ALTEREGO || Prelude of Life

ALTEREGO COVER FIX

ALTEREGO

: is a second self, which is believed to be distinct from a person’s normal or original personality.

.

.

.

Prelude of Life

.

Presented by All.Want.Candy

remake from Secret Confession

.

.

be careful with your step, they can kill you

.

.

Kota Paris, salah satu kota dari Negara Perancis dengan kisah tingkah polah manusia paling dikenal, walaupun kebanyakan dari kisah-kisahnya mengenai roman picisan yang dibumbui oleh romansa cinta, tapi tak sedikit juga keburukan wajah kota ini yang tercermin dari beberapa kisah-kisah klasik yang penuh dengan intrik, darah, dan airmata.

Mereka juga bukan penyair yang menyukai syair-syair cinta yang melankolis ataupun romantis. Sebagiannya tak berani menulis tentang puisi-puisi panjang yang penuh dengan rayuan, mereka lebih menyukai bait-bait pendek yang tegas dan menyakitkan seperti luka bakar. Penyebabnya?

Mereka membenci kemunafikan.

Saat yang lain berkoar-koar tentang penegakan hukum dengan berbagai cara atau bentuk, mereka lebih memilih bergerak di bawah bayangan dan segera memulai peperangan dengan kegelapan.

Mereka tidak pernah berikatan dengan siapapun, menjalankan semuanya lewat ‘jalan belakang’ yang lebih temaram namun tidak membutakan. Sambil mengemban tiap takdir yang mereka bawa lewat ‘code’ kartu, mereka membaur, kembali ke masyarakat yang buta dengan apa yang terjadi di belakang.

Dimanapun, siapapun, dan kapanpun, mereka bisa membaur tanpa gangguan, menjadi polisi, petugas kebersihan, pemilik kafe hingga yang dianggap paling hina namun banyak dicari, pelacur. Dari tiap ocehan mulut-mulut tanpa tanggung jawab mereka mendapatkan info, menentukan siapa target yang tepat sekaligus bersalah dan dengan cepat mengeksekusi mereka. Menggembalikan pada tangan Dewi hukum atau mengembalikannya kepada tangan Tuhan.

Mereka tidak pernah meninggalkan jejak apapun, kecuali satu hal.

Sepotong kartu Tarot yang tidak pernah berasal dari kota roman ini.

Mereka Tarot de Marseille.

==

Sinar matahari Kota Paris tak terlihat bersahabat pagi itu, tak banyak orang yang berjalan-jalan di tengah Kota. Sebagian masih tertidur dengan nyaman di atas ranjang atau alas tidur masing-masing, hanya orang-orang tertentu yang berusaha untuk menentang dinginnya musim dingin untuk tujuan-tujuan khusus mereka. Mungkin ‘dia’ juga salah satu yang menantang udara dingin musim dingin.

“Masih mau bermain-main?”

Il Bagatto tampak duduk santai sambil mengayun-ayunkan kakinya di atas sebuah beranda besi, 2 sampai 3 meter dari tempat pemuda dengan sepasang mata coklat muda yang tampak gusar. Tangannya mengepal tak sabar, sedangkan raut wajahnya tampak sebal, dia diburu waktu dan dia tak mau menyia-nyiakan waktunya hanya untuk bermain-main.

“Bisakah kau diam? Aku sedang stress menunggu orang ‘itu’ untuk hadir!” Il Bagatto tertawa renyah mendengar alasan si Pemuda, baru kali ini ia mendapat alasan yang tak masuk akal, hingga akhirnya ia melompat turun, mendarat sempurna di samping pemuda itu.

“Dia tak suka pagi hari,” Il Bagatto berkomentar, “Percayalah.”

Pemuda yang lebih muda itu tak tampak senang, “Diamlah! Sebelum kau bernasib sama dengan Mr. Whitney,” nadanya mengancam tapi seringai lain di bibir merah muda itu punya arti main-main.

“Setidaknya aku tidak mau berakhir di dalam tong sampah sepertinya,” Il Bagatto tertawa pelan sambil membersihkan ujung coatnya yang ternoda oleh salju kotor, “Mr. Whitney benar-benar beruang putih yang malang, kau jahat sekali Il Sole!

==

“Kumohon tuan! Ampuni saya!”

Pria paruh baya itu meringkuk sambil menyembah seorang Pria lain yang berdiri angkuh di hadapannya. Topeng hijau toska itu berkilat redup di bawah lampu gantung yang bergoyang liar, seakan menyindir dengan halus siapapun korban yang malam ini akan menjadi tokoh utama dibawah spotlight-nya.

“Kalau tidak mau dibunuh, kenapa masih membuat masalah…?” orang lain dalam ruangan itu menyela keadaan sunyi yang menjijikan di depan matanya, topeng keramik dengan pola diamond hitam-putih-merah miliknya tampak mencolok dibanding penampilannya yang terlihat polos dan datar. Sepatu boot hitamnya beradu dengan meja kayu yang ia duduki beberapa kali, sesekali diam kemudian detik berikutnya bergerak lagi.

“Kumohon tuan! Saya tidak akan mengulanginya lagi!!” jeritan itu membuat si topeng keramik toska menarik pistol berwarna keperakan dari balik jas hitamnya, mengarahkan pistol keperakan itu ke arah kepala pria paruh baya.

Sepasang matanya membulat besar saat melihat moncong pistol itu terarah lurus ke arahnya, pistol yang sama yang juga telah merenggut nyawa anak buahnya, terkapar tak berdaya dalam kubangan darahnya sendiri dengan lubang di kepala tak jauh dari mereka bertiga, “KUMOHON TUAN!! Ampuni saya!!!”

“Menyedihkan…”

DOR

Tubuh tak bernyawa itu terkulai tanpa daya di atas lantai, sebuah lubang tunggal di antara alis, dan darah segar yang mengalir pelan.

“Seperti biasanya, the merciless Brighella,” sang pemilik topeng hijau toska itu diam dalam satu nafas, kemudian menoleh di nafas yang berikutnya, topeng keramiknya berkilat anggun, sedangkan garis tipis bibirnya masih datar.

Then we finish our job here, Arlechinno,” Brighella berjalan menjauhi mayat pria paruh baya itu, menuju salah satu pintu keluar, namun saat satu langkah lainnya tak bergerak mengikutinya, ia berbalik dengan perlahan.

Seringai berbahaya di wajah Arlechinno, ia mendongak, mengendus udara yang bercampur dengan bau besi yang kental, “Parassitti.”

Dalam hitungan detik suara desingan peluru meramaikan tempat itu, mereka berdua saling menatap, “De Marseille…”

Suara desingan peluru itu berhenti terdengar, kali ini tak ada yang bersuara, terdengar begitu jauh tapi lama-kelamaan terdengar langkah yang mendekat, seorang—bukan dua orang. Arlechinno melompat turun dari meja yang ia duduki membawa sepucuk kertas kecil berwarna hitam, kemudian dengan langkah perlahan mendekati pria paruh baya yang paling terakhir dieksekusi Brighella, menyelipkan kertas itu di salah satu kantung baju yang ternoda darah.

“Mereka datang di saat yang tidak tepat,” Arlechinno mengeluh kecil, mengerucutkan bibirnya tanda tak suka kemudian dengan perlahan mendekati Brighella, “Apa tidak apa aku menaruhnya di sana??” ia bertanya lagi pada pria bertopeng toska itu.

Brighella hanya diam, berbalik pergi tanpa berkata sepatah katapun. Mereka berdua melenggang pergi begitu saja,

“Sudah mau pulang sepertinya, Brighella? Arlechinno?

Langkah keduanya terhenti, menemukan sesosok lain manusia dengan jubah hitam, senyum tersungging di balik tudungnya.

Seorang pemuda lain dengan setelan rapi kemeja putih dan celana panjang hitam yang usang, jubah hitam panjang menutupi wajah dan sebagian tubuhnya, tali emas tampak mengikat jubahnya dengan sebuah simpul pita yang kuat di bagian leher.

“Aku tidak mau main-main dengan mu, hanya menghabiskan peluruku yang berharga saja,” Arlechinno menguap sekilas, kemudian memandang malas ke arah pemuda berjubah di hadapannya bergantian dengan Brighella yang ada di sampingnya, “Kalau kau mau main-main aku tidak ikut ya?”

“Sayang sekali kalau kau tidak ingin bermain Arlechinno,” Pemuda berjubah itu membuka tudung kepalanya, memperlihatkan sebuah kristal obsidian indah yang berkilat tertimpa bias cahaya kota di luar sana, matanya yang lain tertutup eyepatch hitam, wajahnya tampan jika saja tidak ada penutup mulut hingga hidung berwarna hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

“Kami tidak punya banyak waktu, bisa kau katakan apa permintaan terakhirmu?” dingin, datar dan tanpa emosi, sebuah pertanyaan pertama dari Brighella yang membuat Arlechinno tertawa keras, menertawakan humor sadis Brighella yang tidak pernah meningkat.

“Berarti aku tidak punya pilihan ya, Brighella?” lawannya mengeluarkan pistol dari balik jubahnya menodongkan pistol perak itu ke arah Brighella yang masih tidak bergeming, sesorang lain muncul dari kegelapan di belakangnya mengarahkan pistol lain kearah Arlechinno yang masih berusaha menangkap nafasnya yang sempat hilang akibat tertawa.

“Baiklah kalau memang itu permintaan terakhirmu, Il Bagatto,” pistol lain terarah ke arah Il Bagatto—pemuda ber-eyepatch.

Dengan malas Arlechinno menarik pistol yang ada di sabuknya, mengarahkannya dengan main-main ke arah pembidiknya, “Hei, main satu-satu ya? menyenangkan sekali?”

Ti ammazzo, Brighella,” sebuah janji dari mulut sang penyihir.

Si, Grazie,”

dan pertarungan dua kubu di mulai lagi hari itu.

==

Selalu ada Kebenaran dan kejahatan, selalu ada hitam dan putih. Mereka juga begitu, saat pemegang tarot-tarot takdir itu menjalankan takdirnya, mereka akan mendapati orang-orang apatis yang tak percaya takdir. Saat orang-orang apatis itu menyatu, bersama, membentuk suatu kelompok yang punya tujuan seenaknya sendiri untuk mengacaukan takdir, dua kubu akan kembali berperang, baik dan buruk, salah dan benar.

Sebenarnya mereka bukan tanpa takdir, hanya saja mereka seperti membuat lelucon tersendiri dengan takdir yang sebenarnya, hingga entah kapan orang-orang menjulukinya Commedia dell’arte, sekumpulan orang apatis yang pintar membuat lelucon mengenai takdir seseorang, atau bahkan takdir mereka sendiri.

Badut-badut komedi itu tak lagi hanya ada di balik tirai panggung dan pandai menyembunyikan dirinya di balik topeng-topeng keramik, tapi juga pandai mengambil nyawa orang lain dengan peluru-peluru pistol mereka, tidak membedakan mana salah dan benar, dan hanya mengejar materi untuk tuan besar mereka—majikan yang gila materi tapi juga mendapatkan pembantu dan budak-budak yang loyal. Bergerak dalam kegelapan dan membunuh dengan mata tertutup, hingga akhirnya tertelan selamanya dalam kegelapan abadi.

Hingga pada satu titik mereka akan bertemu saling mendirikan benar dan salah dengan cara pandang masing-masing, diwarnai dengan pertumpahan darah dan muntahan peluru dari pistol-pistol mereka.

Ini dunia mafia.

Tanpa cahaya matahari.

.

.

Prelude of Life

END

.

A/N: Horay!!! Prelude!! akhirnya ku publish juga, setelah sekian lama… maaf ya sangat lama dipublish ini juga mepet waktunya karena antara sibuk dan liburan.. well, ada beberapa kata yang memang sengaja ku biarkan dalam bahasa italia, silahkan dicari artinya sendiri hehe~ Anyway, i’ll start reavealing one and other of the character in the first chapt and the good news is the first chapt is DONE~~~ #tebarkonfetti jadi harus masih bersabar untuk tahu siapa-siapa aja yang bakal main di film ini, so tanpa banyak bacot Happy reading and don’t forget to review~~!!

All.Want.Candy © 2013

8 tanggapan untuk “ALTEREGO || Prelude of Life”

  1. woaaaaaah preludenya kakaaak demi apa keren ><

    p.s. begitu buka twitter, liat mention kakdea, heboh sendiri ._. padahal harusnya ngebantuin siapin sahur~ tapi tunda itu jadi baca ini, kekekeke /abaikan aja kak/

    Suka

  2. eh?? tengah komenku ilang semuaa duuh ;A;

    ini kak, preludenya keren sumpah, posternya apalagi ></?
    yang ditunggu Il Sole sama Il Bagatto siapa tuh kak?

    kakdeaaaaaa, ayo publish chapt satunya u,u aku kirain ini chapt satu, mehehe
    eh aku first nih yg komen? :3 kirain fikha udah komen duluan /abaikan kak/

    Suka

  3. Semoga sang authorny gak bosan dg kata “keren” dari saia seiring bertambahny part xD gapapa lama yg pnting memuaskan bgni hsilny :3 berasa bca novel-novel action saia. Im, falling in love falling in love *nari breng 2ne1* sma ceritany tkoh-tkoh bertopeng yg ternyata terbagi jd 2 kubu. Dan ini lbih complicated dr byangan saia.
    T.O.P (y)

    Suka

  4. ini kereen ;___; tapi ak bingung karena gak tau siapa tg jadi siapa ;__;

    dan ak sebenarnya gak pinter2 bgt kalo masalah istilah2 asing .__. jadi ak hanya bisa menunggu dan menunggu…

    il bagatto-il sole sama brighella-arlechinno itu musuhan apa gimana? tapi masih sama2 kelompok mafia? ak bingung beneran…

    keep waiting for the 1st part ^^

    Suka

  5. Kaka, ini sumpah demi apa keren abisss… (y)
    tapi berhubung otak saya rada lemot,
    jadi saya masih bingung sama jalan ceritanya hihi
    tapi sumpah keren banget…
    terus juga tokohnya saya juga gak ngerti siapa-siapa aja 😀
    dan semoga kalo part 1 nongol saya bisa cepat paham 😉
    FIGHTING KAKA!!!!

    Suka

  6. Halo, Nadya. Ini @kryscopter96 yang udah janji review XD
    Aku bener-bener kagum sama tulisan dengan diksi seperti ini, kelihatan seninya kalau dibaca. Tapi seperti yang kamu duga sebelumnya, aku rada ga ngerti sama sisipan bahasa Itali di sini -_-‘ Maklum, di sekolah bahasa Itali ga masuk pelajaran bahasa asing XD
    But, it is veryyyy goood overall!
    Terus semangat buat nulis^^9

    Suka

Leave Your Review Here!