Arsip Kategori: 13

LEO VALDEZ AND THE DEATHLY HELLO

Bunker Sembilan tampak lebih kacau daripada sebelumnya: linggis karat tergantung di sisi pintu, obeng dan sekrup terserak di lantai kayu, forklift yang mengucurkan oli, serta tuas-tuas hidrolik yang tumpang tindih merusak gir-gir pada kepala Festus sang Naga Mekanis. Di ujung ruangan, cetak biru peralatan mekanis-magis rancangan Leo telah hancur menjadi lembaran-lembaran kecil. Sebagiannya tenggelam ke dalam semangkuk besar mus cokelat, sementara sebagian yang lain tak seberuntung itu. Para dryad yang marah karena suara berisik dari bengkel kerjanya, menginfiltrasi Bunker Sembilan, memecahkan gelas-gelas ukur dan bola-bola sihir, kemudian pergi dengan sisa-sisa cetak biru milik Leo setelah menggetok pemiliknya beberapa kali.

Lanjutkan membaca LEO VALDEZ AND THE DEATHLY HELLO

[Flight Log: Turbulence Series] #12 Dreamin’

album-fic-turbulence

GOT7 2nd Album

<Flight Log: Turbulence> Album Series

presented by thelittlerin

.

previous track: 아파 (Sick)

#12 니꿈꿔 (Dreamin’)

GOT7 Mark, Lena Ahn

Romance, slight!Surreal | PG-13 | Drabble

.
I see you in my dream tonight

Lanjutkan membaca [Flight Log: Turbulence Series] #12 Dreamin’

Imaginary Squad

 

imaginary-squad

Imaginary Squad

A story by Elisomnia

|| Cast: [Astro] Yoon Sanha, [IOI] Jeon Somi, [IKON] Jung Chanwoo, [Ulzzang Kid] Cristina Fernandez Lee, a Girl as Aku | Genre: AU, Friendship, Mistery, Suspense, little bit Horror | Rating: PG | Duration: Ficlet ||

.

.

You think I’m crazy… wait until you meet them!

.

.

©2016

.

.

.

“Dasar tomboy! Apa dia tidak punya aksesoris lagi?”

Jeon Somi memang begitu, ia sangat memperhatikan penampilannya. Kerap kali ia meminjam barang-barang milikku untuk mempercantik dirinya yang––kuakui––memang sudah cantik. Gadis itu memiliki bola mata hitam yang indah. Rambut sebahunya yang lurus dan sewarna madu menjadi kesukaanku. Walau tampangnya sedikit cuek dan sering mengomel, tapi saat gadis itu tersenyum percayalah wajahnya akan berkali-kali lipat lebih manis dari permen kapas. Oh, dan jangan lupakan kulitnya yang seputih susu itu, aku pernah tidak sengaja menyenggol tangannya, benar-benar lembut. Sanha yang memperkenalkanku padanya, ia bilang wajah kami mirip.

Gadis bergaun merah muda itu tak henti-hentinya menggerutu. Beberapa anak rambutnya terjuntai saat ia membungkuk ke kolong meja belajarku. Oh ayolah Somi, berhenti mencuri barangku. Ingatlah kalungku yang kau hilangkan tempo hari.

“Ah, aku menemukannya!”

Serunya dengan wajah berseri sambil menenteng dua buah gelang berbeda motif dengan gradasi warna di kedua sisinya. Oh tidak, itu gelang pemberian bibiku.

“Kak Chanwoo, menurutmu mana yang lebih bagus?”

“Semuanya bagus.”

Seseorang yang sedang membaca komik diatas kasurku itu menjawab sekenanya. Jung Chanwoo sangat pendiam dan tidak banyak bicara. Sikapnya yang kelewat tenang membuatku berpikir bahwa dia baik-baik saja, hingga aku mengetahui satu hal bahwa dia sedang patah hati. Itulah sebabnya aku jarang melihatnya akhir-akhir ini. Bahkan di atap sekolah yang merupakan tempat pertemuan pertama kami juga tak kutemukan eksistensinya. Cintanya yang tak terbalas pada salah seorang sahabatku membuatnya benar-benar rapuh. Namun syukurlah, berkat bujukan Cristina dia akhirnya mau bangkit dan berkumpul bersama di kamarku.

Cih! Kau bahkan tidak melihat kemari.”

Somi membuang muka kesal. Chanwoo diam, ia melinting lengan sweater hitam berleher kura-kura miliknya sebatas siku saat dirasanya hawa mulai memanas akibat emosi Somi.

Kriettt… Bam!

“Maaf membuat kalian menunggu lama,”

Itu aku. Dengan kedua tangan menenteng kantong plastik besar aku berjalan ketengah ruangan. Kakiku gemetar dan tak butuh waktu lama aku pun ambruk, duduk bersimpuh diatas karpet bulu kesayanganku.

“Aku membeli banyak camilan, makanlah.”

Sanha bangkit dari tidurnya dan langsung merangkak mendekatiku, lebih tepatnya mendekati kantong  makanan yang aku beli. Begitu juga dengan Somi, ia mengambil sebungkus biskuit cokelat dan kembali duduk di meja riasku, bersolek.

“Chanwoo, kubelikan donat keju kesukaanmu, ayo makan.”

“Nanti saja, komik ini seru.”

Aku menghela napas pelan. Dasar Chanwoo! Jika sudah fokus pada sesuatu akan mengabaikan sesuatu yang lainnya.

Kurebahkan badanku sekaligus memejamkan mata. Berjalan ke minimarket sejauh lima ratus meter dicuaca sedingin ini benar-benar membuatku mati beku. Jika saja mereka tidak datang tiba-tiba lalu melempari jendela kamarku menggunakan batu, atau masuk begitu saja dengan melompati jendela, mungkin sekarang aku sedang tidur nyenyak. Namun, walau bagaimana pun, aku senang kami semua berkumpul disini.

“Sanha, semalam kau menyelinap ke kamarku dan tidur disampingku kan?”

Aku bangkit lalu menyender di kaki ranjang. Menggelindingkan sebotol susu pisang dengan kakiku sebelum akhirnya botol mungil itu  berpindah ke tanganku.

“Ap-apa?! T-tidak, mana mungkin!”

Tangannya yang hendak memasukkan segenggam keripik singkong terhenti tepat di depan mulutnya. Gurat kegugupan itu jelas kentara. Lihatlah wajahnya sekarang. Mata bulatnya melebar karena kebingungan. Bibirnya yang dihiasi sisa keripik terbata menyusun kata demi kata. Tak lama, semburat kemerahan muncul di kedua pipi pucatnya. Dengan gerakan cepat, ia menyapu tangannya yang penuh bubuk bumbu penyedap pada kemeja putih yang ia pakai.

Ew, itu menjijikan, Sanha. Kemejamu sudah penuh dengan bercak-bercak merah, tak perlu lagi kau menambahinya dengan bubuk bumbu keripik.”

“Lalu, aku harus membersihkannya dengan apa?”

“Pakai tissue!”

Kulempar wadah tissue kearahnya. Ia mengaduh saat wadah berbentuk katak itu membentur kepala berharganya. Setelah bergelut ditengah badai salju, tingkah Sanha barusan benar-benar membuat mood-ku berada di titik terendah. Maksudku, kami berbagi usia yang sama, namun kenapa otaknya bocah sekali?

Selain kekanakan, dia juga mudah cemburu, dan itu sangat menggangguku––awalnya. Dulu teman satu sekolahku pernah dikerjainya habis-habisan hingga terluka hanya karena ia tidak suka caraku menatap temanku itu. Ayolah San, siapa yang tidak mengagumi seorang pelajar setengah musisi yang pandai bermain gitar? Karena kejadian hari itu, aku melancarkan aksi mogok bicara padanya selama beberapa hari.

Oh, satu lagi. Yoon Sanha suka pelukan––atau memeluk. Pelukan tiba-tiba yang kerap ia lakukan selalu membuatku takut. Bulu halus disekitar leherku tak pernah tak berdiri saat lelaki tinggi itu memelukku dari belakang––kebiasaannya. Dengan tinggi diatas rata-rata seperti itu aku selalu mengira bahwa dia adalah paman mesum berjas pink norak di ujung gang yang sering menculik gadis sekolah menengah untuk diajaknya kencan. Oleh karena itu, terkadang tubuh Sanha memar sesaat setelah ia melingkarkan kedua tangannya dipinggangku. Tidak ada salahnya waspada kan?

Akan tetapi, aku agak merasa kasihan padanya. Tak jarang pula kudapati ia tengah duduk menyendiri dan melamun. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu. Awal pertemuan kami adalah di sebuah tanah lapang yang terletak tak jauh dari rumah Sojin, temanku. Hari itu, kulihat dia sedang duduk termenung diatas tumpukan rongsokan bekas bahan bangunan dan langsung tersenyum senang saat melihat kehadiranku ditempat itu. Apa mungkin selama ini dia kesepian?

“Sudahlah San, mengaku saja.”

“Atau Crist yang akan menceritakan semuanya.”

Desakan Somi dan Cristina terdengar silih berganti.

“Ya Crist, ceritakan semuanya pada kakak––Oh Ya Tuhan, apa yang kau lakukan disitu?!”

Mataku terkunci pada sosok Cristina yang bergantungan ria pada barisan teralis besi di jendela kamarku. Tubuh mungilnya melompat dari jendela kanan menuju jendela kiri lalu berayun menggunakan gorden untuk kembali ke jendela kanan. Gaun putih kedodorannya bergoyang sesuai irama yang ia ciptakan.

Gadis polos penuh tingkah yang pernah kukenal. Senyumnya manis dan tawanya menyegarkan. Aku berjumpa dengannya yang sedang bermain ayunan di sebuah taman bermain. Saat itu dia dingin sekali, tatapannya tajam saat pertama menatapku, itu menakutkan. Namun aku tak menyangka ia akan bertransformasi menjadi gadis kecil yang ceria seperti sekarang.

Ya! Chanwoo, jangan terlalu intim bercumbu dengan komik itu! Kau tak lihat adik kecil kita berayun-ayun diatasmu? Cepat turunkan dia!”

“Kenapa harus aku?”

Hah? Apa? Kenapa harus dia? Dasar Jung Chanwoo tidak peka! Dia bahkan masih bisa membalik halaman komik dengan begitu santai.

“Karena kau yang paling dekat dengannya, Chan. Ayolah cepat, atau kumakan donat kejumu!”

“Jika kau lakukan itu maka persahabatan kita putus.”

Sial! Lagi-lagi ia menggunakan alasan klise seperti itu. Dia selalu tahu kelemahanku.

God, harus kukatakan berapa kali bahwa persahabatan adalah hal sakral bagiku. Ah, lupakan itu! Sekarang bantulah adikmu, dia bisa jatuh.”

Masih dengan ketenangan yang menyelimuti dan fokus yang tertuju pada buku bergambar ditangannya Chanwoo menjawab, “Tenanglah, dia tidak akan jatuh. Kalau pun jatuh, dia pasti baik-baik saja kok.”

Kalimat Chanwoo barusan menyentil urat kecil di otakku, aku seakan baru tersadar dari kehebohan yang baru saja terjadi. Benar juga, Cristina adalah gadis yang kuat. Gravitasi bukanlah tandingannya.

“Jangan khawatirkan Crist, Crist sudah biasa dengan ini. Kak Sanha mau ngomong, tuh.”

Aku tersentak dari lamunanku dan seketika menoleh ke arah Sanha.

“A-aku mengaku, aku memang selalu menyelinap kemari setiap malam.”

Seolah melupakan Cristina, perhatianku terpusat pada Sanha sepenuhnya. Seolah melupakan kepanikan yang baru saja melanda, rasa jengah menguasai tubuhku sepenuhnya. Uhh, ada apa denganku malam ini? Mudah sekali berubah mood.

“Itu semua aku lakukan semata-mata karena ingin selalu dekat denganmu.”

“Sanha please, kita selalu bertemu setiap hari, okey?”

Sanha menggeleng, “Tidak hanya setiap hari, aku ingin berada di dekatmu setiap saat.”

Oh Ya Tuhan.

Aku melirik sinis ke arah Chanwoo yang tiba-tiba melantunkan ‘ooo’ bervibra aneh dengan raut menyebalkan khas orang kasmaran. Wajah dinginnya yang berubah menggelikan jelas membuatku kesal. Tolonglah kalian semua jangan mengaduk-aduk perasaanku malam ini.

Dan untukmu San, berhentilah membuatku melayang!

“Kenapa? Tidak boleh ya?”

Wajahnya memelas. Entah itu disengaja atau tidak tapi wajahnya benar-benar terlihat suram sekali. Aku tak tega saat bibirnya semakin melengkung dan hendak menangis.

“B-boleh kok.”

Sial! Kenapa aku mengatakan itu? Untuk apa pula aku mengizinkan seorang lelaki tidur disampingku? Dasar gila!

Aku merasakan pipiku memanas sekarang. Oh, aku benci situasi seperti ini. Kusambar apapun yang ada di dekatku––kebetulan saat itu ada wafer cokelat. Tanpa perduli milik siapa langsung kulahap semuanya ke dalam mulutku. Ayolah, bersikap biasa saja, jangan terlihat seperti orang yang sedang––

“Salah tingkah, tuh!”

Jung Chanwoo sialan! Kusumpal mulutnya menggunakan kaus kaki Sojin baru tahu rasa.

“Eh, Kak? Itu kan waferku?”

Seru Crist sedetik setelah aku menelan gigitan kedua.

“Sungguh?”

Kudengar Chanwoo berdecak lalu mencibir. Sedangkan Sanha dan Somi berusaha sekuat tenaga menahan tawa mereka.

“Iya, itu waferku. Ah! Kakak ini bagaimana sih? Kembalikan waferku!”

“Iya iya, kakak minta maaf. Nanti kakak ganti saja, mau ya?”

“Tidak mau. Cepat kembalikan.”

“Eh, tunggu tunggu. Hati-hati Crist-ah.”

Bruk!

“CRISTINA!”

Kakinya terpelintir akibat celah yang ditimbulkan bingkai foto dan buku-buku pelajaranku sehingga tubuhnya limbung dan menghantam lantai kayu dengan cukup menyakitkan.

Brak!

Pintu kamarku dibuka dengan begitu keras oleh seseorang. Kulihat ibuku berdiri disana menunjukkan tatapan menyeramkan dengan lingkaran hitam menghiasi kantung matanya. Oh, tidak!

“Sudah malam. Tidurlah dan jangan bersisik!”

Ibu berbalik dan tak lupa menutup pintu kamarku dengan keras membuatku berjengit kaget. Meninggalkanku dalam kesendirian di ruangan persegi yang kusebut kamar.

Benar, ibuku tidak bisa melihat mereka, teman-teman arwahku.

Jadi, apa kalian punya teman imajinasi?

end.

halo, elisomnia here, bisa dipanggil elis 🙂
aku baru disini jadi mohon kerjasamanya ya
terimakasih dan salam kenal semua 😀

[5th Fanfiction Contest] Le Colisee – slythejin

le-colisee-c-slythejin

Le Colisee

A m o v i e by slythejin

 

Starring with

Seventeen Lee Seokmin; Seventeen Boo Seungkwan;

OC (find by yourself!).

| Slice of life – slight!Angst |

610w | General | PG-13 |

*****

“… and sticks that eight inch blade in your

back when you turn around.” –Nishan Panwar.

 

*****

Lanjutkan membaca [5th Fanfiction Contest] Le Colisee – slythejin

[5th Fanfiction Contest] Another Story in Paradise – Monamuliaa

another-story-in-paradise-c-monamuliaa

Title: Another Story in Paradise

Scriptwriter: Monamuliaa

Cast: Exo’s Sehun and Red Velvet’s Irene

Genre: Young adult romance

Rating: PG-13

 

September menyerahkan kanvas Paradise ke tangan Tuhan. Dan Tuhan secara perlahan mulai menggoreskan kuas perpaduan warna merah, jingga dan coklat di Paradise, sama halnya dengan kota-kota lain di seluruh Ohio[1]. Tak ada warna hijau alam yang tersisa, kecuali langit yang nampak kontras dan tetap memilih biru terang meski sesekali berubah putih bahkan gelap di antara warna-warna musim gugur.

Lanjutkan membaca [5th Fanfiction Contest] Another Story in Paradise – Monamuliaa

[Movie Festival 4] Blue in His Eyes by Baekpear

blue-in-his-eyes

Blue in His Eyes

baekpear’s storyline

 

Mark Tuan as Mark Lockwood, Wendy Son as Wendy Trestavor

 Kingdom!AU, Romance, Sad

Oneshot

.

.

Seharusnya ia paham bahwa biru yang ia percaya  tak hanya menyimpan kebahagiaan dan tawa.

Lanjutkan membaca [Movie Festival 4] Blue in His Eyes by Baekpear

[Movie Festival 4] Heart of Spring by chioneexo

Heart of Spring - chioneexo

scripwriter : chioneexo | cast(s) : Ten [NCT-U], Song Kyungil [HISTORY], Shim Changmin [TVXQ] | duration : oneshot [4268w] | genre : family, brothership, slice of life.

 

so he tasted the deep pain that is reserved only for the strong, just as he had tasted for a little while the deep happiness.

 

            Tidak ada yang lebih biasa daripada mendengar rotan beradu kulit khas keluarga Yoon. Terdapat tangis di sela-sela pukulannya; tangis yang membuat semua orang membayangkan betapa sakit rasanya saat rotan itu menyentuh tubuh. Bocah remaja bernama Ten terjerembap untuk beberapa saat, kemudian bangkit dan menatap ayahnya dengan ketakutan.

            “Dasar tidak berguna! Lemah! Kau bukan laki-laki, Ten!”

Lanjutkan membaca [Movie Festival 4] Heart of Spring by chioneexo

[Movie Festival 4] Cuai Sang Caba by DaeHanBingu

Cuai Sang Cabai

Cuai Sang Caba |

a Movie Festival created by: DaeHanBingu |

Cast: Kim Jiwon a.k.a iKON’s Bobby & Kim Jisoo a.k.a BLACKPINK’s Jisoo |

Genre: Family, Romance, Sad, Hurt/Comfort, Slice of Life, School-Life |

Duration: Vignette (2000+ Words)

.

.

.

Thank you so much snqlxoals818 for the amazing poster!

“Sang Caba tak suka diatur, keras kepala, pun membenci keteraturan. Kendati begitu, hanya satu nara yang mampu meretas habis Sang Caba cuai tersebut, nara paling indah di alam semestanya.”

Prolog

Lanjutkan membaca [Movie Festival 4] Cuai Sang Caba by DaeHanBingu

[Movie Festival 4] Gray, Gray World by elfxotic12152

Gray, Gray World

elfxotic12152  present

a special riddle with Zico & several Block B’s members

Riddle |  Ficlet (444 Ws) | PG-13

.

Gray, Gray World title

.

TEET.

Dunia ini aneh. Banget.

Yang kecil dibesar-besarkan, yang besar dikecil-kecilkan. Yang iya jadi tidak, yang tidak jadi iya. Itu yang kurangkum waktu lagi minum es-sirup-dingin di bawah lampu lalu lintas yang sekali lagi berubah hijau.

Lanjutkan membaca [Movie Festival 4] Gray, Gray World by elfxotic12152

[Movie Festival 4] Jerque by Pikabuddy

Jerque

Jerque

Pikabuddy

Color tagged: Dark Sea Green (#8fbc8f)

Dean a.k.a Kwon Hyuk & Lalice Manoban

Support Cast Jeonghan of Seventeen

PG 13 | Sad, Angts, Romance

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang dan ia tidak tahu mau melakukan apa hari ini—lagi. Sudah hampir seminggu ia tidak melakukan sesuatu yang produktif kecuali makan, ke kamar kecil, lalu kembali berbaring di kasurnya sembari mendengar beberapa lagu bergenre country. Ia hanya akan mandi jika ia mulai merasa ia harus mandi. Untuk saat ini ia hanya memandang langit-langit kamar hotelnya sembari mengetuk jari tangan kanannya sesekali di atas dahi.

“Kwonnie!”

Lanjutkan membaca [Movie Festival 4] Jerque by Pikabuddy

[Movie Festival 4] The Earth by Charon Ly

The Earth – Charon Ly

Hiruk pikuk tepukan tangan memenuhi hanggar kala sebuah pasukan elit menapakkan kaki setelah turun dari pesawat tempur. Walau tampang mereka tampak lusuh dan lelah–bahkan beberapa ada yang terpaksa ditandu oleh kawan mereka–senyum kemenangan terus mengiringi langkah 10 anggota pasukan. Terkecuali pemimpin mereka yang dengan gagahnya berjalan di barisan paling depan namun tak mengulas raut bahagia maupun bangga. Gerombolan penonton tidak memandang sikap sang pemimpin dengan kecewa atau marah. Sebab memang sudah tabiatnya menjadi sosok dingin dan suram meski hatinya sedang penuh kebahagiaan.

Lanjutkan membaca [Movie Festival 4] The Earth by Charon Ly

DESTINY (5/5)

picsart_04-27-09-20-48

DESTINY
dilaribear

Starring TWICE and GOT7
Genre family;school-life;friendship;slightromance • Rating pg-13 • Duration Chaptered

Kau takdirku, aku tak pernah bisa meninggalkanmu
Kau duniaku, pusat hari-hariku

Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4

.

Lanjutkan membaca DESTINY (5/5)

DESTINY (4/5)

picsart_04-27-09-20-48

DESTINY
dilaribear

Starring TWICE and GOT7
Genre family;school-life;friendship;slightromance • Rating pg-13 • Duration Chaptered

Kau takdirku, aku tak pernah bisa meninggalkanmu
Kau duniaku, pusat hari-hariku

Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3

.

Lanjutkan membaca DESTINY (4/5)

[Ficlet] Kalilah

Kalilah

scriptwriter No-Fun

starring

EXO Sehun, OC Kalilah Rohas

genre Fluff, duration Ficlet, rating PG-13

a/n. I own the entire plot, but sadly not Oh Sehun L

contains of lots bahasa non baku.

Kalilah adalah gadis keturunan Arab-India dengan kulit kecokelatan merupakan mahasiswa fakultas kedokteran semester tiga. Lanjutkan membaca [Ficlet] Kalilah

Destiny (Part 6)

Destiny

D E S T I N Y

Scriptwriter: Eunhaecutiepie (eunhaecutiepie.wordpress.com)

Cast(s): Lee Donghae, Cho Kyuhyun

Genre: Romance

Rating: PG-13

Duration: Chaptered

Previous: 1 / 2 / 3 / 4 / 5

++

Part 6

Pagi ini Yonghee sudah siap dengan seragam sekolah dan segala keperluan lainnya, hari pertama ia diperbolehkan sekolah oleh oppanya.

Lanjutkan membaca Destiny (Part 6)