Cyber War 4th: Junhong Kidnapped

Cyber War 4

 

4TH : JUNHONG KIDNAPPED

Chaptered | AU, Crime, Romance, Action

|Choi Jun Hong –Zelo (X) | Jeon Jung Kook (X)| Yook Sung Jae (X)|  Jung Tae Kwoon –Leo (X) | Choi Minki –Ren (X) | Yoo Chang Hyun –Ricky (X) | Furukawa Yuki | Furukawa Yui | Shin Ji Hoon | JOKER   ( X X X )

Previous part: Prolog1. 2. 3

Simple Thinker’s 2nd Crime art

.

.

.

.

.

.

 

 

 

Tidak ada pergantian sudut pandang, hati-hati

 

“Taekwoon hyung? Kau tak bisa mendengarku? “ seorang anak kecil menjerit tepat di samping telinga Taekwoon muda, pemuda itu hanya menggeser duduknya sedikit menjauh dari sisi anak kecil yang memang sedari tadi ada disampingnya. Manik navy bluenya mentap Taekwoon dengan penuh tanda tanya penuh arti.

 

“Jangan menatapku seperti itu, Ren.. “ guman Taekwoon pelan ketika tatapan dari bocah dengan surai hitam panjangnya terus menghujani Taekwoon dengan tatapannya. Sang pemilik nama ‘Ren’ tersebut menggeser duduknya lebih dekat di sisi Taekwoon. Buku jemarinya sibuk menarik lengan kiri Taekwoon, membuat sang pemilik tangan mengalihkan fokusnya. Menatap balik manik navy blue anak itu.

 

“Tidak apa-apakan? “ Taekwoon membulatkan bola matanya sempurna setelah tahu apa yang sebenarnya anak bernama Ren itu hendak lakukan. “A.. Aku.. “ Taekwoon terbata, seolah seluruh kalimat yang ingin di sampaikanya begitu sarat untuk keluar. Perlahan, air mata mulai merangkak turun menyusuri wajah penuh lukanya.

 

‘Jangan menangis’ sekali lagi Ren menulis beberapa kalimat keatas telapak tangan pemuda itu. “Bagaimanapun, aku harus membuat Phobos merasakan hal yang sama kejinya dengan apa yang dia perbuat hingga kau seperti ini, hyung!. “ Ren menggeram marah, melantunkan tekadnya bulat-bulat, bahkan ia yakin seorang yang telah menjadi matahari dalam harinya yang gelap tak melakukan hal yang salah, dan sebagai seorang yang begitu menghormati Taekwoon, Ren merasa perlu membalaskan penderitaannya pada Phobos.

 

Di balik pintu ruangan tersebut, seorang anak dengan potongan cepak dan memar dipelipis kirinya mencuri dengar pembicaraan yang nyaris sama dengan monolog baginya. Namun, ia merasa cukup puas mendengar beberapa untaian kata dari mulut kedua orang tersebut, dengan langkah panjang ia segera pergi meninggalkan tempat itu sebelum salah satu dari keduanya menyadari keberadaanya. Ia masuk ke dalam sebuah kamar yang berada tepat di ujung lorong gelap, hanya lampu dengan cahaya remanglah yang membuat seberapa kumuhnya ruangan tersebut dapat di jamah oleh indera pengelihatanya.

 

Seseorang duduk di atas bingkai jendela dengan kaki tersulur keluar, beberapa lilitan perban terlihat menyembul keluar dari sela surai hitamnya. “Phobos..” pemuda itu memanggilnya, sang pemilik nama lantas segera memutar leher dan menatapnya dalam diam. Mata kirinya terutup perban sedangkan mata kananya sibuk menatap pemuda itu dengan acuh.

 

“Sepertinya tidak ada yang perlu di khawatirkan mengenai Taekwoon hyung, tapi jujur aku sedikit ragu dengan Ren. Perkelahian kalian meninggalkan kesan dendam yang besar padanya “ ujarnya datar. Phobos masih diam, tak berminat untuk bercuap sedikitpun, namun setelah spasi beberapa detik, Phobos melompat turun dari kerangka jendela dan berjalan melewatinya, menganggap anak yang telah mencuri dengar demi dirinya seperti angin.

 

Pemuda itu lantas berbalik menatap punggung Phobos, “Zelo!.” Phobos menghentikan langkahnya tepat diambang pintu. Desahan pelan terdengar samar dari balik punggung pemuda yang notabene memiliki nama lain Zelo tersebut.

 

“Sudah 6 bulan, aku tidak pernah memanggilku dengan embel-embel kakak, jujur saja aku sangat rindu dengan senyum manis serta sifat aktifnya yang telah menjadi makanan sehari-hariku. Huh, dia pikir aku mau aku hanya duduk diam di kekang kegelapan oleh Joker seperti ini, bahkan dia berani merusak mata kiriku. Siapa dia? Mentang-mentang usianya terpaut 5 tahun diatasku lalu dia bisa melakukan hal sekeji ini padaku? Apa menurutmu aku akan tinggal diam? Jangan khawatir, aku bukanlah pengecut sepertinya, Sungjae, “ Phobos –Zelo meluapkan seluruh emosinya dalam bisikkan halus pada pemuda bernama Sungjae.

 

Pemuda itu terus bergeming di tempatnya ketika Zelo hilang di telan kegelapan. Seolah benar-benar faham, bagaimana suana hati pemuda itu.

 

 

 

-Cyber War-

 

PIIPP.. CKLEK..

 

Seorang pemuda baru saja masuk ke dalam apartementnya, beberapa detik setelah ia menapakkan kakiknya ke dalam ruang persegi empat tersebut, lampu penerangan mulai menyala satu persatu. Ia –Sungjae berjalan lemas menuju ruang tengah dan segera menghempaskan raganya sendiri keatas sofa berwarna putih tulang, manik hitamnya sibuk menatap langit-langit apartementnya sembari berusaha menangkap setitik suara bising yang biasa diciptakan oleh si pemuda jakun, teman serumahnya.

 

“Junhong! Apa kau sudah tidur?,” suara Sungjae mengudara cukup lantang, namun seorang yang sekarang entah dimana tersebut tak kunjung membalas teriakanya. Pemuda itu lantas menghela nafas panjang seraya memejamkan mata, berusaha berlayar menuju pulau kapuk tanpa peduli dimana Junhong saat ini. Yang ada dipikiranya saat ini adalah bagaimana menghilangkan seluruh kepenatan yang datang secara bersamaan membebani pundak pemuda bersurai hitam tersebut. Pemuda itu segera terjun ke alam bawah sadarnya hingga sang mentari merangkak naik di ufuk timur.

 

Ia terbangun tepat ketika alarm ponselnya menjerit memekakkan telinga. Beberapa kali mulut pemuda tersebut menguap lebar, telapak tanganya bergerak saling bergesekkan dengan kulit wajahnya. Sungjae lantas menyapu seluruh ruangan apartementnya. Oke, pagi ini suasana aneh mulai mampu meresap masuk ke dalam pikiran Sungjae.

 

Dengan langkah sedikit memburu ia segera bangkit dan menerobos masuk ke dalam ruang tidur Junhong. Namun pemuda itu tak dapat menemukan Junhong di kamarnya, ia berusaha menangkap bunyi dari kamar mandi. Disanapun sama sekali tak terdengar suara gemericik air, artinya Junhong juga tak ada di dalam kamar mandinya. Sungjae lantas segera mendaratkan kakinya di depan PC Junhong, memeriksa beberapa komponen yang sering digunakan oleh pemuda itu secara diam-diam di malam hari. Namun dari beberapa piranti keras milik Junhong sama sekali tak memberikan setetes petunjuk mengenai temanya yang hilang entah ditelan apa.

 

“Halo, Jungkook-a, apa Junhong tidur disana? “ orang di seberang telefon sana tak kunjung menjawab pertanyaan Sungjae meskipun ia sudah mengangkat panggilan di pagi hari dari Sungjae. Lelah menunggu, mau tak mau Sungjae berteriak cukup keras dari telefon genggamnya untuk sekedar membangunkan Jungkook yang mungkin saja masih terpejam.

 

“JEON JUNGKOOK!! “

 

“Junhong tidak mungkin menginap dirumahku!! Kenapa kau menelefon orang di pagi buta seperti ini sih?! “ Jungkook lantas balik berteriak ketika Sungjae sukses menusuk gendang telinganya di pagi hari. Jungkook terdiam sesaat setelah mendengar desahan panjang Sungjae. “Tapi tunggu, kenapa kau bertanya? Dimana Junhong? “ pemuda di seberang menjerit dua kali lipat lebih keras dari Sungjae kali kali ini.

 

“Kita harus mencarinya, aku akan menjemputmu 30 menit lagi!! “ dengan langkah memburu Sungjae lantas segera masuk ke dalam kamar mandi,

 

 

 

-Cyber War-

 

Sungjae bersandar pada tiang listrik di seberang jalan sembari menggesekkan kedua tanganya untuk menciptakan sebuah kehangatan. Pemuda bersurai hitam tersebut sudah menunggu temanya selama 30 menit lebih di bawah rangkulan angin musim gugur yang cukup dingin. Sesekali pula uap putih berhamburan keluar dari sela bibirnya.

 

“Sungjae! Maafkan aku, orang dalam benar-benar merepotkan! “ Jungkook segera berlari kecil menghampiri Sungjae yang sudah setengah beku menungguinya. Ia hanya diam membisu dan melempar tatapan tajamnya pada Jungkook, yang mendapat tatapan hanya mampu menghela nafas panjang sembari kedua pundaknya turun perlahan. “Ayolah, jangan salahkan aku! “ rengek Jungkook dengan sedikit memaksa.

 

“Tch, aku nyaris membeku kau tahu? Ayo kita cari Junhong, udara musim gugur sangat tidak menyenangkan! “ keluh Sungjae pada Jungkook sembari mengayunkan langkahnya menjauh dari tempatnya berpijak beberapa detik lalu. Jungkook lantas menyusul langkah Sungjae dan segera menuju ketempat dimana Junhong biasa menghabiskan waktu jenuhnya. Tempat pertama yang terpintas di pikiran mereka adalah perpustakaan kota.

 

Namun kenyataanya perpustakaan kota tak pernah buka di hari minggu seperti saat ini. Keduanya hanya memandangi gerbang besi perpustakaan yang terkunci rapat dengan tatapan hampa, merasa sia-sia ke sana. Sungjae dan Jungkook lantas bergegas pergi menuju Sungai Han. Sama seperti lokasi sebelumnya, Junhong masih tidak bisa ditemukan di dua tempat tersebut. Dari sana mereka terus memutari Seoul demi si pemuda jakun walau hingga sang raja siang duduk tepat diatas kepala mereka, keduanya sama sekali tak menemukan petunjuk apapun.

 

“Kau sudah coba hubungi dia? “ Jungkook segera melempar pertanyaan yang sedari tadi bersembunyi di dalam otaknya. Sungjae berhenti menegak kopi hangatnya dan menghela nafas panjang, Jungkook masih menunggu jawaban rekanya sembari kedua jemarinya semakin menjejal masuk ke dalam saku jaket yang menyelimuti tubuhnya.

 

“Jika aku bisa menghubunginya, aku tak akan mengajakmu berkeliling Seoul “ Jungkook kini larut dalam pikiraya sendiri, entah kemana pikiranya kini berkelana tak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri. Sungjae hanya diam memainkan batang kayu yang kebetulan tergeletak begitu saja di bawah bangku yang tengah ia duduki bersama Jungkook.

 

“Yui! “ tiba-tiba Jungkook memekik ketika sesosok Yui muncul di pikiranya sambil tertawa licik. Sungjae lantas dengan cepat memutar leher dan melempar tatapan heranya pada Jungkook. “Bukankah Yui orang terakhir yang menemui Junhong? “

 

“Tapi dimana gadis itu? Ah, maksudku rumahnya “ Sungjae berusaha meralat ucapanya sendiri ketika ia berhasil menangkap maksud Jungkook, pundak pemuda itu melemas ketika sebuah pertanyaan yang ia takuti meluncur halus dari mulut Sungjae. Sungjae lantas menatap langit Seoul yang tak berselimutkan cahaya matahari siang ini. Sang raja siang sedang bersembunyi di balik awan rupanya.

 

“Hei! Butuh bantuan? “

 

-Cyber War-

 

Perlahan kubuka mataku, secara refleks kornea mataku perlahan menyesuaikan cahaya menyilaukan di sekitarku. Semua terlihat buram hingga akhirnya lensaku mampu menempatkan semuanya dengan benar, namun aku tak percaya dimana aku berada sekarang.

 

Oke, ini ruangan apa dan dimana? Kenapa seluruh sisi ruangan ini hanya dipenuhi oleh warna putih, bahkan tak ada satupun perabotan yang berdiri di sini. Hanya satu sebenarnya, kursi tempatku bersandar. Perlahan aku kembali mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padaku sebelumnya hingga aku harus ada dalam ruangan aneh ini. Sial, benar juga, Yui mencampur jus jeruk yang diberikan padaku dengan obat tidur dan alkohol. Apa-apaan gadis itu?. “Hei Yui! Keluarlah, aku tahu ini ulahmu! “ dengan sekuat tenaga aku berusaha memancingnya untuk sekedar menampakkan hidung. Namun rasanya sia-sia ketika ia tak kunjung muncul. Apa dia tuli? Atau, ruangan ini kedap suara? Bahkan mereka mengikat tanganku dengan borgol, sepertinya bergerak ceroboh saat ini akan emngakibatkan hal fatal terjadi padaku.

 

Perlahan kuhirup oksigen dalam-dalam dan menunggu sebuah respon berarti dari Yui. Diam-diam manik mataku menyapu seluruh ruangan dengan teliti. Baiklah, ini bertanda buruk. 4 buah kamera dengan sensor panas tubuh manusia yang di masukkan dalam lensa kamera itu sendiri. Kemudian di beberapa sisi ruangan ada beberapa senjata yang di sembunyikan. Mereka sedikit amatir atau sengaja membuatku melihat semua ini?

 

Awalnya aku tak terlalu memperhatikan dua kamera yang di pasang 45 derajat di belakangku namun setelah aku memperhatikan lebih jeli, kamera dengan tipe tersebut telah dimodifikasi dengan memasukkan sebuah pelontar peluru bius di bagian bawah tubuh benda mungil itu. Dan jika dugaanku ini benar, mereka menghubungkanya langsung dengan sensor panas tubuh manusia pada lensa kamera itu. Licik sekali dia menyembunyikan benda seperti itu? Jadi sekarang aku harus menjadi Zelo yang tidak tahu apa-apa, huh.

 

PIIIP

 

Dinding putih dihadapanku berubah menjadi sebuah kaca kedap suara seperti pada ruang isolasi pada umumnya. Sebuah mini mic menggantung tepat dihadapanku. Lantas dibalik kaca tersebut seorang pria jakun, hmm.. mungkin usianya sekitar 25 tahun berdiri dengan gaya soknya. “Hei, kau! Apa-apaan ini! Keluarkan aku!! “ teriakku lantang. Pria jakun itu hanya acuh tak mengabaikanku, aku masih menatap tajam manik hitam penuh keangkuhanya itu. Tiba-tiba seorang wanita berselimutkan blazzer hitam berlari kecil kepadanya dan memberikan sebuah microphone pada si pemuda.

 

Tunggu tunggu tunggu! Itu Park Shinhye yang waktu itu mencoba menahan virusku untuk mengintip masuk ke dalam program pengendalian rudal negara bukan? Ah, aku masih ingat moment menyenangkan 3 bulan lalu ketika seluruh usahanya sia-sia saat Pomodorini, peliharaan virtualku menghancurkan semua barikade miliknya.

 

“Choi Junhong, apa kau bisa mendengar suaraku? “ fokusku kembali teralihkan padanya. Aku masih tak berminat untuk sekedar membuka mulut dan memilih diam membisu. Jika melihat caranya menatapku, aku merasa menjadi seorang pembunuh kejam. Sungguh.

 

“Choi Junhong! Jawab aku!! “ sekali lagi ia berseru untukku. Dasar emosional.

 

“Iyap! Aku Choi Junhong, lantas kenapa? “ balasku akhirnya. Mulai dari dialog ini sebuah drama singkat harus kumainkan demi menjaga jati diriku. Topengku tak boleh diinjak-injak oleh pria yang bahkan terlihat tak memiliki semangat hidup sepertinya.

 

“Kau adalah pelaku pembobolan bank nasional 6 bulan lalu dan menambahkan sejumlah uang pada rekeningmu beserta bukti dan laporan palsu, pembobolan sistem keamanan jaringan komunikasi militer nasional 3 bulan lalu, dan melakukan beberapa kerusuhan dunia maya yang berakibat pada rusaknya beberapa situs internasional serta pembobolan besar-besaran baru-baru ini. Apa aku salah? Mengakulah Choi Junhong.. “ sial. Darimana dia tahu semua ulah yang telah aku tata dengan sempurna? Bahkan aku selalu menggunakan ID asing dalam tiap aksiku. Orang ini bukan orang biasa rupanya.

 

“Apa? Wow.. mana mungkin aku bisa melakukanya!! Ayolah, jangan menuduh sembarangan. Dan bebaskan aku, aku tidak bersalah!! “ tunggu, setelah diingat lagi, bukankah itu kakak Yui, ah. Gadis itu benar-benar tidak main-main  ternyata. Kenapa aku bisa terjebak dengan mudahnya? Sungguh ini terlalu konyol. Sementara kakak Yui sibuk membacakan berbagai rincian tidak penting kepadaku, sudut mataku menangkap sosok Yui yang baru saja memasuki ruangan tempat kakaknya berdiri.

 

Entah refleks apa, aku berdiri dan berteriak padanya dengan cukup keras, dan bodohnya aku lupa. Gerak refleksku sukses membuat si peluru bius menusukkan sengatnya keleherku. Sial…

 

 

 

-Cyber War-

 

Yui baru saja turun dari taksinya, dengan langkah sedikit kasar ia berjalan menelusuri basement kantor kakaknya yang sarat akan penerangan, sedikitnya memberi kesan horror. Setelah memasukkan kartu ID pengenal serta sidik jarinya pada kunci kantor rahasia kakaknya, Yui bergegas masuk ke dalam untuk mengurus masalah ikan tangkapanya. Sedikit kasar memang.

 

Iris Yui tak sengaja menangkap Junhong yang tengah diinterogasi sesuai dengan data yang ia peroleh. Pemuda bersurai kelabu itu langsung berdiri ketika tatapan mereka saling bertemu, tak lama setelahnya, raga sang pemuda jatuh terkulai begitu saja diatas lantas. Yui lantas segera berlari menghampiri pintu ruang isolasi tempat Junhong disekap. Tanganya bergerak kasar menggesekkan ID miliknya pada kunci ruangan. “Shinhye eonni, buka kuncinya. SEKARANG! “ ia sedikit berteriak pada wanita yang notabene adalah rekanya. Namun ketika Shinhye hendak membuka kunci ruang isolasi Junhong, Yuki menghadangnya.

 

“”Nii-sani! Apa yang tengah kau lakukan!! Keluarkan Junhong sekarang! Kau sudah berjanji padaku untuk tidak menyakitinya, “ Yui menghempaskan lengan Yuki yang menghalangi langkah Shinhye ke udara. Yuki lantas balik menatap Yui dengan penuh makna kelabu.

 

“Yui, ini adalah prosedur penangan kriminal internasional sepertinya. Jangan melakukan hal gegabah Yui! “ sang kakak terlalu kolot untuk mendengarkan permintaan adiknya. Gadis dengan surai coklat dominasi hitam tersebut mendorong kakaknya sedikit mundur, memberi celah pada Shinhye untuk membuka pintu ruang isolasi.

 

“Akulah pemimpinya! Joker sudah katakan itu juga untuk kakak bukan! “ Yui membisikkan peringatanya pada Yuki sebelum masuk kedalam ruang isolasi dan di bantu oleh beberapa staff medis yang sudah berjaga disana. Diam-diam Shinhye bergerak mendekati Yuki, pemuda itu menangkap basah Shinhye dan menatapnya heran. Wanita itu sedikit malu tersenyum kecil.

 

“Ah, Yuki­-san apakah benar dia ketuanya?, dan siap Jokersebenarnya? “

 

“Entahlah. Hanya Yui dan anak itu mungkin yang tahu.. “

 

 

 

-Cyber War-

 

“Aku melihat Yui membawa sebuah kardus berukuran besar bersama kakaknya dari ruang kesehatan kemarin. Kemudian aku memaksa Minki untuk mengidentifikasi kandungan tumpahan jus di ruang kesehatan, di dalamnya terkandung obat tidur dan alkohol 40%.. “ Ricky berjalan dengan ringan mendekati Sungjae dan Jungkook yang kala itu masih membeku ditempatnya. Tangan pemuda bersurai hitam tersebut sibuk menjelajah kedalam saku jaket yang menyelimuti raga sang empunya. Dikeluarkannya sebuah kertas yang dilipat rapi, Ricky menyodorkan kertas tersebut pada Sungjae.

 

“Bukalah.. “ ujar Minki. Sungjae masih menatap pemuda bersurai hitam di hadapanya dalam diam. Seakan ragu, terlebih tatapan Minki yang berdiri tepat di belakang Ricky tak tak terlalu meyakinkan. Beberapa waktu berselang akhirnya Sungjae menerima uluran kerta tersebut dengan kasar. Kelopaknya membulat sempurna begitu ia melihat apa yang tertera di kertas tersebut. Buku-buku jemarinya meremas kasar kertas tersebut sebelum dibuangnya ke tanah.

 

“Kenapa kau ingin membantu kami? “ Jungkook menyela. Entah apa maknanya, Ricky tersenyum puas mendengar selaan Jungkook, Sungjae menghadang tubuh Jungkook yang hendak maju memukul Ricky. Pemuda itu membungkus Ricky dengan tatapan penuh selidik. Ia terkekeh pelan sembari melipat tanganya di depan dada. “Kau tahukan, Taekwoon hyung orangnya peka? Maka dari itu kami mendapat perintah darinya untuk menolong kalian,.. yah walau sebenarnya kami tidak tahuu apa maksud di balik perintah Taekwoon hyung

 

“Lagian jika sampai topeng Junhong terbuka, topeng kalian dan topeng kami akan terbongkar cepat atau lambat bukan?. “ Minki menyela dengan cepat. Sungjae melempar tatapanya dengan pemuda itu dengan ketus, si pemuda pirang balas menatapnya tajam.

 

“Hei hei, bagaimana? Jika menolak ini akan menjadi bencana juga bukan? “ Ricky memberikan penawaranya sekali lagi –dengan sedikit memaksa pula. Sungjae mendengus panjang, diliriknya Jungkook yang masih mentap dua orang dihadapanya dengan tidak suka.

 

“Baiklah, tapi kalian akan tanggung akibatnya bila berani menusuk kami dari belakang.. “ Jungkook kembali angkat bicara. Senyum puas terkembang diwajah Ricky, seoalah semuanya telah berhasil ditata pada tempatnya. Minki beberapa menepuk tanganya sembari mengayunkan langkah ringan dan memperpendek jarak diantara dirinya dan Sungjae.

 

“Ayo kerumahmu.. kami butuh peralatan canggih buatan Junhong untuk melacak bocah itu lebih cepat.. “ ujar Minki sedikit angkuh, ditambah ia meletakkan telapaknya di pundak Sungjae. Berlagak sok akrab. Pemuda itu lantas menepis jauh-jauh tangan Minki dari pundaknya, ditariknya ujung kerah jaket pemuda itu sebelum ia mendorong kasar Minki.

 

“Berani sekali kau? “ ujarnya ketus. Minki lantas berlagak membersihkan kerah yang baru saja di cengkram Sungjae, Ricky berjalan mengitari keduanga dengan lengan yang di masukkan ke dalam saku.  “Ayolah, di tempat kami ada seseorang yang sangat mengganggu. Lagian di tempat kalian banyak alat canggih bukan? Bocah itu –Junhong adalah ahlinya dalam hal seperti ini. Jangan menutup mata kalian dan berlagak pelit. Tapi jika kalian ingin Junhong disiksa oleh polisi-polisi bodoh itu yah, silakan. Toh Junhong orangnya kolot. Apa aku salah, huh? “

 

Jungkook menggigit bibir bawahnya ketika kedua daun telinganya serasa terbakar ketika komentar pedas Ricky menusuk-nusuk syaraf pendengaranya. Memang, pemuda bersurai hitam itu sangat cocok menjadi seorang provokator dengan lidah tajamnya. Pemuda itu –Jungkook berjalan cepat menarik kerah Ricky, ditatapnya dalam-dalam iris hitam pemuda itu dari dekat. “Awas saja jika kalian gagal!.. “ bisik Jungkook sebelum Ricky mendorong tubuhnya menjauh. Jengah dengan posisi yang diciptakan oleh Jungkook.

 

“Baiklah, lebih baik kita segera bergerak sebelum topeng kita benar-benar rusak.. “

 

 

 

-Cyber War-

 

Perlahan Junhong yang kali itu terbujur lemas di atas sebuah ranjanng putih membuka kelopak matanya perlahan. Kesadaranya belum kembali seperti sedia kala, ia hanya bergerak pelan mengalihkan pandangnya ke kanan maupun kiri ranjang, berusaha menebak dimana ia berada saat ini. Beberapa kali pemuda itu berusaha menggerakkan tanganya yang terborgol rapi di sisi ranjang, sama halnya dengan kedua kaki pemuda itu. Makin lama pemuda itu bergerak lebih kasar, walau usahanya berakhir sia-sia begitu saja. Pemuda itu mendengus panjang setelah menyerah akan seluruh usahanya. Ia hanya sibuk memandangi atap putih tanpa mampu berfikir jernih.

 

“Oh, Junhong! Kau sudah sadar ternyata! Bagaimana keadaanmu? “ Yui yang baru saja masuk ke dalam ruangan tempat Junhong berada lantas berjalan santai menghampiri pemuda yang kini terkekang di atas ranjangnya. Gadis itu masih saja berani tersenyum konyol dihadapan Junhong meski sang pemuda tak membalas pertanyaan darinya dan bahkan menatap tajam gadis itu.

 

“Hei, kenapa kau lakukan ini padaku? Kejadian waktu itu kan tidak sengaja! “ protes Junhong ketika Yui mengupas jeruk dengan santai –semua karena Junhong mengabaikan pertanyaan darinya. Gadis itu masih saja menyibukkan diri dengan beberapa jeruk di hadapanya.

 

“HEI!! “ suara Junhong meninggi. Sukses membuat gadis itu berhenti mengupas jeruk ketiganya. Tanganya bergerak cepat meraih sebuah pisau kecil dan mengarahkan mata pisau tersebut tepat dihadapan Junhong. Sukses membuat pemuda itu berhenti bernafas untuk beberapa saat.

 

“He.. hei! Apa yang kau lakukan?! “ pekik Junhong terkejut.

 

“Jangan bahas kejadian memalukan itu, oke? “ ancam Yui dengan senyum mengancamnya.

 

“O.. oke.. “

 

Puas mendengar jawaban Junhong, gadis itu segera kembali duduk dan mulai melanjutkan kesibukkanya yang tertunda. “Hei.. Yui beritahu aku! “ Junhong kembali mendesak gadis itu untuk memberi tahu alasan kenapa ia harus di sekap dan sebagainya –walau Junhong sendiri sudah tahu. Yui masih belum menjawab pertanyaan Junhong, ia hanya diam menyodorkan sepotong jeruk kepada pemuda itu. Namun Junhong tetap membungkam mulutnya dan diam menunggu Yui menjawab pertanyaan yang ia lontarkan berulang kali sejak tadi.

 

Yui menghela nafasnya panjang. Diletakkanya kembali sepotong jeruk yang sebelumnya kembali, telapaknya bergerak perlahan menutup mata kanan Junhong. Pemuda itu membeku setelah Yui melakukan hal itu. “Gelap? Aku sudah tahu semuanya, Junhong.. “ bisik Yui pelan. Pemuda itu masih tak berkutik dari Yui, tak bergerak maupun menatap Yui. Pandangan mata kirinya hanya kosong. Tak memiliki makna apapun, perlahan peluh dingin mulai menyusuri wajah Junhong, Yui menarik kembali telapaknya dan membiarkan Junhong menatapnya.

 

Phobos, pernahkah kau mendengar Joker mendidik seorang dengan nama samaran konyol darinya selain kalian berenam? Miranda namanya.. “ tanya Yui tenang. Junhong masih menatap Yui tajam, menyelidik bercampur tak percaya.

 

“Siapa dia? “ bisik Junhong akhirnya.

 

“Aku.. “

 

 

 

­-Cyber War-

 

“Semua video CCTV yang berhasil di culik oleh Minki sudah berhasil disatukan. Semuanya berasal dari CCTV ruang kesehatan, lorong sekolah, tempat parkir belakang sekolah, jalan raya hingga berujung di basement kantor polisi.. “ ujar Taekwoon yang telah bergabung bersama yang lain di apartement Junhong sembari menunjukkan 50 potongan CCTV dari berbagai tempat.

 

Semua orang lantas berhasil bersugesti bahwa Yui adalah kaitanya dengan polisi. Polisi intel tentunya. Berbagai cara untuk menyelamatkan Junhong mulai mereka gali dalam-dalam, berusaha menemukan jalan manakah yang terbaik untuk menyelamatkan Junhong secara halus. Atau mungkin kasar?

 

“Huh! Bodohnya diriku, kenapa ide ini tidak terpikir olehku? Haha.. Joker pasti menertawai kita dengan puasnya.. “ Ricky tiba-tiba tertawa keras, mengalihkan fokus semua orang dengan angkuh berjalan dan mensejajarkan dirinya di samping Taekwoon. Tepat di depan semua orang.

 

“Aku punya ide.. “

 

 

 

-TO BE CONTINUE-

 

TINGGALKAN KOMENTAR, FEEDBACK DAN REVIEW UNTUK MEMBANGUN

 

TERIMA KASIH

 

 

9 tanggapan untuk “Cyber War 4th: Junhong Kidnapped”

  1. Eonniiiiiii, I love youuuuuu :*

    Sungjaenya keren abisssssss, love it so much much much,, thank you eonni^^
    penasaran siapa yang punya ide,, keren bangettt

    LOVE YOU AND THIS STORY^^

    Suka

Leave Your Review Here!