Look at Me Now (Chapter 1)

Look at me now

Look At Me Now [1/2]

Main cast Kim Yuki [OC], Jeon Jungkook support cast Kim Yugyeom, Bambam, Kim Dani genre Romance, AU duration Two shot  rating T

presented by namgiyea (@gndya)

 

Eyes are reflects of heart,

Through eyes you’ll know the thruth, eyes can’t lie

So, Why don’t you try to look into it  too?”

 

 

Kim Yuki, gadis itu dengan lemah menyanggakan kepalanya yang hari itu rasanya sangat berat di pilar-pilar halte bus yang kokoh berharap bus yang akan membawanya kembali pulang ke rumahnya.

 Hari ini ia pulang lebih cepat buah dari memaksakan untuk tetap sekolah walaupun kondisinya sejak tadi malam memang kurang fit membuatnya pingsan di koridor sekolah. Tak lama suara roda menyentuh aspal pun kian terdengar membuka kedua kelopak mata Yuki yang sedari tadi mengatup lelah, Busnya sudah datang.

Ia berjalan memasuki bus tersebut, mendapati bangku yang kosong. Syukurlah, Badannya mungkin tidak cukup kuat untuk berdiri dan bisa runtuh kapan saja.

Ia duduk di bangku tepat disebelah lelaki muda yang masih mengenakan seragam sedang membaca komik Dragon Ball seraya menyumbat kedua telinganya dengan headset mengacuhkan siapa aja orang yang disampingnya.

Yuki merasakan getaran dari saku sebelah kirinya, segera ia membuka ponselnya, ternyata sebuah panggilan dari dari kakak lakinya, Kim Yugyeom.

“Yukiya, eodi?” ujar kakaknya dari kejauhan, terdengar nada khawatir dari kakaknya itu.

“Sudah di bus sekarang”

“Ah maaf oppa tidak bisa menjemputmu, Masih ada kegiatan klub setelah ini”

Ne, Aku mengerti”

“Hati-hati, Jangan lupa meminum obat!”

“Ya aku akan berhati-hati, Sudah dulu ya?”

Yuki menutup pembicaraan dengan kakaknya, Lidahnya terlalu pahit untuk terus berbicara. Perjalanan masih cukup lama untuk sampai ke rumahnya, Karena lelah ia tidak kuat menahan kelopak matanya, Ia pun jatuh tertidur.

.

Jungkook mempertahankan posisinya setelah beberapa kali ia membernarkan kepala gadis disampingnya yang  tertidur itu agar tidak menjatuhkan kepalanya di bahunya. Sudah cukup jauh ia melewati halte tempat harusnya ia turun dari bus, gadis itu yang bahkan ia tidak kenal menghalanginya.

Ia menatap gadis yang seolah tertidur dengan nyenyak dibahunya. Ia memegang tangan gadis itu dan menggetarkannya pelan inginnya menyeru ‘Hei bangunlah, Kau menyusahkan’ tapi kata-kata itu tak terucap jua, Ia paling sulit untuk bicara, Terlebih pada orang asing.Ia pun merasa sedikit khawatir dengan keadaan gadis itu yang tidak terlihat sehat sebab bahunya itu mulai terasa panas. Ia memutuskan mempertahankan posisinya hingga gadis itu terbangun dari tidurnya.

.

Yuki membuka kelopak matanya yang terasa berat dan mendapati langit-langit yang asing.ia mengucek kedua matanya agar pandangannya terlihat lebih jelas. Ia membangunkan badannya menatap sekitar,

Ia tertidur di bus? Ia menatap tempat dimana dirinya tertidur. Oh sial ia tertidur di bahu lelaki asing disebelahnya.Ia langsung menepok jidatnya sendiri betapa malunya dirinya.

Jeogi, Ahjussi apa kau bisa memberhentikan bus?” perintah Yuki, tak lama sang supir memberhentikan laju busnya. Ia langsung bangkit keluar dari bus, Ia tidak mengucap sepatah kata atau bahkan menoleh kearah lelaki itu karena terlalu malu.

“Sial, Aku harusnya mengucap maaf pada lelaki itu”

.

.

Yuki mengambil beberapa buku dari rak perpustakaan mengingat beberapa hari lagi sudah pekan ujian,Ia memang tidak terlalu pandai. Setidaknya ia harus belajar dengan giat agar nilainya memuaskan.

Hendak mengambil buku tentang jaringan tumbuhan namun terlalu susah untuk dicapai karena disimpan di rak yang cukup tinggi dan postur tubuh Yuki yangmenyulitkannya,Ia melompat-lombat kecil berusaha meraih bukunya.

Sebuah tangan tiba-tiba meraih bukunya itu dengan mudahnya, Yuki langsung menoleh ke belakang mendapati seorang lelaki yang mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Yuki.

Hi Miss Kim!”Lelaki itu tersenyum tipis.

Lelaki itu adalah seniornya satu tahun dari klub broadcast, Ia bedarah Thailand dan dikenal dengan nama Bambam ia cukup populer diantara gadis-gadis.

 “Kkamjjakiya” Yuki tersontak kaget mendapati kedua bola mata itu menatap dirinya begitu dekat,ia melangkahkan kakinya kebelakang menjauhi wajah lelaki itu.

Wae?Mengapa kau begitu kaget?Apa aku terlihat seperti hantu?”Tanya lelaki itu mempertahankan posisinya sambil mengusap punduknya heran.

“Kau benar-benar membuatku kaget sunbae” Yuki memukul seniornya itu pelan seperti biasanya.

“Kau memang aneh, Miss Kim” Lelaki didepannya itu membenarkan posisinya dengan berdiri tegap.

“Omong-omong, Mengapa kau jarang ikut kegiatan klub?”Tambah lelaki itu menanyakan pertanyaan yang merupakan maksud kedatangannya bersidekap.

“Ah aku lupa, Maafkan aku sunbae

Gwenchana, Kalau begitu kutunggu kau di klub ya Miss Kim!” Bambam memberikan buku itu ke tangan Yuki lalu tersenyum tipis dengan maniknya yang kelam terlihat tulus membuat semua wanita meleleh dibuatnya,

 Tidak berlaku untuk Yuki, Ia tetap tidak bisa melihatnya.

.

.

Yeobo, kau berikan ini ke wali kelasnya Yugyeom, Ne?” Nyonya Kim memberikan amplop putih itu ke tangan Tuan Kim yang sedang memakai jasnya.

“Aku hari ini ada meeting penting di Gwangju.Aku bisa telat kalau ke sekolah Yugyeom dahulu” Protes Tuan Kim mendengar pernyataan istrinya itu.

“Aku pun harus bertemu klien hari ini, Aku sudah menghubungi sekolah Yugyeom tapi mereka menolak dan meminta kita untuk memberikannya langsung.” Jelas Nyonya Kim runtut,  melihat Yuki yang sedang turun dari tangga seolah menemukan jalan keluarnya.

“Yukiya, Datang kemari!”Ibunya menginstruksikan untuk datang ke arahnya, Yuki mengikuti.

“Yugyeom sedang ada kejuaraan renang, Kau berikan ke wali kelas Yugyeom Ne?

“Maksud Eomma ke sekolah Yugyeom oppa?”Balas Yuki seolah tidak percaya dengan pernyataan ibunya.“Itu benar-benar jauh dari sekolahku, aku bisa telat!”

“Sudahlah, Tidak apa-apa urusan kami lebih penting. Tolong ya Yuki!” Tutur ibunya sambil menepuk pundak putrinya itu.

.

.

Yuki berjalan di koridor sekolah Yugyeom tanpa mengindahkan pandangan dari orang-orang di sekitarnya, Mereka mungkin bertanya-tanya melihat Yuki dengan seragamnya yang berbed.Ia lebih memilih berjalan cepat untuk menyudahi semua ini.

Untung wali kelas Yugyeom tidak bertanya macam-macam tentang penampilannya yang berbeda, Yuki berjalan kearah pintu masuk tadi sambil sedikit melihat-lihat.Bel masuk sekolah memang sudah berdering, Jalanan disekitar menjadi lebih sepi dari sebelumnya sehingga membuat Yuki lebih santai.

Yuki mendengar dering suara ponsel dari sakunya, Terpampang di layar nama Kim Dani, Teman sekelasnya. Ia menanyakan dimana Yuki berada sekarang.

Terdengar derap suara sepatu didepannya namun ia indahkan, Ia mengetik beberapa kalimat di ponselnya.

Derap langkah pun semakin dekat seperti tepat di depannya, Yuki mendongakan kepalanya. Matanya membulat kaget, wajah yang sepertinya tidak asing baginya.

Lelaki didepannya itu menatap gadis didepannya datar, Ia berjalan kesamping agar tidak bertabrakan dengan gadis itu, terlebih tumpukan ditangannya itu benar-benar terlihat berat dan bisa repot kalau terjatuh.

Yuki mematung sedangkan lelaki itu tetap berlalu, Ia dengan jelas tahu siapa lelaki itu, Lelaki yang ada di bus saat ia tertidur. Yuki menutup mukanya malu dan seketika langsung teringat insiden memalukan di bus waktu itu.

.

.

Yuki mengetuk-ngetuk pulpennya pelan berharap dinamo otaknya dapat bekerja.Belum sampai seperempat soal pun terjawab. Pilihan terakhirnya sekarang adalah kembali ke kamar kakaknya, Yah tetapi sudah tahu pasti ia akan disemprot lagi oleh kakaknya itu, Kakaknya memang bisa dibilang pandai, Namun ia tidak berbakat mengajari orang karena rasa tidak sabarannya itu.

Yuki membuka knop pintu kamar Yugyeom ragu dan mendapati kakaknya yang sama-sama sedang berkutit dengan soal dengan serius.

“Yang tadi itu yang terakhir.” ujar kakaknya dengan malas juga kantung besar dimatanya menunjukan bahwa ia sangat lelah, Memang perjanjiannya lima menit yang lalu adalah terakhir kalinya Yuki menginjak kamarnya.

Hanbeonman, Please..”Pinta Yuki sambil membuat tangan memohon.

“Dan sekarang yang terakhir, oke?”Yuki mendengar itu senang dan langsung duduk disebelah Yugyeom menyerahkan bukunya untuk Yugyeom kerjakan. Sambil mengerjakan Yugyeom menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal yang ditanyakan Yuki namun tidak ditanggap olehnya, Pikirannya tiba-tiba teringat dengan lelaki yang ia temui di sekolah Yugyeom. Apa mungkin kakaknya itu mengenalnya?

“Kau mendengarkanku tidak?” Yugyeom mulai merasa kesal sudah capek bicara tidak diperhatikan.

“Tentu saja” Yuki mengangguk-angguk meyakinkan kakaknya itu, Yugyeom memilih untuk melanjutkannya dan Yuki melanjutkan pikirannya itu.

Oppa, Apa kau mengenal seseorang di sekolah dengan tinggi 178-an, Rambutnya gelap, dan kulitnya putih pucat?”Tanya Yuki mendeskripsikan lelaki misterius itu.

“Kalau menerangkan yang spesifik, Kau tahu berapa banyak orang seperti itu disekolahku?”Balas Yugyeom tidak memberi jawaban, Yuki mendengus.

“Sudah ya, Kalau kau ingin tahu cari saja sendiri” Yugyeom menyerahkan bukunya dan menginstruksikan Yuki untuk segera keluar dari ruangannya.

.

.

“Yukiya, Kau hampir menggunting tanganmu!”Dani menyeru Yuki yang sedari tadi melamun saat menggunting poster klub mereka.

“Hampir saja!” Yuki menghembus nafas lega, Dani penasaran apa yang sedang dipikirkan oleh temannya itu.

“Sebenarnya apa yang kau pikirkan sih?”

Akhir-akhir ini Yuki beberapa kali bertemu dengan lelaki misterius itu di bus, Entah kebetulan atau apa membuatnya sedikit penasaran sehingga terpikir terus menerus, Memang tidak ada yang tahu kejadian di bus waktu itu, Yuki mulai menceritakannya pada Dani.

Oh my God!Jujur saja aku mendengarnya ikut merasa malu!”Ia bisa menduga reaksi Dani, Tidak seharusnya ia menceritakan pada Dani, Ia menidurkan kepalanya diatas meja, Kejadian itu memang memalukan.

“Hei kau tahu? Bambam sunbae sedari tadi ku lihat memerhantikanmu terus, Aku jadi merasa iri” ujar Dani sedikit berbisik agar orang lain tidak mendengarnya, Yuki tidak menanggappinya dan larut pada pikirannya sendiri.

.

.

“Hei, Kim Yuki! Kau dicari Bambam di ruangan” seru seorang senior yang merupakan anggota klub yang sama dengannya, ruangan yang dimaksud ialah ruang broadcasting.

Ruangan Broadcasting mulai dipenuhi oleh para anggota yang seakan-akan membuat lingkaran besar, Yuki sendiri tidak tahu menahu, Beberapa dari mereka menatapnya sinis dan berbisik-bisik.Bambam yang dari ruangan siaran berjalan membuka pintu kearahnya.Sebuket bunga mawar berwarna merah digenggamnya berjalan kearahnya.

Seiring berjalannya Bambam, Mereka semua berteriak histeris, Kecuali Yuki.Ia tidak berani melihat dan memandang ke lantai terpaku ditempat. Aroma mawar merah mulai tercium masuk ke indra pembau Yuki menandakan posisinya semakin dekat dengan dirinya. Bambam berlutut dan mengacungkan sebuket mawar itu lalu menyunggingkan senyumnya yang tulus dan tatapan mantap.Yuki masih menatap kelain arah sambil memainkan sepatunya.

“Kim Yuki, Tataplah aku!”

.

.

Sepanjang jalan air matanya tidak berhenti mengalir dari pelupuk matanya, Ia  masuk ke dalam Bus tanpa mengindahkan pandangan orang-orang yang menatapnya heran. Mungkin mereka mengira ia diculik atau dijahati seseorang, Masa bodoh. Yang ia rasakan sekarang ialah kesal dengan dirinya sendiri.

Yuki kesal, Karena ia malah berlari pergi dari kerumunan itu tanpa mengucap sepatah katapun pada Bambam yang menyatakan perasaannya dan malah pergi sambil menangis seperti orang bodoh. Ia memikirkan egonya sendiri.

Semenjak sekolah dasar Yuki memang memiliki ketakutan yang mendalam untuk menatap dan ditatap oleh mata, Maka dari itu ia selalu menghindari kontak mata setiap orang yang menatapnya. Maka dari itu ia tidak pernah menjalani sebuah hubungan dengan lawan jenis, efek dari ketakutan yang membayanginya hingga sekarang. Kenyataan yang membuat dadanya terasa sakit tercabik-cabik oleh rasa malu.

.

.

Sudah dua hari Yuki tidak masuk juga sekolah, Ia belum siap mendapatkan tatapan dari teman-temannya, Seharian ia hanya bersandar di sofa dan mengganti-ganti siaran televisi, Memang membosankan.

“Yuki, bukakan pintu!”Perintah kakaknya dari dapur yang sedang meneguk minuman sambil mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk.

“Kau saja” balasnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

Ya!Masa aku harus membuka pintu dengan tampilan seperti ini?”Yugyeom menunjukan badannya yang masih basah tanpa kaus sehabis mandi itu, Yuki menuruti perintah kakaknya, Yuki membuka pintunya.

Yuki perlahan mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang berada di depan pintu, Ia tertegun menelan ludah seakan tidak memercayai penglihatannya.

“Apa Yugyeom ada di rumah?” lelaki didepannya itu mulai bersuara dengan nada datar dan ekspresi yang tak banyak berubah.

Eo” Yuki mengangguk, dan membalikkan badannya, Hendak memanggil kakaknya ia ternyata sudah berjalan ke arah pintu.

“Oh wasseo?Masuklah!”Ajak Yugyeom dengan ekspresi yang lebih cerah dari sebelumnya, Lelaki itu masuk ke dalam rumahnya.Yuki masih berdiam ditempat. Lelaki itu, Lelaki yang bahunya ia tiduri di bus!                           `

.

.

Eomma” ujar Yuki yang menatap ibunya sedang menuang sirup ke gelas.“Temannya oppa itu siapa?”Ibunya langsung menoleh ke arah putrinya.

“Namanya Jungkook, Wajahnya benar-benar tampan bukankah begitu?” Goda ibunya, Yuki hanya balas mengangguk.

“Kau menyukainya?”Tanya ibunya sekali lagi.

Ani, Aku hanya bertanya” Yuki mengibaskan tangannya cepat.

“Kau bawakan ini ke kamar Yugyeom, Ne?” perintah ibunya memberikan nampan berisi dua gelas sirup.

Yuki menarik nafasnya dalam-dalam sambil memasuki ruang kamar tidur Yugyeom.Dua lelaki itu sedang asyik bermain video games.Syukurlah, Batin Yuki.Setidaknya perhatian mereka terpusat pada games.Yuki segera menyimpan nampan berisi sirup di meja belajar Yugyeom ingin cepat menyudahi semua ini.

“Yukiya kau tidak ada PR?” Tanya Yugyeom tidak biasanya, Menanyakan PR berarti akan dikerjakan oleh Yugyeom juga, Sial, Kakaknya tidak biasanya bertanya seperti itu.

“Tidak, Tidak ada” Balas Yuki beralih pergi menutup pintu kamar kakaknya dari luar. Akhirnya ia bisa bernafas dengan normal kembali.

.

.

Jalanan kecil itu sepi juga gelap tanpa penerangan, Ia benci berjalan di tempat seperti itu. Namum mau apa di kata, badannya sudah benar-benar lelah hari itu akibat sekolah malam. Kehidupan sekolah tinggi yang ia bayangkan tidak seindah kenyataannya.

Jalan kecil ini memang memotong jalanan besar dan lebih efektif juga, Walaupun tampak menyeramkan.Yuki memilih untuk tidak berpikiran macam-macam dan berjalan cepat.

Yuki mendengar derap langkah kaki, Ia mengencangkan tas dipunggungnya dan menarik nafas, Ini jalan umum, bukan hanya dirinya saja yang menggunakan jalan itu. Yuki mencoba untuk menghapus hal-hal negatif yang berkeliaran dipikirannya saat itu.Yuki semakin panik karena langkah orang dibelakangnya semakin terasa dekat, Keringat dingin di lehernya mulai bercucuran. Pelan ia mengambil ponselnya dan tanpa berpikir langsung menelpon kakaknya, Yugyeom.

“Angkatlah, Tolong angkatlah” Nadanya bergetar, Kakaknya tak kunjung mengangkat pangilannya, Ia memutuskan membuat panggilan rekaman, Derap langkah itu semakin cepat membuatnya semakin gelisah, Ia terus berdoa pada Tuhan agar kejadian 7 tahun yang lalu itu tidak terulang lagi.

“Yugyeom oppa, Yeoksa-dong… Pppali!” Yuki hanya memberitahukan posisinya, Ia berharap kakaknya itu mengetahui apa yang ia maksud.

Mendengar itu seseorang berjalan lebih dekat dengannya.Yuki langsung berlari, dan seseorang itu mengejarnya tak kalah cepat.Ia idak tahu kemana arah yang ia akan tuju, Yang ia lakukan sekarang adalah menghindari orang itu. Nafasnya mulai tersenggal-senggal kakinya serasa ingin copot membuatnya melamban.

Oppa, Ppali!” Yuki terus berlari dengan rasa takutnya.

Bruk tubuhnya jatuh tepat diatas aspal, Rasanya sakit sekali.Ia mencoba bangkit dan kembali berlari dan hasilnya ia terjatuh kembali karena kondisi kakinya, Sial.

“Kau tidak perlu takut dengan paman, Gadis kecil” Ujar seseorang dibelakanganya, Yuki mencoba terus berjalan menjauhinya, Walau langkahnya sangat pelan karena kakinya yang pincang.

“Paman bukan orang yang jahat, Paman hanya ingin mengajakmu bermain” Ia bisa merasakan nafas dari orang itu, dan menepuk pundaknya. Yuki memejamkan matanya, ia meremas tasnya.

“Tuhan, tolong aku”

“Apanya yang bukan jahat, Nappeun sekiya!”Secepat kilat seseorang datang dan memukul orang itu.

Lelaki itu menghajar orang itu tanpa ampun, Ia tidak memberi kesempatan untuk lawannya malawan. Ia menendang orang itu untuk terakhir kalinya.

“Ah aku tidak akan melakukan apapun, aku mempunyai anak dirumah, jangan laporkan aku” Orang itu memohon lalu berlari kabur..

Yuki berdiriri mematung ditengah jalan, memikirkan beberapa kemungkinan buruk jika lelaki itu tak ada, Lelaki itu, Jungkook, Teman kakaknya, Dan orang waktu insiden bus.

Ya, Gwenchana?”Jungkook menghampiri Yuki memastikan gadis itu tidak apa-apa, Dengan cepat gadis itu melingkarkan tangan di badannya dan menangis ditubuhnya.

“Aku, aku takut sekali” Tangisan Yuki menjadi-jadi, Ia mendekap Jungkook erat wujud berterima kasihnya karena lelaki itu ada.

Jungkook menenangkan gadis itu walaupun canggung mengusap rambut panjangnya lembut.Untuk beberapa saat mereka mempertahankan posisi seperti itu, Jungkook membiarkan gadis itu menuangkan kesedihan di kemejanya.

Ya Kim Yuki!”Yugyeom berlari mendekati adiknya, Suasana canggung pun terjadi saat melihat Jungkook memeluk adiknya.Jungkook melepaskan dekapannya.

“Yukiya, Gwenchana?” Yuki menatap adiknya itu meminta penjelasan, Adiknya beralih memeluknya tanpa memberikan jawaban apapun.

Oppa datang telat, Mianhae” Ujar Yugyeom penuh penyesalan.

“Adikmu tidak apa-apa” Terang Jungkook terlihat lebih santai sambil memasukan tangannya ke dalam celana jeans.

Gomawo, Jeon Jungkook” Ucap Yugyeom tersenyum tipis pada temannya.

Eo, Kapanpun”

.

.

Yuki memerhatikan arloji dilengannya tepat pukul 3. Waktu dimana lelaki itu, Jungkook menggunakan Bus. Tidak lama Bus berhenti tepat di depan halte.

Yuki memasuki Bus itu gugup, Ia menatap Jungkook yang tengah duduk di samping jendela dengan headset di telinganya tampak tidak menyadari kehadirannya. Dan buruknya ada seseorang yang duduk disampingnya, Yuki mendengus kesal ia tidak terlalu beruntung hari ini.

Bus berhenti di halte berikutnya, Orang yang duduk disamping Jungkook pun turun disitu. Yuki bersorak dalam hati namun ia tidak menunjukannya dan duduk disamping Jungkook.

Hening. Hanya keheningan yang terjadi di keduanya, Yuki mengira lelaki itu akan membuka sebuah percakapan nyatanya tidak, Ia memulai untuk membuka pertanyaan.

“Kau mengingatku?” Tanya Yuki hati-hati, tidak juga mendapat jawaban dari Jungkook, Mungkin lelaki itu memang melupakannya, tapi apa mungkin?

Oppa, Apa kau benar-benar tidak mengingatku?”Tanya Yuki sekali lagi lebih mantap, Jungkook pun mulai menoleh ke arahnya dan membuka headsetnya lelaki itu mulai membuka mulutnya.

“Apa yang kau bilang tadi?”Itulah yang terucap dari mulut lelaki itu membuat Yuki sebal.

“Jadi kau tidak mendengarnya?”

“Dan kau tidak melihatnya” Tetap dengan nada datarnya ia menunjuk headset yang menyumbat ditelinganya. Yuki mendengus kesal.

“Tadi aku bertanya, Kau mengingatku atau tidak”

Keurom, Bagaimana aku tidak mengingatmu?”Pernyataan Jungkook membuatnya tersenyum kembali dan menumbuhkan semangatnya.

Gomawo untuk yang waktu itu, Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau tidak ada kau”

“Tidak perlu, Itu memang apa yang harus aku lakukan”

“Mmm, Rumahmu dimana?”Yuki memulai topik pembicaraan baru untuk memecah keheningan.

“Pyeongchang-dong”

“Pyeongchang-dong?Rumahku juga di Pyeongchang-dong!” Yuki berseru senang mendengar rumah mereka berada di wilayah yang sama.

“Jelas aku sudah tahu rumahmu di Pyeongchang-dong” Jungkook membalas dingin, Yuki mengerucutkan bibirnya.

“Dimana tepatnya letak rumahmu?”Tanya Yuki sekali lagi.

“Di pertigaan dekat mini market

“Kalau begitu kita turun dipemberhentian yang sama bukankah begitu?”

Jungkook balas mengangguk.Yuki lalu berkutat dengan pikirannya lagi mengingat sesuatu.apa ia ingat insiden bus itu? Dan bukankah seharusnya lelaki itu sudah turun ketika ia bangun karena sudah melewati pemberhantian Pyeongchang-dong.

“Waktu itu, Aku berkunjung ke rumah paman di Nowon” Terang Jungkook, Yuki tersontak kaget seolah-olah Jungkook bisa membaca pikirannya. Bukan, Bukan itu yang lebih buruk tetapi ia mengingat insiden Bus waktu itu padahal ia berharap agar lelaki itu melupakannya.

“Sudahlah, Aku akan melupakannya” Balas lelaki itu sekali lagi seolah bisa membaca pikirannya, Kebetulan sekali.

“Sudah waktunya turun” Jungkook mulai berdiri diikuti oleh Yuki.

.

.

Yuki terus tersenyum sepanjang jalan, Selain merasa aman rasanya memang sangat menyenangkan berbagi bus dan jalan bersama dengan seseorang. Apalagi seseorang yang berjalan dengannya adalah seorang dengan wajah  flower boy juga badannya yang tinggi tegap membuatnya semakin sempurna. Mereka berjalan bersama hingga menemui pertigaan yang berarti mereka akan berpisah karena arah yang berlawanan.

“Kim Yugyeom, Aku berjalan kearah sini, Bye!” Jungkook melambaikan tangannya kearah Yuki, Yuki menyadari sesuatu dan menahan tangan Jungkook.

“Siapa namaku tadi?Namaku Yuki, Kim Yuki” Yuki menegaskan dengan nada sedikit kesal.

“Aku tidak tahu, Apapun namamu itu, Bye!” Jungkook terkekeh, Sebenarnya ia sedang membual, Ia tahu nama gadis itu Yuki namun tanpa sengaja malah menyebut nama kakaknya itu.

“Oh ya, Aku berterima kasih, Untuk yang di Bus waktu itu juga”

.

.

Sudah beberapa waktu Jungkook dan Yuki berbagi Bus bersama.Jungkook sendiri tidak tahu persisnya mengapa mereka seperti seorang teman yang baik dan pulang bersama.Namun Jungkook tidak mempermasalahkannya.

Jungkook yang sedang membaca buku menoleh ke arah Yuki yang kala itu lebih banyak diam. Seolah ada sesuatu yang dipikirkan oleh gadis itu.

“Kau kenapa?”Tanya Jungkook mulai bertanya karena rasa ingin tahunya yang tidak biasanya.

“Ah aku bisa gila!”Yuki menenggelamkan wajahnya dibahu Jungkook dan mendengar isak tangis.Lagi?Apa dia selalu seperti ini?

Ya, Jelaskan yang jelas!”Jungkook menegapkan Yuki yang wajahnya mulai merah dan cepal habis menangis.

“Aku malu sekali” Balas Yuki masih dengan isakannya.

“Maka dari itu ceritakan, Siapa tahu aku dapat membantu”. Yuki mulai menceritakan unek-unek yang ada dihatinya, Ia malu karena mendapat nilai 50 di ulangan matematika kali ini sedangkan semua teman-temannya mendapat nilai diatas 90 dan membuatnya sangat malu akan hal itu.

“Mengapa bisa seperti itu?Selama aku bersekolah aku tidak pernah mendapat nilai dibawah 80” Terangnya kembali fokus pada bukunya membuat tangis Yuki semakin menjadi-jadi.

“Kau benar-benar tidak membantu”

“Mengapa tidak belajar pada Yugyeom?”

“Kau lagi menyarankan seperti itu, Yugyeom oppa tidak mau mengajariku dan selalu dengan dunianya sendiri itu” Jungkook diam dan seolah memikirkan  sesuatu lalu menutup bukunya.

“Kalau begitu, Kau mau aku menjadi tutormu?” Tanya Jungkook, Yuki terdiam dari tangisnya tidak mengerti apa yang akan ia bicarakan.

“Aku mungkin bisa membantumu, Datanglah ke rumahku nanti sore” Yuki bisa merasakan kebaikan hati Jungkook walaupun dengan nada datarnya seperti itu seolah ia adalah orang yang dingin. Yuki tersenyum senang bertemu dengan jalan keluarnya itu.

.

.

Pagar kayu yang menjulang tinggi itu sangat serasi dengan rumah megah nan kokoh berhias batu bata di depannya ia membaca kembali pesan yang dikirimkan Jungkook alamat rumahnya, Benar rumah itu yang dituliskan oleh Jungkook. Ia membaca nama pemilik rumah itu disamping bel, ‘Jeon Jungseok’ Tidak salah lagi, Itu pasti rumahnya karena ia juga bermarga ‘Jeon’. Berarti selama ini lelaki itu adalah Chaebol?Yuki berhenti memikirkan yang tidak penting lalu memencet tombol intercom.

“Ini aku, Yuki” ucapnya didepan Intercom.Tak lama Jungkook membuka pagar, Yuki menatap lelaki itu.Ia benar-benar tampak keren walaupun hanya memakai kaus oblong polos dan celana basket.

“Apa yang kau lihat?Masuklah!”Jungkook membuyarkan lamunannya, Yuki memasuki rumah megah yang ternyata tempat dimana Jungkook tinggal.

Kkamjjakiya!”Yuki tiba-tiba tersontak kaget melihat seekor anjing besar jenis Alaskan malamute  yang tiba-tiba menggonggong ke arahnya.

“Kookie-ya! Dia itu bukan orang jahat! Tenanglah!”Jungkook mengusap anjingnya seolah menenenangkan anjingnya itu untuk diam dan berhenti mengitari Yuki.

Mwo?Anjingmu itu namanya Kookie?” Yuki merasa heran dengan lelaki itu yang menamai nama anjingnya dengan kependekan namanya.

Eo, Dia benar-benar keren.Bukankah begitu?”Ia masih menjongkok sambil mengelus-elus anjingnya, Ia tampak benar-benar menyayangi anjingnya itu.

“Ya, Selama ia tidak membuatku jantungan, Arraseo Kookie-ya?”

.

.

Yuki terus menatapi satu soal tanpa mengerjakannya, Ia terus mengamatinya tanpa tahu cara untuk memecahkan permasalahannya. Ruangan itu hening seolah hampa udars, Jungkook masih bersidekap mengamati gadis itu.

“Kau tidak tahu caranya bukan?”

“Aku bisa melakukannya ini benar-benar mudah!”Yuki berbual.Ia tahu persis kalau biasanya nomor satu itu pasti soal yang paling mudah namun nyatanya ia tidak juga dapat mengerjakannya.

“Aku disini untuk mengajarkanmu, Buang dulu rasa gengsimu itu” Jungkook mulai menulis-nulis di selembar kertas kosong.

“Kau biasanya mengerjakan seperti ini bukan?” Tanya Jungkook menunjuk penyelesaian matematisnya, Yuki mengangguk walaupun ia tidak tahu persis karena lupa.

“Kau sekarang tidak mengerti, Bukankah begitu?”Yuki mengangguk lagi, Tepat sekali.

“Ini akan sulit untuk orang sepertimu, Dan memakan waktu yang lama. Aku akan memberimu penyelesaian yang lebih efisien” Terang Jungkook, Yuki tetap memerhatikannya beda seperti saat Yugyeom menerangkannya.

Heol, ini terlihat mudah”

“Coba kerjakan soal-soal dengan bentuk yang sama!” Perintah Jungkook, Yuki langsung menuruti.

Yuki dapat menyimpulkan laki-laki itu bukan hanya tampan, namun berotak pintar.Ia seperti kalkulator dengan cepat menghitung dan membuat penyelesaiannya sendiri yang jauh lebih mudah.

Selagi mengerjakan soal, Jungkook memerhatikan sesuatu yang aneh dari  Yuki. Gadis itu tidak melakukan kontak mata sekalipun ia yang sedang berbicara. Tidak bahkan sekali.Jungkook ingin membuktikannya.

“Haruskah kita beristirahat?Kita sudah mengerjakan banyak soal” Tutur Jungkook menarik perhatiannya.

“Kau berapa bersaudara?” Tanya Jungkook, walaupun ia tahu persis hanya itulah yang terpikirkan diotaknya, ia memang tidak pandai membuat pembicaraan.

“Dua, Hanya aku dan Yugyeom oppa.Kau sendiri?” Balas Yuki yang malah menatap ke arah lain bukan kearah matanya walaupun ekspresinya terlihat seperti biasa.

“Aku, Aku hanya anak tunggal. Orang tuaku sibuk bekerja, Ya aku benar-benar kesepian” Baru kali ini Jungkook bercerita pada seseorang untuk memancing, Tetapi ia tetap menatap ke arah lain.

Eo, Sepertinya begitu, Wah dengan rumahmu yang sebesar ini benar-benar kesepian bukankah begitu?”.Tidak menemukan jawaban, Akhirnya Jungkook memutuskan untuk bertanya langsung.

“Bolehku bertanya?”

Eo, Tentu saja”

“Matamu itu kenapa?”Tanya Jungkook langsung, Air muka Yuki langsung berubah.

Ani, Maksudku mengapa kau selalu menghindari kontak mata.Kau membenciku?”Tanya Jungkook sekali lagi merasa kata-kata yang tadi itu salah.

“Tidak-tidak bukan begitu, Hanya saja sebuah ketakutan” Balas Yuki, Nadanya biasa saja namun membuatnya tambah penasaran, Melihat ekspresi Jungkook, Yuki mulai melanjutkan dan memberi penjelasan.

“Ya, Ketakutan untuk menatap dan ditatap.Muncul sejak tujuh tahun yang lalu. Seseorang menculikku waktu itu, Ya singkatnya aku menjadi takut untuk menatap mata seseorang setelah itu. Insiden di Yeoksa-dong itu mengingatkanku, Dan untunglah kau ada disana” Jungkook merasakan nada berat terucap dari mulut Yuki ketika ia bercerita.

“Sayang sekali, Menurutku mata adalah salah satu organ manusia yang terindah. Mata merefleksikan hati, Dengan itu aku bisa melihat seseorang, Apa ia tulus melakukan kebaikan padaku atau tidak. Mata manusia itu tidak pernah berbohong.Dan itu benar-benar berguna” Terang Jungkook.

“Seseorang bilang, Kalau kau mempunyai ketakutan, coba kau lawan ketakutan itu” Tambah Jungkook.

“Jadi… Coba lihatlah aku”

Yuki tersontak kaget, Ia tahu Jungkook menatapnya dan membuatnya merasa tak nyaman.

“Mataku” Tambah Jungkook, Yuki perlahan mencoba menatap mata Jungkook, Yuki memejamkannya dan perlahan ia membukanya.

Untuk pertama kalinya ia mendapati manik Jungkook yang berwarna kelam namun tampak benar-benar bersinar, Ia hanya menatap satu objek saat itu. Bagaimana ia bisa melewati hidupnya tanpa melihat keindahan sebuah mata? Namun tiba-tiba jantungnya terasa tidak beres.

Gwenchana?” Tanya Jungkook yang panik melihat reaksi Yuki, Ia memejamkan matanya dan memegang dadanya. Tidak seharusnya ia melakukan itu dari awal.

‘Ani, Tidak begitu..Detak jantung tidak biasanya berdetak sangat kencang, Apa berarti, Aku menyukaimu?’

 

To Be Continued.

 

A/N: Halo readers! Makasih buat kalian yang udah meluangkan waktunya untuk membaca fanfiction gaje aku ini, sekali lagi makasih! Author tau kalau fanficku ini jauh dari sempurna dan maaf fanficnya terlalu panjang ya? Yap! Abis author bingung mau motong dimana soalnya terlalu nanggung. Sebenernya sama author mau dipanjangin lagi tapi gak tega. Ohiya fanfic ini dari pengalaman pribadi author>< dengan beberapa perubahan sih sebenernya biar lebih greget kkkk. Oke, ga banyak ngomong tunggu yang kedua ya! Ditunggu juga review dari kalian~

 

2 tanggapan untuk “Look at Me Now (Chapter 1)”

  1. Baca judulnya jadi keinget lagu Mr Mr-nya SNSD /oke, ini gayambung/
    Gangerti lagi kenapa harus kookie?? Kenapa harus seorang jeon jeongguk/sigh/
    gamau tau ini harus kudu wajib secepatnya dilanjutkan /mojok/
    Next Next Next~

    Suka

Leave Your Review Here!