akan selalu menjadi orang pertama yang ada disisi mu dan mencintai mu sampai aku tak mampu lagi melakukan itu.” Oppa menggenggam kedua tanganku. Aku tau dia sedang berusaha meyakinkan ku, tapi rasa takutku masih tak bisa dikalahkan. Tangisku terus berlanjut, kali ini aku memeluknya erat, seakan kami akan terpisah sangat jauh.

“oppa.. aku takut kau akan mencintai orang lain lebih dari kau menyayangi ku.berjanjilah..berjanjilah kau tidak akan pernah mencintai siapa pun selain aku didunia ini?” Aku mendongak, berharap ia akan melakukan hal itu untuk ku, dan sungguh diluar dugaan dia mengiyakan permintaanku itu.

“Ye, aku berjanji. Aku tidak akan pernah mencintai yeoja lain selain yodongsaeng ku ini.. bagaimana?” Air mata ku jatuh lagi, tapi berbeda kandungan. Kali ini, semua ketakutan dan kekhawatiran ku mengalir bersama butiran kristal itu. Aku tersenyum padanya, dan jung soo pun membalas hal yang sama.

“oppa.. kenapa kau ingin hidup?” entah apa yang sedang ada di pikiran ku, tiba-tiba saja aku menanyakan hal tak bermaksud itu. Ku lihat ia masih menatap langit biru yang mempesona itu.

“karena aku punya alasan..” alasan?

“apa alasan mu?”

“dirimu!” kini ia menatap ku dalam, dan tersenyum. Sementara aku masih bingung dengan maksud dari ucapannya.

“Kau satu-satunya alasan ku untuk hidup dan tetap hidup di Dunia ini.” Kalimat yang singkat, tapi mampu membuat ku tak berkutik sedikit pun.

“jung in, didunia ini hanya kau yang aku miliki. Dan aku sangat menyayangi mu melebihi diriku sendiri. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu, yang ku inginkan hanya melihat mu selalu bahagia. Untuk itu aku harus terus hidup demi kau. Kau adalah cahaya ku. jadi.. kau harus terus bersinar untuk ku.”

“oppa.. Kau adalah cahaya ku juga. Aku bahkan tidak pernah mampu melakukan apapun tanpa dirimu.”

“Kau pernah bilang impian mu adalah menjadi seorang penyanyi bukan?”

“impian mu juga menjadi penyanyi kan?” ia tersenyum kecil

“Ye. Tapi aku ingin kau dan cahaya mu menjadi sinar untuk semua orang.. wujudkan impian mu. Jangan biarkan siapa pun mengambilnya darimu. Itu kebahagianmu!”

“hm.. kalau begitu, bersinarlah bersama ku!” Dia tidak merespon, sepertinya dia masih mempertimbangkan hal itu. Aku mengulangi perkataanku, kali ini dengan sedikit desakan.

“oppa.. Aku akan bersinar jika kau mau bersinar bersama ku. jadi.. berjanjilah padaku, kau akan bersinar bersama ku.” setelah beberapa saat, oppa hanya mengangguk dan menatapku dengan senyum hangat yang menghiasinya. Senyum khas yang selalu kukagumi.

“bolehkah aku menjadi orang pertama yang mendapatkan sinar mu?” dengan cepat jung soo bangkit dari duduknya, ia menarikku dan membawaku tepat ke pinggir danau. Aku masih tidak paham apa maksudnya. Tapi kuturuti saja kemauannya.

“bernyanyilah!” seolah terhipnotis oleh kata-katanya, aku spontan membuka mulutku dan mulai bernyanyi . tembok keheningan disini seolah roboh dalam sekejap.

Kau yang terindah dari semua keindahan

Cahaya mu lebih terang dari apapun

Kehangatan sinarmu membuat hatiku terasa nyaman

Tak bisa kalau bukan kau..

Aku ingin terbang, terbang bersama mu

Menenbus hamparan langit biru dan berputar di gumpalan awan lembut

Bersama mu, hanya bersama mu seorang.. Cahaya abadiku..

Butiran kristal bening mengalir di sela pipiku, namun ku biarkan begitu saja. Ku akhiri nyanyian ku saat tubuh mungilku merasakan kehangatan pelukan jung soo. Aku menangis dalam pelukannya, dan ia hanya mengelus lembut rambut panjangku yang memang sengaja kubiarkan terurai.

“oppa.. Saranghaeyo..” kecupannya medarat mulus di keningku, membuat tangan ku lebih erat lagi memeluknya..

***

“Jung in.. Jung in.. cepat! Ikut aku!” sambil tergopoh-gopoh Eunhyuk oppa tiba-tiba saja muncul dihadapan ku dan dengan seenaknya menarik-narik tangan ku tanpa seijin ku.

“Ya! Apa yang kau lakukan, kau mau bawa aku kemana?” aku berusaha melepaskan genggamannya tapi apa daya, kekuatannya jauh lebih besar dari kekuatan seorang yeoja mungil seperti ku ini.

“Park jung soo.. Jung soo.. dia.. tiba-tiba saja jatuh pingsan di kelas.” Ia menjelaskan dengan napas tersengal. Rupanya ia berlari dari kelasnnya untuk menemuiku.

“MWO?! Oppa.. wae?! Apa yang terjadi dengannya?! Dimana dia sekarang?!” langkahku kontan berhenti, telinga ku terasa panas dan jantung ku rasanya hampir saja berhenti berdetak. Bukan apa-apa, tapi jung soo ku ini belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Dan tentu saja kejadian ini membuatku sangat terkejut.

“dia.. sedang.. di ruang.. kesehatann.. hosshh..hoosshh..” tanpa aba-aba , aku langsung mengambil langkah seribu dan tidak memperdulikan eunhyuk oppa yang masih berdiri mengatur napasnya.

“YA! Jung in-sshi.. Park Jung In ! tidak bisa kah kau menunggu ku? Aku yang memberitahu mu! Aaiiisshh.. sial.”

Kulihat oppa sedang terbaring lemah di atas ranjang putih minimalize itu, ku dekati dia. Masih dalam diam, ku tatap wajahnya yang pucat pasi, ia begitu tenang. Dia kenapa? Ku genggam tangannya dan mulai berbicara.

“oppa.. apa yang terjadi? Apa kau sakit? Kenapa tidak memberitahu ku? oppa.. kau kenapa? Ayo bangun.. kau membuatku khawatir. Hikss..hhikks..” Aku meletakkan tangannya di pipi ku dan menciuminya sesekali. Tiba-tiba ia membuka matanya pelan, ia menatap ku lalu tersenyum.

“jung in.. kau menangis lagi? Wae? Na gwaenchana.. jangan menangis lagi.” Oppa duduk dan menyeka air mataku dengan sangat hati-hati. Aku begitu mengkhawatirkannya.

“oppa.. sebenarnya apa yang terjadi? Aku sangat khawatir saat tau kau pingsan.”

“Aku hanya mimisan biasa, dan tidak tau kenapa aku sampai jatuh pingsan. Aigoo.. lihat betapa lemahnya diriku. Sampai-sampai membuat yodongsaeng ku sedih. Sudah, jangan menangis lagi. Aku sudah tidak apa-apa sekarang.. kau lihat?” ia memeluk ku untuk menenangkan ku, aku pun hanya mengangguk dalam pelukannya.

“oppa.. jangan ulangi hal ini lagi. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pada mu. Aku tak ingin kehilangan mu. Aku sangat menyayangi mu oppa..”

“ye.. Aresseo!” akhirnya sambil terus memeluknya erat.

***

Aku masih terjaga menunggu jung soo oppa disudut ruangan yang berukuran 8 kali 8 meter ini, rumah kecil yang menjadi tempat tinggal ku dan oppa selama 5 tahun terakhir ini. Jam sudah menunjukan pukul 02.00 AM, Seperti biasa hari ini oppa pulang larut malam lagi, karena harus bekerja paruh waktu. Ia bekerja begitu keras, mulai dari pulang sekolah setelah mengantar ku pulang ia langsung berangkat ke sebuah minimarket dan bertugas sebagai kasir. Lalu malamnya, tepat jam 7 ia sudah harus lanjut bekerja di kedai minuman yang dibuka sampai larut malam. Setelah itu dia baru akan pulang pada jam 02.00 AM. Dan ia harus bangun pagi-pagi buta untuk mengambil koran dan susu untuk diantarkan kepada orang-orang yang menjadi pelanggan setia tempatnya bekerja. Sungguh aku tak tega melihatnya melakukan semua itu sendirian. Pernah sekali aku ingin berhenti sekolah karena merasa biaya sekolah yang terlampau jauh dari kapasitas perekonomian kami, tapi oppa malah memarahi ku dan menyuruh ku untuk lebih giat belajar agar tidak mengecewakannya. Tak jarang pula, aku memintanya untuk mengijinkan ku membantunya mengumpulkan uang, tapi lagi-lagi ia malah menyuruhku untuk rajin belajar dan giat berlatih piano. Aku hampir saja terlelap karena rasa kantuk yang begitu hebat. Tapi, gemuruh diperut ku membuat ku tak bisa tidur. Entah mengapa kali ini aku tak bisa menahannya, kali ini aku benar-benar sangat lapar. Mungkin oppa akan membawa pulang makanan untuk kami makan bersama. KRREKK!! Bunyi itu kontan menarik perhatianku, Rupanya Jung soo oppa sudah kembali. Kulihat ia menenteng sesuatu di tangan kanannya. Mungkinkah itu makanan? Aku langsung menghambur ke hadapannya..

“oppa.. akhirnya kau pulang.. hhehe.. aku hampir saja tertidur.” Mulutnya mengeluarkan uap, kulihat tangannya sedikit gemetaran. Aku langsung menggenggam kedua tangannya.

“oppa.. kau kedinginan?”

“kenapa kau menunggu ku? besok kau harus sekolah Jung In. Kau bisa terlambat.. jangan kau ulangi lagi..” Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, dan akhirnya mengangguk.

“Aku lapar.. Apa kau membawa makanan?” ia mengangkat tangan kanannya dan menunjukan sekotak makanan. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil kotak itu dari tangan Jung soo dan bersiap untuk menyantapnya.

“em.. ini enak sekali.. oppa.. kau sudah makan?” Jung soo duduk di hadapan ku, ia tersenyum. Senyum manis yang khas.

“kau makanlah yang banyak..” aku yakin, ia pasti belum makan.

“oppa.. ayo makan bersama ku, kau pasti lapar. Ayo, tidak apa-apa. Aku tidak begitu lapar. Sungguh!” Aku menyuapnya sekali, tapi ia mengelak.

“tidak, kau makanlah. Aku tidak lapar.”

“Jung soo-ah, kau harus makan! Seharian kau tak makan, kau bisa jatuh sakit! Superman saja perlu makan, apalagi dirimu! Ayo, makan bersama ku. jangan terlalu mengkhawatirkan ku, aku bukan anak kecil..” kali ini ia tidak mengelak lagi, ia pun makan bersama ku. Ommo.. betapa sulitnya hidup kami. Sampai makan pun harus berbagi seperti ini.. oppa.. suatu saat nanti kita tidak akan seperti ini lagi, aku akan membuat mu bahagia. Aku janji !

***

Saat yang dinanti-nanti pun tiba, aku dan Jung soo kini berdiri di ruang audisi yang sama. Setelah sekian lama kami berjuang untuk hal ini. Ah.. tidak. Maksud ku setelah sekian lama jung soo ku berjuang mati-matian agar aku bisa berada di ruang ini. Aku tidak sanggup melihatnya bekerja sekeras itu, tapi itu yang dia inginkan. Jadi.. aku hanya bisa menurut. Sekarang, semua kerja kerasnya akan terbayar di ruang audisi ini, meski belum tentu lolos tapi aku yakin kami pasti lolos. Kami akan bersinar bersama dengan cahaya yang kami miliki. Setelah memperkenalkan diri, Aku duduk di balik sebuah piano putih, dan Oppa langsung memetik gitarnya santai. Kami bernyanyi bersama dan saling tersenyum. Saat-saat seperti ini, adalah saat yang sangat membahagiakan dalam hidup ku. sudut mataku menangkap ekspresi kekaguman dari setiap juri yang ada diruangan ini. Aku tampak lega akan hal itu, sampai pada akhir nya aku mendengar tawaran yang mereka ajukan, semua kelegaan itu musnah dalam sekejap.

“kami hanya membutuhkan seorang penyanyi yang punya suara bening seperti dirimu. Jadi, bisakah kau maju sendiri tanpa Park Jung soo disisimu?” Ommona.. hanya aku? Tanpa Park Jung Soo? Oppa.. apa yang harus kulakukan? Ini impian terbesar ku, dan kau.. cahaya ku? selama ini kau selalu bicara tentang pilihan. mungkinkah saat ini aku sedang dihadapkan dengan pilihan itu? Aku menatap Jung soo lekat-lekat, mataku sedikit berkaca-kaca. Ia balas tatapanku dengan segaris senyum dibibirnya. Apa ini? Kenapa dia tersenyum? Aku menggenggam tangannya erat, dan kembali menatap para juri yang sedang memandang ke arah kami. Saat aku akan menjawab, jung soo langsung memotong ucapan ku.

“An..”

“Ne. Dia bersedia melangkah maju tanpa diriku, jika itu bisa mewujudkan impiannya.” Mwo? Apa katanya tadi? Aku bersedia? Tidak! Tidak! Aku sama sekali tidak bersedia.. oppa ada apa dengan mu? Kenapa kau melakukan ini? Bukan kah kau sudah berjanji akan bersinar bersama ku? Lalu apa ini?

“oppa.. apa maksud mu?”

“Mulai sekarang, kau harus berjuang tanpa ku. aku akan selalu mendukungmu!”

“Baiklah.. Park jung in, kau lolos! Chukkae-hamnida..” Air mata ku jatuh membasahi pipi putih mulus ku. Aku menyekanya dengan kasar.

“Oppa! Apa yang kau lakukan?!”

“Park Jung In, Chukkae-hamnida! Ayo pergi, kita harus segera merayakan ini..” oppa memberi salam kepada semua orang yang ada di ruangan ini lalu merangkul ku keluar ruangan. Di sepanjang jalan, aku terus menangis dan bertanya tak beraturan.

“oppa, aku memang sangat ingin menjadi penyanyi. Tapi mengorbankan mu demi impian ku, bukan ini yang ku inginkan.” Aku menghentikan langkah ku dan menahannya agar bisa mendengar ucapanku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan gerimis yang sedang turun dengan rapinya.

“mengorbankan ku? apa maksud mu?”

“Kenapa kau melakukan hal ini? Bukan kah ini juga impian mu? Bukankah ini kebahagianmu? Kenapa kau melepasnya begitu saja?” dia malah terkekeh mendengar perkataan ku. kini, gerimis sudah berubah menjadi hujan yang cukup deras, Oppa menarik tangan ku untuk segera mencari tempat berteduh sementara. Tapi karena kesal, aku langsung menepis tangannya.

“Kenapa kau mengingkari janji mu? Cahaya ku dan cahaya mu harusnya jadi satu. Kita akan bersinar bersama. tapi kenapa kau melepas ku? kenapa membiarkanku berjalan sendirian? Kau tau aku tidak pernah bisa tanpa mu.. tapi kau malah melakukan hal ini. Apa kau sudah lelah menjaga ku? harusnya kau tidak melepas kebahagiaanmu untuk ku! kau sungguh kejam!” aku memukul-mukul dada bidangnya, sambil terus menangis keras. Ia menahan kedua tangan ku dan mulai berbicara.

“Mianhae jung in, tapi bagaimana pun juga hanya ini satu-satunya cara agar kau bisa menunjukan sinarmu pada seluruh dunia! Kau memang tidak pernah bisa tanpa ku, untuk itu kali ini kau harus berjuang mewujudkan impian mu tanpa ku. aku yakin kau pasti bisa!”

“lalu bagaimana dengan mu? Kebahagiaan mu kau lepaskan demi aku..” sekali lagi ia tersenyum.

“Aku tidak pernah melepas kebahagiaan ku.. kau tahu? kebahagiaan ku adalah melihat mu bahagia jung in. Jadi, segera temukan hal itu! Dan buat aku bahagia.. Aku akan selalu menantikan saat-saat itu.” tanpa aba-aba, aku langsung berhamburan ke pelukannya. Aku memeluknya erat, sangat erat. betapa beruntungnya aku punya oppa seperti dirinya, betapa Tuhan begitu baik mengirimkan Park jung soo untuk yeoja bodoh seperti ku.

“oppa.. gomawo.. jeongmal gomawo. Pasti! Aku pasti akan berjuang untuk mu, untuk kebahagiaan mu!”

***

Sudah 5 bulan aku menjalani trinee, dan sekarang tiba saatnya bagi ku untuk memulai debutku. Tapi, sungguh diluar perkiraan ku. aku akan memulai debut ku di negri tetangga, jepang. Itu artinya aku harus meninggalkan Jung soo selama setahun. Ya, aku harus melakukan itu. Ini juga demi kebahagiannya. Saat ini, aku, Jung soo dan rekan-rekan ku sudah berada di bandara, menunggu penerbangan selanjutnya menuju jepang. Ini terasa begitu berat, padahal tadinya aku pikir semuanya akan berjalan lancar kalau Jung soo tidak datang mengantar ku. tapi tak apalah, sebenarnya aku juga sangat ingin bertemu dengan nya sebagai pertemuan terakhir untuk 1 tahun mendatang. Namja itu terus menggenggam tangan ku, Aku pun tak ingin melepaskan genggaman itu.

“oppa.. kau akan merindukan ku?”

“tentu. Aku akan selalu jadi orang pertama yang merindukanmu!” senyum itu, membuat ku tak ingin berpisah dengannya. Aku tau aku pasti akan sangat merindukannya.

“kau masih ingat janji mu?” ia hanya mengangguk mantap, dan tetap tersenyum.

“gomawo.. berjanjilah kau akan menunggu ku oppa..” ku sudorkan jari kelingking ku ke arahnya, ia pun balik menyodorkan kelingkingnya dan langsung mengaitkannya dengan jari ku.

“Jung in-ku, aku berjanji padamu! Kau bisa pegang janji ku?”

“Tentu! Aku selalu memegang semua janji mu. Dan semua janji mu selalu ku simpan disini!” masih tersenyum, ku tepuk-tepuk dada ku. oppa hanya tersenyum geli melihat tingkahku.

“Oppa.. jangan lupa menelponku!”

“ye… aku pasti akan sering menelpon mu. Aku juga akan mengirimkan surat untuk mu.. Eum.. tapi.. Kau tidak perlu membalasnya, itu akan menyita waktu mu. Saat kau selesai membaca surat itu.. kau cukup tersenyum saja. Arraseo?” Aku masih sedikit bingung kenapa aku tidak boleh membalas suratnya, tapi tak apalah. Asalkan dia mau mengirimkan surat dan menelpon ku saja sudah membuat ku senang setengah mati. Aku pun mengangguk beberapa kali dan tersenyum di akhirnya.

PERHATIAN KEPADA SELURUH PENUMPANG DENGAN TUJUAN ILBON (JEPANG) NO PENERBANGAN xxxx HARAP SEGERA MEMASUKI PESAWAT KARNA SEBENTAR LAGI AKAN LEPAS LANDAS. TERIMA KASIH!

“jung in-sshi, kaja!” Aku mengangguk pada kyuhyun salah satu rekan trinee ku. ku tatap oppa yang terus memandangku. Aku tersenyum padanya, dia pun melakukan hal yang sama. Kami berpelukan, pelukan yang erat. sangat erat seolah tak bisa dilepaskan. Aku hampir saja menangis, tapi ku usahakan agar bisa sekuat mungkin.

“oppa.. hubungan kita tak bisa diutarakan dengan apapun. kita saling mencintai dan memiliki, kalau pun ada kata lain yang lebih dari Cinta dan Ketulusan. Mungkin itu lah kita! Jadi.. saat aku pulang nanti, akan ku beritahu apa yang bisa menggambarkan hubungan kita ini!” Jung soo mengangguk dan mengecup keningku lembut. Setelah itu, aku berlalu dari hadapannya. Tak berapa lama, pesawat pun lepas landas meninggalkan Seoul dan segala Hiruk-pikuknya.

***

Park Jung Soo P.O.V

Setelah Jung in pergi, aku pun beranjak dari bandara tersebut. Namun, saat akan keluar dari bandara, kepala ku terasa sangat sakit seolah sebentar lagi akan meledak. Kedua tangan ku spontan memegang kepalaku, berusaha untuk menahan rasa sakitnya. Tapi tak terjadi apa-apa, semakin lama rasanya semakin sakit. Sedetik kemudian, aku merasakan ada sesuatu yang kental keluar dari hidung ku. ku biarkan tangan ku menyelidiki apa yang mengalir di hidungku. Ternyata aku mimisan lagi.. Aissh.. kenapa aku sering sekali mimisan? tapi kepala ku.. Ada apa ini? Aiishh.. sakit sekali. Mataku pun mulai kabur, sebenarnya apa yang terjadi.. tiba-tiba saja BRRUKK!! Tubuhku jatuh menyentuh lantai bandara, dan seketika itu semuanya berubah gelap pekat tanpa suara.

Aku membuka mataku pelan, sebuah langit-langit ruangan yang asing berada tepat diatasku. Ku sapukan pandangan ke sekelilingku, tampak seorang Pria paruh baya sedang duduk tepat disamping ku. raut kecemasan tampak diwajahnya. Aku tidak tau sedang apa dia disini, aku bahkan tidak tau dimana aku sekarang..

“Anak muda, kau sudah sadar?” Pria paruh baya itu mendekati ku dan menatap ku dengan penuh harap. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

“Ahjusshi, apa ini rumah sakit?” sekali lagi aku menyapukan pandangan ku dan mata ku menangkap tabung oksigen besar di samping ranjang tempatku berbaring saat ini dan sebuah jarum infus sedang menyatu dengan pergelangan tangan ku.

“ye.. tadi kau pingsan di bandara. Jadi aku segera membawa mu ke rumah sakit. Tunggulah sebentar lagi, hasil pemeriksaan mu akan segera keluar.” jelas Ahjusshi itu sambil tersenyum damai. Aku hanya mengangguk pelan. Aku tidak mengerti kenapa dia mau menolong ku, padahal aku sama sekali tidak mengenalnya. Eumm.. tunggu sebentar, aku memang tidak mengenalnya tapi sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi dimana?

“oh ya.. kau tidak ingat aku?” Ahjusshi baik hati ini bahkan bisa membaca pikiran ku. sungguh hebat.. aku pun merespon pertanyaannya dengan gelengan kepala saja. Ia tersenyum lalu melanjutkan. .

“Waktu itu, aku mabuk dan kau yang mengantar ku pulang ke rumah setelah melihat ku tergeletak di jalanan sehabis dirampok.. saat aku sadar kau sudah tidak ada, padahal aku ingin mengucapkan terima kasih padamu. Dan tanpa sengaja, saat aku mengantar rekan bisnis ku ke bandara, aku menemukanmu tergeletak di kerumunan orang banyak. Jadi.. aku langsung saja membawa mu kesini. Tuhan sungguh sangat baik, mempertemukan kita disaat yang tepat.” Sudah kuduga, kami pernah bertemu sebelumnya, tapi kejadian itu sudah lama sekali, kira-kira setahun yang lalu. Saat aku masih kelas 2 SMU. Aku saja sudah melupakannya.

KREK ! pintu terbuka, diikuti seorang dokter dan perawat dari balik pintu. Mungkin ia membawa hasil pemeriksaan ku. Aku pun bangkit dari tidur ku dan duduk di pinggir ranjang. Tanpa basa-basi, dokter tersebut langsung menyerahkan sebuah amplop padaku, ia lalu menepuk pelan pundak ku, dan sempat mengatakan sesuatu tapi aku tidak mendengarnya. Ku buka amplop tersebut dan mulai membaca isi nya dengan sangat hati-hati.. Mataku menemukan Dua buah kata yang dalam sekejap mampu membuat ku lemas tak berdaya.. mata ku berkaca-kaca dan akhirnya aku pun menangis hingga terisak.

***

“yeoboseyo?” ucap ku pelan.

“yeoboseyo.. oppa! Kenapa tidak menelpon ku? padahal aku menunggu telpon darimu! aku sangat merindukan mu.. apa kau tidak merindukanku? Huh. Menyebalkan!” nada Jung in seperti menggambarkan kekhawatiran dan kekesalannya pada ku. aku hanya tersenyum. tidak tau harus beralasan apa. Sebenarnya, aku memang sengaja tidak menghubunginnya 3bulan ini, tapi ia malah menghubungi ku.

“Ah~ mianhae Jung in. Akhir-akhir ini, aku sangat sibuk. Jadi aku tidak sempat menghubungi mu. Eum.. bagaimana keadaan mu? Apa kau baik-baik saja? debut mu bagaimana? Apa semuanya berjalan lancar?” Aku menghujani nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang kontan muncul dipikiranku. Ku dengar ia tertawa geli diujung telpon.

“Aku baik-baik saja oppa.. semuanya berjalan lancar, album ku sudah dirilis dan sudah sold lebih dari 35.000.000 keping. Bukan jumlah kecil untuk pendatang baru seperti ku! hhaha . . aku benar-benar sangat gembira.”

“Jung in, sebentar lagi kau harus tampil.. cepat beriap-siap!” samar-samar kudengar suara seorang namja dari ujung telpon. Mungkin saat ini Jung in sedang sibuk, tapi ia malah menyempatkan waktu untuk menelpon ku. Jung in seandainnya saja kau tau yang sebenarnya.. ah tidak! Kau tidak boleh tau apa yang sebenarnya terjadi padaku!

“Ah~ ne! Oppa.. nanti kutelpon lagi, aku harus segera bersiap-siap untuk penampilan panggungku. Jaga dirimu..” Aku seperti tidak ingin mengakhiri percakapan ini dengan cepat, tapi apa boleh buat, biar kan saja. toh Jung in juga saat ini sedang sibuk.

“Jung in-ah , jangan menelpon ku lagi. Karena aku juga sangat sibuk. Sebaiknya kita berhubungan lewat surat saja. biar aku yang mengirimkan surat untuk mu.. kau tidak perlu membalasnya.”

“baiklah. Bye-bye!” ia menutup telponnya. Aku pun kembali meletakan ponsel ku di nakas samping ranjang.

***

Park Jung In P.O.V

Sudah 7 bulan aku dan Jung soo oppa berhubungan hanya melalui sepucuk surat. Dan selama itu pula, aku hanya diperbolehkan membaca surat darinya tanpa harus membalas surat-surat tersebut. Tapi semakin lama, isi surat-surat itu membuat ku tidak nyaman. Hari ini masuk bulan ke 8, dan saat ini aku sudah menerima sepucuk surat baru darinya.

Dear My Light,

Annyeong hasseyo? Lama tidak bertemu. Ini surat ke-delapan yang kukirimkan untuk mu. Apa kau senang? bagaimana karir mu? Jung in.. danau tempat kita kini semakin indah, karena ini musim semi banyak bunga yang bermekaran disana. Aku ingin menunjukan nya padamu, aku bahkan ingin pergi kesana bersama mu, tapi itu rasanya tidak mungkin. Oh yaa.. ada satu pertanyaan yang ingin ku tanya kan padamu. kalau suatu saat nanti Aku menghilang dari sisimu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mencari ku? Apa kau akan menangis karena itu? Ku harap tidak. Nanti ku lanjutkan lagi surat ku. sampai jumpa di surat selanjutnya! Bubbay ^^

Tertanda : Orang yang paling mencintaimu, Park Jung Soo 🙂

Aku tidak mengerti, kenapa dia bertanya seperti itu. Kalau itu terjadi, tentu aku akan mati! Aku tidak bisa hidup tanpanya. Dia alasanku untuk hidup dan bercahaya, jika dia menghilang dari hidupku untuk apa lagi aku hidup? Jung soo ppabo!

1 bulan kemudian..

Dear My Light,

Annyeong.. ^^ Jung in, aku sangat merindukanmu ! kau juga merindukan ku bukan? Saat ini aku benar-benar sangat ketakutan, menurut mu apa yang harus ku lakukan? Aku sudah berdoa, tapi rasa takut itu tidak pernah hilang. Sudah 9 bulan aku hidup dalam ketakutan seperti ini. Lalu aku harus bagaimana? Aku semakin takut, jika kau kembali nanti kau akan membenci ku.. berjanjilah kau tidak akan membenciku. Seandainya kau ada bersama ku saat ini, pasti aku tak akan ketakutan lagi 🙂 Jung in, saat seseorang menghilang dari dunia ini, kemana dia akan pergi? Mungkinkah dia akan bertemu dengan Tuhan? Lalu, Apa dia bisa bertemu lagi dengan orang  yang ia sayangi? Huh, kenapa semua ini harus terjadi? Aku masih begitu menyayangi mu, dan ingin menjaga mu lebih lama. Tapi sepertinya dunia telah menolakku! Aku benar-benar kesal.. baiklah. Nanti kulanjutkan lagi. Sampai jumpa disurat berikutnya! Bubbay ^^

Tertanda : cinta dan sahabat mu, Park Jung Soo. :*

Surat ini, kenapa isi nya seperti ini? Apa benar ini oppa ku? kenapa isinya seolah dia akan pergi jauh.. Kenapa kau berkata aku akan membencimu? Sampai matipun, aku tidak akan pernah membencimu. Kenapa bertanya seperti itu? Aku juga tidak tahu mereka akan kemana.. tapi mungkin mereka tidak akan bisa bertemu dengan orang yang mereka sayangi. oppa, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Katakanlah dengan jelas! Kau membuatku khawatir..

Bulan berikutnya dengan surat dari Jung soo..

Dear My Light,

Annyeong ^^ Jung in, sebaiknya kita akhiri saja permainan kita ini. Aku rasa aku sudah tidak bisa lagi menepati janjiku. Tidakkah kau berpikir kita sangat berlebihan? Aku tidak boleh mencintai yeoja lain selain dirimu. Dan kau pun tidak boleh mencintai namja lain selain diriku.. aku pikir itu sangat konyol! Saat ini, aku sudah menemukan yeoja lain yang sangat kucintai, aku harap kau juga segera menemukan namja lain yang bisa mencintai mu dan menjagamu jauh lebih baik dariku. Danau itu, masih ada.. saat kau pulang nanti, kalau masih sempat aku ingin pergi bersama mu sekali lagi sebelum semuanya berakhir.. baiklah, sampai jumpa dikorea. Bubbay ! ^^

Tertanda : Cahaya abadi mu, Park Jung Soo ^^

Tidak! Kau tidak boleh mencintai yeoja lain selain ku, kau sudah berjanji padaku. kau tidak boleh meninggalkan ku! Aku juga tidak akan pernah mencari namja lain selain dirimu! Dan semua ini bukan lah permainan!

***

Park Jung In! Hanya 1 tahun, tapi itu mampu membuat ku menjadi Top Star yang sudah bisa menembus industri permusikan Dunia. Semua ini berkat kebaikan Tuhan dan ketulusan mu Park Jung Soo.. Aku berjalan sambil menarik koperku, ku sapukan pandangan ke segala arah. Semuanya tampak begitu histeris menatap ku, Aku hanya bisa tersenyum dan melambai sopan. Setelah itu aku langsung melangkah masuk kedalam mobil ku. tanpa buang waktu, aku langsung melesat pergi dari bandara, mencari orang pertama dan satu-satunya orang yang akan ku temui, Park Jung Soo ku, Cahaya Abadi ku!

Akhirnya aku tiba di rumah milik kami –jung soo dan aku-. Aku melangkah masuk dalam diam, berniat untuk memberikan kejutan padanya. Ia sedang berdiri memunggungi ku, dan tampaknya ia sedang sibuk melakukan sesuatu, ku rasa ini saat yang tepat. Hana.. Dul.. Set.. !

“Kejutaaaannnn….” kedua tangan ku menutup sepasang mata indah Jung soo dari balik tubuh nya. Aku masih tetap tersenyum, namun senyum itu langsung sirnah saat ujung jari kelingking kanan ku menyentuh ‘sesuatu’ yang kental didekat hidung Oppa ku. aku tak bergeming, ku turunkan lagi jemari-jemariku dan menyentuh ‘sesuatu’ yang kental itu, untuk sepersekian detik aku melakukan hal itu. Ku hentikan kegiatan itu lalu menarik telapak tangan ku dan melihat apa yang sebenarnya melekat diwajahnya. Ommo.. Apa ini? Ini… DARAH?! Refleks ku putar posisi tubuh Jung soo menghadap ke arah ku, banyak darah segar yang mengalir keluar dari hidungnya. Rupanya yang menyita perhatiannya sedari tadi adalah gumpalan-gumpalan darah segar ini.. Dia mimisan lagi? Tapi kenapa darahnya hitam pekat seperti ini? Pelan-pelan ku usap setiap inci wajahnya yang menjadi jalur mulus mengalirnya darah segar itu. Darah itu terus mengalir tanpa henti, aku langsung mendongakan wajahnya ke arah langit-langit rumah dan mendudukkannya di kasur kecil yang sudah berlahun-tahun menjadi tempat tidur kami. Ia tersenyum pada ku, senyuman yang selalu ku dapatkan saat bersamanya. Tak berapa lama, mimisannya pun berhenti. Dan tepat saat itu aku tidak bisa lagi membendung rasa kekhawatiran dan katakutan ku, perasaan itu pun meluap bersama dengan butiran-butiran bening yang berjatuhan tak beraturan, ku peluk Jung soo erat.

“Kau sudah datang? Kenapa tidak mengabariku? Aku kan bisa menjemputmu Jung in..” Dia melepaskan ku dari pelukan itu. Aku kembali memeluknya..

“Aku merindukan mu oppa.. Aku sangat merindukan mu.”

“Nado bogoshipeo..” Ia mengecup lembut kening ku, aku melepaskan pelukan itu, dan kembali berbicara..

“oppa.. kau mimisan lagi? Apa selama aku pergi kau juga selalu seperti ini? Kenapa kau sering sekali mimisan? Apa kau sakit? Kalau benar, katakan saja. aku bisa merawat mu.. aku bisa menjaga mu.. kau jangan khawatir..” Jung soo tersenyum padaku. ia lalu bangkit dan mengambil sebuah amplop dari dalam lemari, dan di berikannya padaku. aku masih bertanya-tanya untuk apa dia memberikan ku amplop, tapi semuanya terjawab saat amplop itu sudah berada dalam tanganku.

“apa ini.. oppa.. kau.. ka..kau.. mengidap.. Kanker otak Stadium akhir?!” sekali lagi aku menangis, kali ini hati ku seperti ditusuk berbagai benda tajam berkali-kali. Aku masih memegang amplop itu. Jung soo hanya mengangguk dan tersenyum. ia masih bisa tersenyum saat penyakit mengerikan itu mencengkram hidupnya? Oppa.. apa yang kau pikirkan?

“Jadi.. ini kah alasan mu ingin mengakhiri semua janji kita dan menyuruhku untuk mencintai namja lain? Karena kau sudah tidak bisa menjaga ku lagi? kenapa kau tidak pernah memberitahukannya pada ku? kenapa kau memilih untuk menyimpannya sendiri? Kenapa kau selalu menyembunyikan semua hal yang harusnya kuketahui? Kenapa kau harus berbohong? Selama setahun kau terus hidup dalam ketakutan, selama setahun pula kau berjuang sendiri untuk bisa lepas dari penyakit ini, sementara aku tidak tau apa pun tentang hal ini.. Aigoo, betapa bodohnya aku!” Aku mengaca-ngacak rambut ku frustasi. Jung soo oppa mendakati ku dan menggenggam tangan ku.

“Mianhae.. aku tidak ingin kau mencemaskanku dan menangis untuk ku. tenanglah.. semuanya akan baik-baik saja..” Semuanya akan baik-baik saja? tidak!

“oppa.. berhentilah menenangkan ku! kau membuat ku terlihat bodoh! Tidakkah kau tau aku sangat mencintai mu? aku tidak pernah bisa melakukan apa pun tanpa mu.. dan sekarang saat aku mengetahui kebenarnya, kau malah terus tersenyum.. apa kau mengerti bagaimana perasaan ku sekarang? Apa kau tau bagaimana jadinya aku tanpa mu? Appa sudah meninggalkan kita karena hal ini, dan sekarang kau juga akan pergi karena hal yang sama? Ya tuhan.. Kau sungguh tak adil.. kenapa kau ingin mengambilnya juga dari ku? Kenapa kau mengambil orang-orang yang kusayangi?” entah mengapa.. aku seperti hampir gila.. Aku langsung berlari meninggalkan Jung soo.. aku berlari dan terus berlari, aku sadar Jung soo sedang mengejarku tapi itu tidak menghentikan langkah ku. Sampai akhirnya langkah ku berhenti di sebuah bangunan tua yang dulu selalu ku kunjungi bersama Appa, eomma , dan jung soo oppa. Aku masuk dengan langkah gontai, lalu berlutut di depan Altar dan mulai berbicara dengan air mata yang tidak berhenti mengalir..

“Aku datang Tuhan, aku datang kehadapan mu sekarang. Aku berlutut di hadapan mu. aku memohon padamu.. apa kau melihat hal ini? Apa kau melihat kehancuranku saat ini? tidak bisakah kau membiarkan Jung soo hidup bersama ku? tidak bisa kah kau membiarkan nya berbahagia dengan ku? kenapa secepat ini kau ingin mengambilnya? Kenapa kau harus mengambilnya dari sisiku? Kenapa kau harus mengambil orang-orang yang ku sayangi? Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup ku tanpa dia? Dia satu-satunya alasan ku untuk hidup, dan sekarang kau ingin mengambilnya dariku.. Apa yang harus ku lakukan? Tolong.. jangan ambil dia dari ku! biarkan dia tetap bersama ku.. aku mohon.. biarkan dia tetap hidup, aku sangat menyayanginya. Aku tidak bisa hidup tanpa dia.. tuhan.. tolong.. jangan ambil dia dari ku.. jangan.. jangan..lakukan itu..kali ini biarkan dia bahagia bersama ku.. ku mohon, lepaskan dia dari penyakit itu.. jangan ambil dia.. aku mohon.. jangan.. jangan .. ambil dia tuhan..” Aku tetap bertulut dan menangis, ku harap Tuhan mendengar semua ini.. tanpa ku sadari, Jung soo oppa sudah berlutut di samping ku dan ikut berdoa bersama ku..

“Tuhan, hari ini aku datang ke rumahmu.. terima kasih tuhan, terima kasih atas segala kebaikan yang telah kau anugrahkan kepada ku. terutama Jung in, Apa kau tau? Dia adalah anugrah terindah dari mu.. aku sangat menyayangi anugrah mu ini.. betapa kau begitu baik pada ku, memberiku kehidupan dan mengijinkanku untuk bertemu dengannya di kehidupan ini. Aku benar-benar mensyukuri itu bapa.. meski umur ku tidak panjang lagi, tapi sungguh aku tidak pernah menyesali itu. Justru aku sangat bersyukur, kau masih begitu menyayangi ku dan Jungi in. Tuhan, mungkin tidak lama lagi aku akan bertemu dengan mu, dan itu artinya aku akan meninggalkan Jung in sendirian. Bisakah kau menjaganya untuk ku? Aku menitipkannya padamu. Aku yakin dia akan baik-baik saja meski aku tak ada disisinya lagi.. Aku tidak ingin melihatnya menangis untuk ku. jadi menurut mu, apa yang harus kulakukan? Aku berharap, saat waktunya tiba nanti ia tidak akan menangisi kepergian ku.. Sekali lagi terima kasih Tuhan.. Aku bersyukur dilahirkan didunia ini sebagai seorang kakak dari Park Jung In. Terima kasih.. Aku mencintai mu Bapa.. Amin!” sedetik kemudian ia balik menatap ku dan tersenyum lalu mengusap habis air mata ku, kenapa dia berdoa seperti itu.. apa dia sudah pasrah? Sebenarnya, setelah mendengar doa nya, mata hati ku sedikit terbuka. Aku rasa aku sudah bisa menerima kenyataan ini walau hanya sedikit saja. Aku langsung memeluknya hangat.

***

Esok harinya..

“Jung in aku ingin meminta sesuatu dari mu..” Aku menatapnya dalam, ia pun menatap ku dengan tatapan yang tak kalah dalamnya.

“Hmm. Apa itu?”

“Bisakah kau menjadi kekasihku sehari saja?” tanpa pikir panjang aku langsung mengangguk mantap.

“Tentu. Apa pun itu, Aku akan melakukannya untuk mu.” aku tersenyum seraya menggenggam tangannya.

“Gomawo.. baiklah. Hari ini.. Park Jung In adalah Kekasih dari Park Jung Soo! Mari kita pergi bersenang-senang..” Jung soo tampak begitu bersemangat, tapi sesemangat apapun ia saat ini tetap saja tidak bisa menyembunyikan wajah pucatnya itu. Aku menahannya sebentar dan berkata..

“tapi kau sedang sakit.. aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu..” garis kekhawatiran dan ketakutan jelas terlihat diwajahku. Oppa lalu menggeleng sambil tersenyum.

“Kau akan melakukan apa pun untukku kan? Bersenang-senanglah bersama ku!” kedua telapak tangannya mendekap wajahku. Aku sempat berpikir sebentar tapi entah mengapa akhirnya ku anggukan kepalaku tanda setuju. Jung soo terlihat sangat senang, kami pun langsung menuju ke Everland, taman bermain yang selama ini ingin kami kunjungi bersama. dan setelah sekian lama kami memimpikan hal ini, saat ini untuk pertama kalinya kami bisa datang ketempat ini untuk bersenang-senang bersama. kami mengunjungi setiap wahana yang ada disini, dan itu sungguh menyenangkan. Ku lihat Jung soo sangat menikmati semua ini, aku pun ikut senang karena ini.. matahari sudah berwarna jingga di ufuk barat. Aku pun mengajaknya untuk segera pulang, tapi ia malah menarikku ke sebuah box foto untuk berfoto bersamanya. Jadilah kami berfoto bersama-sama.. semua ini sungguh menyenangkan. Pertama kalinya dalam hidup ku dan Jung soo, kami bisa menikmati setiap kesenangan yang selama ini ditawarkan dunia.

“Jung in, aku masih ingin jalan-jalan sebentar.. mau menemaniku?” anggukan mantap dengan senyum manis ku berikan untuk nya, sekali lagi ia menggandeng tangan ku hangat dan mengajak ku ke suatu tempat yang sudah bisa ku tebak, danau tempat kami sering bersama, satu-satunya tempat indah yang tak mengeluarkan uang. Saat tiba di sana Jung soo berlari-lari kecil di taman pinggir danau dan berputar-putar merasakan kebaikan Alam yang menyambut kami. Aku pun ikut melakukan hal yang sama.. aku berharap waktu berhenti saat ini juga agar tak ada perpisahan diantara kami.

“Dimasa depan, aku mungkin tidak bisa lagi merasakan keindahan tempat ini. Ini akan jadi kali terakhir bagi ku untuk datang bersama mu ditempat ini..” aku duduk di rerumputan yang ada dipinggir danau bersama Jung Soo yang duduk dan menyandarkan kepalanya di pundakku.

“jangan berkata seperti itu..”

“Jung in.. terima kasih.. untuk segalanya. Untuk Cinta, Ketulusan dan Kebersamaan yang selama ini kau berikan padaku. terimakasih untuk kesetiaan mu selama ini, terima kasih karena memberikan cinta mu hanya untuk ku, terima kasih untuk kepercayaan mu padaku, terima kasih sudah hadir dalam hidup ku, terima kasih karena kau sudah menganggap ku ada. Dan Terima kasih kau membutuhkan ku dalam hidup mu, Aku benar-benar berterima kasih padamu. Didunia ini, hanya kau satu-satunya orang yang mengganggap ku ada dan membutuhkan ku disisimu. Hanya kau satu-satunya orang yang tulus mencintaiku dan selalu mengkhawatirkanku. Hanya kau satu-satunya orang yang selalu menangis untuk ku dan takut kehilangan ku. Hanya kau satu-satunya alasan ku untuk tetap hidup dan merasakan keindahan Dunia ini. Saat aku melihat mu tersenyum, Aku berpikir aku bisa hidup lebih lama lagi untuk mu. maaf kan aku, tidak bisa menjaga mu dengan baik dan tidak pernah memberikan kehidupan yang layak untuk mu.. Aku sungguh minta maaf. Maafkan aku, jika aku harus meninggalkan mu secara tiba-tiba..”

“Oppa.. aku juga sangat berterima kasih pada mu.. kau adalah oppa terbaik dan terhebat di seluruh dunia. Aku bersyukur telah di pertemukan dengan mu dalam satu rahim yang sama.. meski aku tidak pernah merasakan kemewahan dunia ini, aku tak masalah. Asalkan ada kau, aku sudah sangat bahagia.kau sudah menjaga ku dengan sangat baik, Apa kau lupa? Aku jadi seperti ini karena dirimu..  semua ketenaran dan kemewahan ini kudapat karena kerja keras dan ketulusan mu. Jadi.. jangan merasa bersalah lagi. tetaplah disisiku selamanya..” Oppa memegang kedua pundakku lalu mencium ku lembut, setelah itu dia memelukku hangat dan mengucapkan sebuah kalimat singkat..

“Park Jung In, Saranghaeyo!” ia memelukku sangat erat, erat sekali, lebih erat dari semua pelukan yang pernah ia berikan padaku.

“Na do Saranghae.. Park Jung soo!”  akhirnya dan tersenyum. cukup lama kami berpelukan dan aku sangat menghargai saat-saat ini. Tak berapa lama, pelukan ini sedikit renggang. Ku coba memanggil nya pelan..

“oppa..” tak ada respon

“oppa.. kau bisa mendengar ku?” dia tidak merespon lagi dan tetap meletakan kepalanya dibalik pelukan ini. Aku pikir sesuatu telah terjadi, kulepaskan pelukan ini dan Jung soo langsung jatuh tergeletak tak berdaya di atas rerumputan itu. Ku lihat darah segar mengalir dengan sangat cepat dari  hidungnya. Segera ku hapus dengan kedua tanganku, sambil menangis aku terus berbicara pada nya berharap dia mendengar ku dan akan segera bangun.

“oppa.. apa yang terjadi? Kenapa tidak menjawap ku? kenapa tubuh mu jadi selemas ini? Ayo jawab aku.. kenapa seperti ini? Kenapa kau malah tertidur? Buka mata mu.. ayo buka matamu. Jangan seperti ini.. oppa.. jawab aku! Jangan diam saja! ini tidak lucu.. cepat hentikan permainan ini..” Tangan ku sudah berlumuran darah segar, aku terus mengguncangkan tubuhnya masih berharap dia akan bangun lagi. Air mataku semakin deras mengalir keluar.. tak berapa lama telapak tangan dan kaki jung soo menjadi dingin total. Tubuhnya pun perlahan-lahan ikut mendingin. Aku semakin kacau..

“Tidak! Tidak! Jangan lakukan ini oppa.. aku mohon jangan lakukan ini.. kenapa sekarang? Aku masih ingin bersenang-senang dengan mu.. sehari saja tak cukup! Oppa.. ayo bangun buka matamu! Aku sedang menangis.. tidak kah kau melihat ini? Ya! Park Jung Soo.. buka mata mu! kenapa kau diam saja! cepat buka mata mu.. ayo.. buka matamu.. kenapa kau meninggalkan ku disaat seperti ini? Aku baru saja bertemu dengan mu.. secepat itukah kau pergi dari ku? Aku masih ingin membuat mu bahagia.. Aku bahkan belum menemukan hal yang bisa menggambarkan hubungan kita. Ayo.. bawa aku bersama mu.. jangan tinggalkan aku sendirian. aku tidak ingin hidup sendiri di dunia yang kejam ini. Jung soo~ah, bangunlah, kumohon bangun… sehari lagi, beri aku sehari lagi bersama mu.. aku berjanji akan membuat mu bahagia. tolong.. jangan seperti ini.. hiikss..hiikskk.. bangun.. ayo bangun.. aku tidak punya siapa-siapa lagi selain dirimu.. ku mohon bangunlah. . jangan lakukan ini padaku..” Aku menangis diatas tubuhnya, menangis dan terus menangis.. Cahaya ku, kini telah Hilang. Apa aku masih bisa bersinar? Ku rasa tidak..

***

Hari ini adalah hari terakhir dalam hidupku untuk bertemu dengan Sosok seorang Park Jung Soo, sebentar lagi ia akan dimakamkan. Aku terus saja menangis melihat Tubuhnya yang terbaring lemas dalam peti mati putih bercorak keemasaan itu. Ku kira tidak akan ada orang yang datang melihatnya, ternyata dugaan ku salah. Aku lupa kalau sekarang aku adalah Artis yang namanya mulai meroket, tentu banyak rekan-rekan kerja ku dan teman-teman artis yang datang untuk mengikuti pemakaman ini. Saat aku tengah menangis, tiba-tiba seseorang memanggil namaku, suara itu sangat familiar di telinga ku.. kontan aku menoleh ke arah datangnya suara tadi. Ke temukan seorang Wanita paruh baya yang berdiri tak jauh dari tempatku duduk, ia tersenyum pada ku. Wajah itu.. senyuman itu.. aku tau betul itu milik siapa.. Kim Soo he, eomma yang selama ini meninggakan ku dan kakak. Aku langsung membuang muka, aku tidak ingin melihatnya. Untuk apa dia datang kesini? Bukankah dia sudah punya kehidupan sendiri, kenapa malah datang kesini?

“Jung in.. maafkan eomma. Eomma tau eomma tidak pantas, tapi eomma mohon padamu untuk tidak membenci eomma. Eomma sangat menyayangi mu..” ia mendekati ku dan menyentuh lembut rambut ku yang terurai. Karena kesal aku refleks mendorongnya menjauh dari ku. ia tersungkur, jujur aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Selama ini aku selalu berdoa agar suatu saat nanti dia akan kembali pada ku dan oppa. Tapi entah mengapa ada sesuatu dalam diri ku yang menolak kehadirannya, padahal saat ini aku sangat ingin memeluknya.

“jika kau sangat menyayangi aku dan Jung soo oppa, kenapa kau meninggalkan kami? Kenapa kau menelantarkan kami? Kenapa kau menganggap kami tidak pernah ada? Lalu untuk apa kau datang kesini? Kau ingin mancari aku atau oppa? Kalau mencari ku, pergilah! Aku tidak ingin bertemu dengan mu.. kau juga tidak akan pernah bisa bertemu dengan jung soo oppa! Jadi pergilah.. aku tidak membutuhkan mu lagi..kau datang disaat yang sangat terlambat..!” Aku berkata seenak mulut ku saja tanpa memikirkan perasaannya. Sekali lagi eomma mendekati ku.

“Jung in.. sungguh, eomma tidak bermaksud menelantarkan kalian. Eomma punya alasan untuk itu.. jadi tolong dengarkan penjelasan eomma..”

“Tidak! Yang kutau kau meninggalkan kami! Kau punya alasan? Alasan macam apa yang mengijinkan seorang eomma meninggalkan anaknya yang masih berumur 7 tahun sendirian, menitipkan kami di panti asuhan seolah kami sudah tak punya siapa-siapa lagi didunia ini. Aku sudah tidak membutuhkan mu lagi, aku sudah terbiasa hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, semuanya sudah kudapatkan dari jung soo oppa. Jadi kau pergilah, aku tidak butuh penjelasan mu! eomma ku sudah lama meninggal!” aku menghempaskan tangan nya yang tengah menggenggam tangan ku.

“Jung in, tolong jangan seperti ini. Beri eomma kesempatan sekali lagi.. biarkan eomma menjelaskan semuanya dulu. Eomma sangat menyayangi mu lebih dari apa pun didunia ini. eomma rela melakukan apa pun agar kau mau memaafkan eomma.. apa pun itu..”

“kalau begitu, apa yang bisa kau lakukan untuk ku? bisakah kau mambawa Jung soo kembali pada ku? bisakah kau menyatukan keluarga kita lagi? Bisakah kau mempertemukan ku dengan jung soo lagi? Kenapa.. kau Tidak bisa? Kau memang tidak pernah bisa melakukan apa pun untuk anak-anak mu.. Apa kau pernah mencari kami ? apa kau pernah memikirkan kami? Apa kau pernah mengkhawatirkan kami? Apa kau pernah berpikir begaimana keadaan kami saat kau menelantarkan kami? Kau tidak pernah tau bagaimana hidup kami setelah hari dimana kau melepas kami sendirian di dunia yang kejam ini, setiap hari aku terus menangis dan memanggil nama mu, tapi kau tidak pernah kembali. Jung soo oppa selalu menenangkan ku dengan sabar, dia terus menguatkan ku. Dia bekerja sangat keras, lebih keras dari yang kau bayang kan. Ia selalu pulang larut malam dan bangun di pagi buta, hanya untuk mengumpulkan uang demi masa depan kami.. tapi kau tidak memikirkan hal itu. Dia bahkan harus melawan penyakitnya sendirian, tanpa ada sosok ibu yang harusnya ada disisinya nya. Apa itu yang kau maksud Sayang? Aku sudah mendapatkan semuanya dari Park Jung Soo..” Aku berbicara tanpa menatapnya sedikit pun aku terus memandang ke arah Jung soo yang tertidur dalam peti matinya.. sekarang aku mengerti kenapa aku bersikap seperti ini pada eomma.. saat ini keegoisanku yang sedang berbicara padanya. Dan aku yakin oppa pasti tidak menginginkan hal ini, sebaiknya aku harus jujur pada eomma bahwa aku sangat merindukannya. Tapi terlambat..

“sekarang aku mengerti kenapa kalian tidak membutuhkan ku.. kalian punya cinta yang begitu kuat. Aku sungguh tidak pantas muncul di hadapan kalian lagi.. Jung in~ah, mianhaeyo jeongmal mianhae.. sampaikan hal itu pada Jung soo juga.. kuatkan dirimu, jangan menangis lagi.. eomma pergi dulu..” setelah mengecup keningku , kurasa ada kehangatan yang menyelimuti ku. kehangatan yang selama ini kurindukan, kehangatan yang selama ini ku impikan, kini ada di dekat ku. dan karena keegoisan ku aku hampir saja membiarkan dia pergi lagi. Saat eomma hampir menghilang di ambang pintu, aku langsung berlari cepat dan memeluknya dari belakang. Ku tumpahkan semua rasa sakit hati ku atas kepergian Jung soo di pundak eomma. Eomma lalu berbalik dan memeluk ku. memberiku kehangatan yang harusnya kudapatkan selama 10 tahun. . Aku terus menangis dan menangis.. Eomma pun ikut menangis bersama ku.. setelah itu kami berdua mendekati jasad Jung soo dan bersama-sama berdoa untuk nya..

                Terima kasih Jung soo.. kau memberiku satu kebahagian lagi. Kini , aku tak sendiri, aku masih punya eomma disisi ku. aku masih punya cahaya lain selain dirimu, aku masih bisa bersinar sesuai dengan keinginan mu. Terima kasih atas segalanya.. atas cinta yang kau berikan, dan ketulusan mu. Sekarang aku tahu, cinta pertama ku dan cinta sejati ku adalah dirimu.. terima kasih sudah membawa cinta ku bersamamu.. jagalah cintaku itu.. seperti kau menjaga ku.. Terima kasih telah menepati janjimu. Kau bahkan tidak pernah mencintai yeoja lain sampai ajal menjemputmu.. kesetiaan mu sangat kuhargai oppa.Aku menyayangi mu.. sangat-sangat menyayangi mu.. jika bertemu dengan appa.. katakan padanya, aku juga sangat menyayanginya..Berbahagia lah disana, aku dan eomma juga akan menemukan kebahagian kami demi kau dan appa. Oppa.. Saranghaeyo~ ^^

SELESAI

 

3 tanggapan untuk “[Oneshot] Promise the Light of Love”

Leave Your Review Here!