[Vignette] Happy Birthday!

happy birthday

 

Title: Happy Birthday!

Scriptwriter: lilvitamin

Main casts:

  • SHINee Taemin as himself
  • Apink’s Naeun as herself

Genre: Fluff, Romance

Rating: G

Today is Lee Taemin’s 21st birthday and Son Naeun left him a birthday message.

***

Taemin mengerang pelan ketika sinar matahari pagi mengintip malu-malu dari balik tirai kamarnya dan menabrak kelopak matanya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bangkit dari kasur dan membuka tirai lebar-lebar. Taemin berjalan pelan dan membanting tubuhnya kembali ke atas kasur, menatap langit-langit kamarnya sebentar, lalu berpindah menatap sisi kasur di sampingnya yang kosong.

Harusnya hari ini orang itu disini.

Taemin menghela napasnya yang terasa berat, lalu mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja. Lapar adalah hal pertama yang ia rasakan pagi itu. Tidak hanya pagi itu, hal pertama yang selalu ia rasakan di pagi-pagi sebelumnya ketika bangun dari tidur adalah lapar. Oh, ralat, lapar dan… rindu. Setiap pagi ia selalu merasakan dua rasa yang selalu meradang di tubuhnya bagai penyakit.

Ketika Taemin meng-unlock ponselnya, ia mendapati lebih dari 30 pesan yang belum terbaca. Rata-rata isinya sama—ucapan selamat ulang tahun. Semuanya mengucapkan ulang tahun pada pria yang hari itu bertambah setahun umurnya. Semuanya, teman-teman kampusnya, seniornya, adik kelasnya, teman-teman di café tempat ia bekerja, semuanya, kecuali… orang itu.

Orang itu adalah orang yang hari ini seharusnya juga mengucapkan selamat ulang tahun pada Taemin. Taemin mendengus. Apa orang itu melupakannya? Apa ia adalah tipikal orang yang mudah dilupakan? Apa ia tidak penting? Apa orang itu tidak tahu betapa Taemin sangat merindukannya?

Taemin mendecak. Setidaknya orang itu bisa meneleponnya, kan? Sekedar mengatakan ‘hai, selamat pagi dan selamat ulang tahun’ memangnya apa susahnya? Atau kalau memang tidak sempat, setidaknya ia bisa mengirimi Taemin pesan singkat, apa tidak bisa?

Taemin menghentikan langkah gontainya di depan meja pantry, kemudian mengacak rambutnya. Hari ini ia akan memasak. Entah apa yang akan ia masak, bagaimana rasanya, bagaimana bentuk akhirnya nanti, Taemin tidak peduli. Ia akan memasak. Sebenarnya dia bisa menelepon Kibum dan menyuruhnya datang ke apartemen untuk membantunya memasak—tapi sebenarnya Taemin tidak pernah benar-benar membantu Kibum karena memang dia tidak bisa melakukan apa-apa (sama sekali), tapi—oh, jangan.

Well, sahabat sekaligus hyung-nya satu itu memang pintar memasak, tapi tiba-tiba Taemin teringat bagaimana keadaan dapurnya terakhir saat Kibum meminjamnya dengan alasan ingin mencoba resep es krim kimchi karangannya. Dapurnya kacau tidak karuan dan rasa es krim karangan Kibum juga aneh sekali! Rasanya Taemin ingin menceburkan Kibum ke kolam pancuran di taman dekat apartemennya, melemparnya ke Pluto, atau mungkin menenggelamkannya di Segitiga Bermuda.

Masa bodoh dengan Kibum. Yang Taemin sekarang pikirkan adalah perutnya yang terus meronta-ronta meminta hak keadilannya. Taemin membuka kulkasnya dan menemukan beberapa sardine kalengan. Ia mengambil satu kaleng yang masih tertutup rapat dan kemudian mendengus. Apa yang harus ia lakukan pada makanan kalengan ini? Ah, Taemin memang buruk dalam hal memasak.

Apa sebaiknya dia memesan makanan siap saji saja? Ide bagus. Taemin menyambar ponselnya yang ia letakkan di meja pantry dan menekan beberapa tombol di atas layar sentuh ponselnya. Orang itu sering melarang Taemin memakan makanan cepat saji, katanya tidak baik untuk kesehatan. Tapi Taemin lapar dan memangnya ia sempat berpikir seperti itu?

“Ya, halo. Bisakah aku memesan 3 burger dengan ekstra keju?” Taemin berbicara dengan operator restoran sambil menutup pintu kulkas yang tadi belum ia tutup. “Iya, dan 2 coke. Ah, dengan tambahan es—” suaranya terhenti ketika ia melihat secarik kertas tertempel dengan magnet di pintu kulkas.

Ia kenal betul dengan magnet berbentuk kepala babi berwarna pink itu, ia sangat mengenalinya—atau, yang sebenarnya Taemin pikirkan adalah ia sangat mengenali pemilik magnet itu.

Taemin mengabaikan panggilan operator restoran dari ponselnya. Ia menarik magnet berbentuk kepala babi itu dan mengambil secarik kertas yang di sisi kiri atasnya terdapat tulisan tangan ‘untuk Lee Taemin’.

Taemin juga kenal dengan tulisan tangan itu. Kertas yang hanya satu lembar itu penuh dengan tulisan dari halaman satu sampai halaman berikutnya. Satu sudut bibir Taemin terangkat ketika ia membaca kalimat pertama yang ada di kertas itu. Kalimat yang selalu ia tunggu dari seorang Son Naeun.

 

***

Untuk Lee Taemin.

Halo, dan selamat ulang tahun, Lee Taemin~ selamat bertambah umur, selamat bertambah dewasa dan selamat menjadi tua, kekeke. Sebelumnya, maaf aku tidak bisa mengucapkan langsung kepadamu, oppa. Maaf sekali. Hari ini aku ada tambahan jadwal syuting, pemotretan, rekaman, fanmeeting, dan—maaf. Maaf, maaf, maaf dan maaf. Maaf aku tidak bisa meluangkan waktuku untukmu, maaf aku belum bisa menjadi seorang kekasih yang baik, maaf. Aku merasa jahat sekali.

Lee Taemin, aku merindukanmu. Sangat. Amat. Merindukanmu. Asal kau tahu saja, aku belakangan ini sering salah menyebutkan dialog saat syuting dan menghabiskan baterai kamera milik sutradara. Ini semua gara-gara kau, oppa. Bagaimana denganmu? Merindukanku atau tidak? Tidak, ya? Baiklah, tidak apa. Aku memang orang yang tidak penting untuk dirindukan.

Don’t you know, I’m missing you like crazy here, pikir Taemin.

Saat aku menulis surat ini, sekarang pukul 3 pagi. Bayangkan, aku bertamu di apartemen pacarku pada jam 3 pagi! Ini semua karena aku sangat merindukanmu, jadi jangan salahkan aku! Kau masih tidur. Kau tahu, oppa, wajahmu saat tidur seperti apa? Lucu sekali. Dan, maaf juga, aku belum sempat membeli hadiah. Tapi aku janji aku akan memberimu kado di hari yang spesial ini. Kado apa yang kau mau? Kamera? Jam tangan?

Aku ingin kau, Son Naeun.

Taemin oppa… bisakah… bisakah kau memaafkanku? Aku ini jahat sekali, kan?

Aku meninggalkanmu begitu saja saat perayaan satu tahun hari jadian kita, aku jarang—dan mungkin bahkan tidak pernah membalas pesanmu, aku tidak pernah meneleponmu, aku tidak pernah menghadiahkan sesuatu untukmu dan aku juga tidak pernah mengatakan bahwa… Bahwa… Aku mencintaimu.

Maaf. Aku tidak pernah punya secuil keberanian untuk mengatakannya, Lee Taemin. Aku pengecut. Aku lebih rendah dari pengecut, asal kau tahu. Aku tidak pernah berani menggenggam tanganmu, atau memelukmu, atau… Sekedar memberi kecupan. Aku tidak berani. Aku pengecut sekali, kan?

Aku tahu kau marah, oppa, katakan saja. Kau boleh membentakku. Kau boleh mengatakan kalau kau membenciku. Aku tahu itu pada saat kau datang ke pemutaran perdana film-ku… Aku tahu kau melihat screen saat scene ciumanku bersama aktor utama dengan tatapan tidak suka. Aku tahu kau tidak suka, aku tahu kau marah, aku tahu kau benci, aku tahu itu. Maaf. Aku merasa bodoh sekali.

Aku tidak suka melihat kau mengatakan ‘tidak apa-apa’ saat aku membatalkan kencan kita dan melukis senyum terpaksa di bibirmu, aku benci ketika kau berkata ‘tidak apa kalau kau tidak bisa’, aku benci saat kau terus berkata ‘fans-mu di luar sana lebih penting’, aku benci, oppa.

Aku benci dengan diriku sendiri. Aku tidak suka. Aku tahu kau marah, aku tahu kau sangat marah, aku tahu kau jengkel, kau kesal. Kau boleh mengatakan ‘aku benci kau, Son Naeun’ atau ‘kau menyebalkan, kau selalu membatalkan janji kencan’, atau juga ‘kau monster paling jelek yang ada di dunia’ atau terserah.

Selain sejuta kata maaf yang ingin kusampaikan di hari di mana umurmu bertambah setahun ini, aku juga ingin mengatakan banyak-banyak terima kasih. Terima kasih, Lee Taemin. Terima kasih sudah hadir di hidupku, terima kasih sudah hadir di setiap mimpiku, terima kasih sudah memberikan sejuta warna di kehidupanku yang kelabu, terima kasih.

Aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku jika kau tidak ada. Tidak akan ada yang mengingatkanku makan siang, tidak akan ada yang mengirimiku pesan ‘selamat tanggal 7! Selamat hari perayaan jadian, Son Naeun, aku mencintaimu!’ setiap tanggal 7, tidak akan ada yang datang ke lokasi syutingku untuk sekedar mengingatkan agar aku tidak lupa makan malam, tidak akan ada yang mengirimiku pesan ‘selamat malam, mimpi indah ya~’, tidak akan ada… Tidak akan ada yang mencintaiku seperti kau mencintaiku. Terima kasih.

Terima kasih kau sudah memilihku. Aku sendiri tidak mengerti kenapa kau menyukaiku. Aku tidak mengerti kenapa kapten klub dance sepertimu memilih aku, si kutu buku yang selalu bercinta dengan buku-buku di perpustakaan semasa SMA dulu. Aku tidak mengerti, sungguh.

Sebenarnya kalau kau mau, kau bisa memilih Yuri unnie yang juga dari klub dance, yang saat itu sangat menggilaimu, kau bisa memilih Eunji unnie dari klub paduan suara yang juga salah satu dari sekian fangirl-mu yang juga sangat menggilaimu, kau bisa memilih Victoria si kapten cheerleader, kau bisa memilih mereka. Aku tidak secantik Krystal si ketua OSIS, aku tidak semenawan Nana dari klub modeling, dan kakiku juga tidak sesemampai Sooyoung, aku tidak  ada apa-apanya dibanding mereka. Tapi kau memilih aku. Terima kasih. Terima kasih, oppa.

Lee Taemin, aku mencintaimu, aku menyayangimu, aku merindukanmu dan aku… Sangat, sangat, sangat, sangat mencintaimu. Oh, well, mungkin ini tedengar sangat cheesy dan puitis, tapi ketahuilah, aku tulus menulis semua yang ada di atas kertas ini.

Aku mencintaimu. Aku mencintaimu seperti Juliette mencintai Romeo, aku mencintaimu seperti Spongebob mencintai Patrick, aku mencintaimu seperti Ran Mouri mencintai Shinichi Kudo, aku mencintaimu seperti Nobita mencintai Doraemon, aku mencintaimu seperti adikku yang sangat mencintai boneka Barbie-nya, aku… Aku mencintaimu.

Maaf kalau surat ini jadinya panjang sekali, kekeke. Intinya, selamat ulang tahun, oppa. Semoga di ulang tahunmu berikutnya aku bisa mengucapkan padamu langsung. Harapanku padamu di ulang tahunmu hari ini adalah semoga kau panjang umur dan sehat selalu.

Dan juga… aku harap kau tidak berhenti sampai disini, Lee Taemin. Aku ingin kau tetap di sisiku, aku ingin kau bersamaku, aku ingin kau tidak berhenti mencintaiku dan aku ingin kau tidak menyerah terhadapku, terhadap Son Naeun yang menyebalkan ini. Please don’t give up on me. Aku tahu kau mencintaiku dan kau tahu aku juga sangat mencintaimu juga, meskipun aku tidak pernah mengatakan apapun sebelumnya. Sekali lagi, aku mencintaimu.

Happy birthday, Lee Taemin!

 

Son Naeun

***

“Dasar kutu buku satu itu, sok puitis sekali,” Taemin meletakkan secarik kertas itu dan duduk di atas meja pantry.

Ia melirik kertas itu lagi. Tidak, itu tidak sok puitis dan dibuat-buat, itu asli, pikirnya. “Ah, aku tidak jadi lapar, kan,” ia mendengus. Taemin melangkahkan kakinya ke ruang tamu dan menghidupkan tv. Ia mendapati Naeun ada di liputan infotainment pagi itu. Dua sisi bibir Taemin terangkat tinggi, bahkan tanpa ia menyadarinya. “Aku bahkan tidak mengerti kenapa aku bisa jatuh cinta pada seorang Son Naeun,” gumamnya.

Taemin terlonjak ketika ponselnya berdering. Ia melihat caller ID yang tertera di layar ponselnya dan seketika satu alisnya terangkat. Naeun?

Taemin mengangkat telepon dari Naeun dan berdeham pelan, “…Halo?”

“Hai, oppa,” suara di seberang sana membalas sapaan Taemin. Suara yang selalu Taemin rindukan.

“Halo, selamat pagi, jangan lupa sarapan—”

“Tidak, kali ini biarkan aku yang mengingatkanmu,” potong suara itu cepat. “Selamat pagi, Lee Taemin. Jangan lupa sarapan, jangan makan makanan cepat saji, jangan minum minuman bersoda, kalau kau tidak bisa membuat sardine kalengan kau bisa menelepon Kibum oppa, jangan lupa me­-laundry pakaian kotormu hari ini—”

“Kau berlebihan,” Taemin berusaha menyembunyikan senyumnya yang mulai mengembang. Beruntung mereka berdua berbicara di telepon, jadi Naeun tidak akan bisa melihat cengiran idiot Taemin.

“Begitu, ya? Hahaha, maaf.”

“Ya, ya, kau dimaafkan.”

“Mm, selamat pagi, dan… A-aku mencintaimu,” an hening menghinggap untuk beberapa detik di antara mereka. “Terdengar aneh, ya?” Naeun melanjutkan.

“Tidak,” sahut Taemin cepat. Aku juga mencintaimu, Son Naeun, ayo katakan kalimat itu, Taemin!

“Oh iya, selamat ulang tahun yang ke-21! Apa kado yang kau ingin, oppa? Syal? Mantel? Jam tangan?”

“Ah, tidak perlu, Naeun-ah. Ada kau di sisiku itu saja cukup,” detik berikutnya Taemin memaki dirinya sendiri. Kenapa ia berkata seperti itu? Itu terlihat sok puitis dan pasti akan dianggap aneh oleh Naeun!

Untuk beberapa saat Taemin tidak mendengarkan Naeun bersuara. “B-benarkan? Ah, hahaha,” tawa Naeun terdengar awkward di telinga Taemin.

“Y-yah, begitulah. Hey, bukannya kau ada jadwal pagi ini? Sempat meneleponku begini pasti kau kabur dari jadwal, kan? Atau jangan-jangan kau pura-pura ijin ke toilet untuk meneleponku?”

“Aku tidak kabur dari jadwal… Aku hanya, uhm, aku berada di toilet sekarang. Eh, tunggu, kenapa oppa bisa tahu? Kau menguntitku ke toilet ya!?”

“A-apa? Tidak! Untuk apa aku menguntitmu ke toilet, huh?”

“Siapa tahu kalau ternyata oppa adalah sasaeng-ku, hahaha, bercanda. Uhm, sudah dulu, ya.”

Taemin memutar matanya. “Ya, matikan saja teleponnya. Dasar manusia Aku-Punya-Banyak-Jadwal.”

Naeun terdiam cukup lama di seberang sana. “Kau… marah?”

“Kau yang menyuruhku begitu di surat.”

“Kau… sungguh-sungguh marah?”

“Iya,” Taemin menjauhkan ponselnya agar gelak tawanya tidak terdengar oleh Naeun. “Tidak, bodoh. Untuk apa aku marah? Sudah, matikan teleponnya.”

“A-aku kira kau marah sungguhan! Baiklah, sampai jumpa, oppa. Oh iya, mungkin setelah ini aku akan ke apartemen,” ujar Naeun di ujung sambungan telepon.

“Ya, datanglah dan buatkan aku sesuatu untuk kumakan, hehe.”

Terdengar tawa pelan Naeun. “Sampai jumpa.”

“Sampai jumpa, Naeun-ah,” Taemin teringat sesuatu dan segera menempelkan kembali ponselnya di telinganya. “Eh, Son Naeun!”

“Ya?” untung Naeun belum mematikan sambungan teleponnya, pikir Taemin lega.

“Aku mencintaimu.”

“…I-iya, aku juga.”

“Juga apa?”

“Juga… m-mencintaimu.”

Taemin tersenyum. “Sampai jumpa.”

***

12 tanggapan untuk “[Vignette] Happy Birthday!”

Leave Your Review Here!