[Vignette] Coffee Theory

coffeetheory

Title: Coffee Theory

Scriptwriter: Lemonade

Main Cast: Cho Kyuhyun & Lee Sora (OC)

Genre: Drama, Romance

Duration: Vignette

Rating: PG-13

Summary:

Coffee theory.

Kata orang, ramalan lewat cara ini terbukti ampuh.

Kau hanya perlu membawa pasanganmu datang ke kedai kopi, memesan secangkir kopi Americano hitam, lalu meminumnya berdua.

Setelah itu melihat pola sisa kopi didasar cangkir, apabila membentuk gambar hati,maka hubunganmu akan baik-baik saja.

Namun, taukah kamu pola apa yang tergambar didasar cangkir kami?

Sebuah hati dengan celah noda kecil.

***

                “Oppa?”

“Hm?”

“Aku masih penasaran dengan pola berbentuk hati sisa kopi pada cangkir kita tadi. Mengapa ada noda disana? Jangan-jangan…”

“Jangan-jangan apa?”

“Jangan-jangan akan terjadi sesuatu yang buruk pada kita.”

“Heiss, sudahlah. Itu kan hanya ramalan. Jangan terlalu percaya!”

Kyuhyun Oppa mengenggam jemariku.

Hangat.

Bersama kami menerjang hujan, sepulang dari café tempat kami mencoba Coffee theory tadi.

***

                “Hyemin-ah? Kau tahu pola apa yang tergambar didasar cangkir kopi yang kemarin kuminum dengan Kyuhyun Oppa?”

“Pola apa memang?”

“Hati, tapi-“

“Wah, chukkae. Itu berarti kau hubunganmu dengan Kyuhyun Oppa akan baik-baik saja.”

“Masalahnya pola berbentuk hatinya bukan seperti milikmu dengan Taesan. Ada sedikit celah noda disana. Seperti hati yang terbelah jika diperhatikan baik-baik. Aku takut Hyemin-ah…”suaraku mulai hilang.

Terganti dengan isakan.

“Hya, Sora-ah. Jangan menangis. Siapa tahu itu hanya noda yang memang sudah ada dialam cangkir? Jangn berpikir yang macam-macam, eoh?

“Tapi Hyemin-ah, aku takut terjadi sesuatu antara aku dan Kyuhyun Oppa…”

“Sudahlah, Coffee theory tidak sepenuhnya benar.”Hyemin berusaha untuk menenangkanku.

***

                Dua tahun lalu, Sohyun kakakku, pernah mencoba Coffee theory dengan kekasihnya.

Hasilnya?

Sebuah pola hati yang hampir sempurna tergambar didasar cangkir.

Dua tahun kemudian, kakakku dilamar oleh kekasihnya. Kupikir Coffee theory sepenuhnya benar, sampai suatu malam, saat satu minggu lagi pesta pernikahan kakakku dimulai, sebuah berita menghebohkan sampai ditelingaku.

Kakakku dan calon suaminya mengalami kecelakaan tunggal di Jalan raya Chuncheon.

Malangnya, calon suami kakakku tidak bisa tertolong lagi karena kehabisan darah diperjalanan menuju rumah sakit.

Miris? Tentu saja.

Lebih miris lagi saat kakakku menceritakan sebuah rahasia seminggu yang lalu.

“Satu minggu sebelum hari pernikahan, aku dan Sungjoon Oppa mencoba Coffee theory. Kami awalnya hanya menganggapnya mainan saat pertama kali mencobanya. Namun untuk saat itu, entah mengapa perasaanku tidak enak. Dan benar saja, saat Sungjoon Oppa mengabiskan kopinya, pola yang terbentuk seperti ini,” Sohyun eonni menunjukkan sebuah gambar pada ponselnya.

Sebuah hati dengan celah noda kecil.

“Saat itu juga aku menitikkan air mata. Ada rasa takut yang begitu besar akan kehilangan Sungjoon Oppa. Tapi Sungjoon Oppa hanya tertawa. Ia berkata bagaimana mungkin aku akan kehilangannya sementara seminggu lagi kami akan menikah?”jelas Sohyun eonni dengan gemetar.

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun saat mendengar cerita eonni.

“Rasa takut itu begitu dalam saat kami melanjutkan perjalanan ke Chuncheon bertambah ketika hujan deras melanda daerah itu. Perasaanku semakin tidak jelas. Dan akhirnya aku benar-benar kehilangan Sungjoon Oppa saat kecelakaan itu terjadi…”

Aku hanya bisa menelan ludah.

***

                “Oppa…”

“Wae?”

“Kau tidak akan meninggalkanku, kan?”

“Hya, kau ini bicara apa? Tentu saja tidak.” Katanya sambil mengusap lembut ujung kepalaku.

Cerita Sohyun eonni tentang Coffee theory membuatku khawatir dengan Kyuhyun Oppa. Terlebih saat pola sisa kopi yang tergambar antara aku dengan Sohyun eonni sama.

“Oppa hati-hati. Jangan sampai terkena bola. Hwaiting!”teriakku saat Oppa mulai memasuki lapangan basket.

Sore itu aku menemani Kyuhyun Oppa berlatih basket ditemani sejuta rasa khawatir.

Beberapa kali aku berdiri kaget sembari memegangi bibirku saat melihat Oppa jatuh tersungkur karena bersenggolan dengan pemain basket yang lain.

“Oppa, hati-hati…”gumamku.

Kedua mata ini seakan tidak mau lepas untuk terus mengawasi pergerakan Oppa.

“Oppa!!!”aku berteriak lagi.

Kyuhyun Oppa jatuh tersungkur karena ia tidak bisa menerima passing bola dari temannya dengan baik. Bola itu mengenai wajahnya dan, mimisan.

Aku tidak menghiraukan puluhan pasang mata yang ada disekitar lapangan basket. Aku berlari masuk dan memastikan apakah Oppa baik-baik saja.

“Oppa gwenchana?”

Oppa tidak menjawab, ia sibuk menyeka hidungnya yang penuh darah dengan tangannya.

Aku tahu, sejak kecil Oppa takut dengan darah. Ia mencoba untuk tidak panik didepanku.

“Oppa…”aku panik setengah mati, sembari membantu mengelap darah segar yang keluar dari hidungnya.

“Dia baik-baik saja,”kata Yangjun Oppa, kapten Tim Basket.

***

                “Sora-ah, gwenchana?”kata Kyuhyun Oppa setelah latihan basket selesai.

“Oppa, aku khawatir…”

“Ah wae?”

Coffee theory…”

“Ck, sudah kubilang untuk tidak mempercayai itu. Ramalan belum tentu benar,”Kyuhyun Oppa merangkulku.

Seketika rasa hangat menyelimuti tubuhku.

“Oppa harus berjanji kepadaku untuk selalu berhati-hati, eoh?”aku mengacungkan jari kelingkingku kepadanya.

“Kau juga,”Oppa menautkan jari kelingkingnya.

***

                “Oppa!”aku memeluk Kyuhyun Oppa dari belakang.

“Hey, apa yang kau lakukan? Jika guru melihat ini maka habislah kita,”Kyuhyun Oppa berusaha melepas pelukanku.

“Hya…aku melakukan ini karena aku sangat rindu padamu. Sudah satu minggu kita tidak bertemu karena libur panjang. Huuu…”aku mengerucutkan bibirku tanda protes.

“Rindu? Jinjja? Aigoo, Sora-ah, Oppa juga rindu kepadamu. Tapi kita tunda dulu setelah sekolah usai eoh? Oppa tidak mau berurusan dengan Sajangnim berkepala botak itu lagi,”

Sajangnim berkepala botak yang dimaksud Oppa adalah guru senior kebudayaan, Mr. Kim.  Orangnya tambun dengan kepala yang hampir botak itu memang tidak suka jika melihat orang pacaran disekolah. Aku dan Kyuhyun Oppa pernah dihukumnya karena ketahuan berpelukan dikantin sekolah.

***

                “Sora-ah, kau tidak boleh menonton pertandingan basket. Ramalan cuaca tadi pagi mengatakan akan ada badai,”kata Kyuhyun Oppa melalui sambungan telepon.

“Eoh? Tidak bisa. Aku harus menonton Oppa bertanding.”kataku.

“Ani. Kau tidak perlu menontonku bertanding. Aku akan baik-baik saja. Lagi pula kami akan menggunakan lapangan indoor. Arrasseo?”

“Oppa…”aku merengek.

“Pokoknya kau harus berada di rumah sepanjang sore ini. Besok pagi-pagi sekali aku akan kerumahmu. Kita berangkat sekolah bersama.”

“Oppa, jebal…”aku merengek sekali lagi.

“Sora-ah, tolong kali ini saja. Jangan khawatirkan aku secara berlebihan, eoh?”

“Tapi Coffee theory…”

“Sekali saja jangan menyebut kata Coffee theory didepan Oppa. Jangan percaya dengan ramalan bodoh itu, eoh?”

***

                Sore ini, benar terjadi badai. Angin bertiup sangat kencang disertai dengan derasnya hujan. Aku masih duduk dengan khawatir didekat jendela, menunggu kapan badai akan berhenti.

Badai berlangsung lama, tentu saja. Tapi tidak meyurutkan niatku untuk menonton pertandingan Oppa di lapangan indoor sekolah.

Jarak sekolah dengan rumah cukup jauh, harus naik subway jalur dua, menempuh sekitar tiga puluh menit perjalanan.

“Ah, mengapa badainya tidak juga berhenti? Menyebalkan!”aku terus menggerutu.

“Aku bisa ketinggalan pertandingan Oppa kalau begini terus,”gerutuku lagi.

Tiba-tiba terbersit ingatan akan coffee theory dan peristiwa Oppa terkena bola tempo hari yang lalu. Aku berdiri tiba-tiba kemudian berlari menuju garasi mobil dengan tergesa.

Kupakai jas hujan dan sepatu boots karet setinggi lutut. Tak lupa, sebuah payung kubawa entah kugunakan untuk apa nanti.

***

                Dan, benar saja. Berjalan menerjang hujan badai memang tidaklah mudah. Payung yang tadi tidak tahu akan kugunakan untuk apa, kini kugunakan sebagai tameng untuk berjalan. Hujan yang jatuh dengan sudut cenderung miring membuatku tidak bisa melihat jalanan dengan baik.

“Aish! Mengapa jarak rumah ke stasiun subway jauh sekali!”lagi-lagi aku menggerutu.

Aku tidak sempat untuk menengok kiri kanan saat akan menyebrang jalan untuk turun ke stasiun subway dibawah tanah.

Tiba-tiba dunia gelap saat sebuah bunyi klakson mobil mendekat.

***

                Kyuhyun Oppa menungguku di gerbang depan rumah. Dia sudah janji kepadaku akan berangkat bersama ke sekolah.

Tapi tunggu?

Kenapa ia tidak menggunakan seragam sekolah?

Ia malah mengenakan pakaian yang kubelikan untuknya.

Kaus garis-garis dipadu dengan cardigan hitam polos dan scarf warna merah-biru.

Dai terlihat lebih pucat.

“Oppa!”aku memanggilnya dari balkon kamarku dilantai dua.

Ia hanya menoleh sembari tersenyum.

Senyumnya terasa janggal.

Aku berjalan tergesa menuruni tangga. Saat kulihat pantulan dicermin dekat anak tangga, aku juga tidak mengenakan seragam sekolah.

Sweeter putih dipadu dengan rok warna cokelat.

Ini kan, pakaian yang disukai Kyuhyun Oppa?

“Ah, daripada aku berganti pakaian dan membuat Oppa menunggu lama, lebih baik tidak usah…”kataku dalam hati.

Aku membuka gerbang depan.

“Oppa, mianhaeyo membuatmu menunggu lama.”

Kyuhyun Oppa tidak menjawab, ia hanya mengembangkan senyumnya. Senyum janggal.

“Oppa gwenchana?”aku mendekati Oppa.

Kyuhyun Oppa menggeleng. Ia memberikanku sebuah cangkir.

Sebuah cangkir dengan ampas sisa kopi didalamnya, berbentuk hati denagn noda.

Aku bingung dan khawatir.

Pertanda apa ini?

Coffee theory…”Kyuhyun Oppa mengucapkan kata-kata itu dan kemudian ia menghilang.

***

                “Kyuhyun Oppa!!!”aku berteriak, membuka mata lalu mendengar nafasku yang memburu.

Kulihat Kyuhyun Oppa terduduk disampingku, tangannya masih mengusap punggung tanganku.

“Sora-ah, gwenchana?”tanyanya khawatir.

Aku tidak menjawab.

Lalu berhambur untuk memeluknya.

“Oppa jangan pergi. Jebal jangan pergi,”aku mulai terisak.

“Hey hey, Oppa masih disini. Oppa tidak akan pergi kemana-mana,”ia mulai mengusap punggungku, lembut.

“Tapi tadi Oppa berdiri di pintu gerbang depan rumah, memegang cangkir kopi itu lalu menghilang…”

“Cangkir kopi? Ah, kau pasti bermimpi. Oppa bahkan tidak sempat ganti baju dan langsung menuju kemari.”

“Mwo? Bermimpi?” aku lalu melihat sekitar.

Ruangan putih dengan seperangkat alat kesehatan disana.

Klinik Kesehatan tertulis disalah satu kotak obat diatas meja.

“A-aku dimana, Oppa?”

“Benar, kan? Kau pasti bermimpi. Kau sedang di klinik kesehatan. Tadi kau terserempet mobil saat menyebrang jalan dekat stasiun subway. Paboya-”

Aku berusaha menggerakkan kakiku didalam selimut.

“Akh!”

Sakit.

“Jangan digerakkan dulu. Kakimu terkilir, tapi tadi suster sudah memberimu lotion anti kilir.”kata Oppa.

Tunggu?

Oppa masih mengenakan seragam basket. Lengkap dengan headband dan sepatu nike warna birunya.

“Oppa, mianhae…”

Wae? Tidak perlu meminta maaf, yang penting kau tidak apa-apa,”ia tersenyum, manis sekali.

“Maaf karena aku terlalu mengkhawatirkanmu. Maaf juga aku sudah merepotkanmu,”aku menundukkan kepala.

Kyuhyun Oppa menahan tawa.

Waeyo?”

“Sebaiknya aku mengatakan yang sebenarnya sekarang…”

“Yang sebenarnya?”

Coffee theory. Sebenarnya aku yang merencanakn semuanya.”

“Merencanakan apa?”

“Pola ampas kopi dicangkir dan aku yang terkena bola saat latihan. Aku merencanakan semua itu untuk membuatmu lebih perhatian terhadapku. Kau ingat? Sebelum kita melakukan coffee theory, kau sangat dingin padaku. Bahkan kau hanya satu kali menelponku selama satu minggu. Sifatmu yang dingin itu membuatku tersiksa.”

Aku terdiam.

“Aku menyuruh Hyemin untuk menyakinkanmu tentang coffee theory itu. Aku sengaja meniup ampas kopinya agar bentuk hati yang ada sedikit ada celah noda dan itu sukses. Mianhae. Aku terlalu berlebihan.”

Oppa memelukku.

Hangat, nyaman.

Aku menyeka air mata.

“Oppa gwenchana. Terima kasih sudah mengenalkanku dengan coffee theory.Terima kasih sudah mau sedikit demi sedikit mengubah sifat dinginku. Gomawo.”

Aku mempererat pelukannya.

Aku juga menyimpan akan rahasia akan Sohyun eonni dan coffee theory yang ia ceritakan padaku.

Mulai sekarang aku tidak akan menaruh percaya pada ramalan.

The End

2 tanggapan untuk “[Vignette] Coffee Theory”

Leave Your Review Here!