[FICLET] A (Not Too) Chaos Morning

1465137258294

originally posted on my new personal blog (do visit! xx)

by jojujinjin (@sanhaseyo on Twitter)

.

starring SEVENTEEN’s Wonwoo, DAY6’s Jae & Brian, futureasy OC’s Lara Jean & Tanessa Jade

Ficlet // G // Family, Fluff

.

“Wonwoo mana?”

.

Oh my God is it really 10 AM now—PARK JAEHYUNG BANGUN!”

The hell why are you so damn loud Bri—“

“KARENA SEKARANG JAM 10 PAGI DAN KITA ADA REKAMAN JAM 7 BODOH!”

“….mana mungkin Wonwoo tidak melakukan hal brutal untuk membuat kita bangun, ‘kan?”

“Lalu di mana Wonwoo?!”

.

.

.

I HAVE MORNING CLASS!”

And I ain’t go to school.”

“Ini akan menjadi kali pertama dan terakhir aku bolos kuliah.“

“Ayolah, Kak Jean. Kita bisa shopping seharian—”

“Kamu bisa bicara sama tembok sana, Tanessa Jade.”

“Tapi omong-omong kuliah dan alarm berjalan kita juga seharusnya ada kelas pagi … apa Kak Wonwoo tidak membangunkan kita pagi ini?”

.

.

.

Chaos. Satu-satunya kata yang sempurna menggambarkan keadaan rumah lima bersaudara dengan tiga lelaki dan dua perempuan tersebut. Jae dan Brian berlarian ke lantai bawah pada pukul sepuluh, ketika matahari sudah bersinar amat terang. Sementara wajah mereka masih dihiasi air liur yang mengering, rambut tak beda jauh dibandingkan sarang burung. Jean keluar dari kamarnya di dekat tangga sembari marah-marah, di belakangnya Jade menyusul dalam diam. Dapur pagi itu terlihat belum tersentuh sama sekali.

Jae yang pertama kali buka suara.

“Wonwoo mana?”

“Aduh,” Jean memutar bola mata, kesal. “Kalau aku dan Jade tahu juga kami sudah tidak ada di sini, kali.”

“Kalian tidak dibangunkan Wonwoo juga?” alis Brian naik beberapa inci.

Jade yang menggeleng menjawab.

Tanpa bicara lagi, Jae lekas mengambil langkah besar-besar menuju ke kamar Wonwoo. Ketiga adiknya mengekor hening. Letak kamarnya di dekat lorong penghubung antara ruang tamu dan ruang tengah, menghadap ke rak buku besar yang setinggi dinding (awalnya Brian mengeluh tentang tinggi rak itu, tapi Wonwoo berhasil menyanggahnya dengan alasan yang menyangkut … keestetikaan).

Jae mengetuk pintu polos kamar Wonwoo. Sekali, dua kali. Jade dan Brian memanggil-manggil namanya keras. Sampai Jean maju, membuka pintunya sendiri yang tak terkunci.

Mereka sedikit mengekspektasi Wonwoo justru tidak ada di kamar, atau lebih parahnya menemukan Wonwoo meneriakkan ‘APRIL FOOLS’ meski kala itu bulan Juni. Tapi mereka sama sekali tidak mengira akan melihat Wonwoo menggulung diri di kasur dengan sebuah selimut tebal seperti seonggok burrito, tisu bekas berhamburan di sisi badannya.

Ditilik lebih dekat, Wonwoo terlihat lumayan mengenaskan. Hidungnya merah, raut wajahnya kentara lelah. Kening yang berkeringat memikat sejumput rambutnya. Ketika mata Wonwoo sayup-sayup terbuka, perlahan alisnya menyatu menampak empat sosok terpenting di hidupnya sudah berada di kamarnya.

“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Wonwoo. Suaranya keluar payah, dan Wonwoo merasakan tenggorokannya tersiksa dengan hanya melontarkan satu kalimat tanya. Maka ia mendesis pelan.

Alih-alih menjawab, Jade dan ketiga kakaknya yang lain justru menatapnya penuh simpati. Jae yang tadinya siap menyerocos kini mengumpulkan tisu yang tersebar di matras king-sized Wonwoo, membuangnya ke tempat sampah. Ekspresi keras Jean dan Brian sudah luntur. Jade dengan tangkas mengambil sebuah botol air mineral, berjajar di salah satu rak meja belajar Wonwoo yang memang tidak berpintu.

Dua sosok tertua di rumah itu membantu Wonwoo mendudukkan diri, gebar terjepit di antara ketiak. Sebelum Jade memberikannya botol tersebut—tidak sebelum membuka tutupnya.

I was ready to tear your ear off, y’know,” sahut Jae, menghela napas berat.

“Aku—“

“Kau menyakiti tenggorokanmu sendiri, Kak, diamlah,” potong Jade. Memperhatikan bagaimana sudut matanya menyipit saat ia mencoba membuka suara.

Jean menyisir rambut Wonwoo yang menempel dengan kulitnya ke atas, lantas menempelkan punggung tangannya dengan kulit Wonwoo. “Oh my God.”

Huh?” Jae menatap Jean was-was.

“Badan Kak Wonwoo panas sekali.”

Satu decakan meluncur lewat sela bibir Wonwoo. “Aku hanya—“

“Hanya apa?” dengus Brian. “Kau demam, pilek, dan sakit tenggorokan.”

Jeon Wonwoo hampir tidak pernah sakit selama hidupnya. Terakhir ia sakit pun hanyalah demam biasa, beda tipis dengan sekarang yang disertai radang tenggorokan. Parahnya, Wonwoo alergi obat. Waktu itu sekujur badannya gatal dan beberapa menit setelah minum obat ia mengalami sesak napas.

Pagi itu baginya sangatlah dingin, selimut yang membalut tubuhnya laiknya kepompong masih membuatnya merasa berada di salah satu kutub bumi. So Wonwoo himself tidak menyadari apa yang dikatakannya beberapa detik kemudian.

“Dingin,” ucapnya pelan, menatap orang-orang di sekeliling matrasnya bergantian. “I just—I think I need to cuddle.”

Wonwoo bukanlah seorang penggemar skinship, tapi ia tahu tiada lagi hal lain yang bisa dilakukan keempat saudaranya selain berada di sana dan membuatnya merasa lebih baik.

Dan itulah awal bagaimana ia menemukan kasurnya penuh dengan empat badan lain—Jade dan Jean memeluk lengan kanan dan kirinya, Jae menidurkan kepalanya di perut Wonwoo, dan Brian merebahkan pipinya di paha pria itu.

Wonwoo tersenyum lebar. Langit-langit yang tadi nampak kosong mengejeknya kini tak lagi membuatnya merasa kesepian.

’m sorry, aku menghancurkan hari kalian semua,” kata Wonwoo, setelah setengah jam terlewati dengan sunyi yang menenangkan.

Jae menggeram, mengeluh bahwa ia nyaris tertidur.

“Aku juga hampir tidur barusan.” Imbuh Jean, tidak repot-repot menyembunyikan kekesalannya.

Shut up, Won,” Brian menepuk keras lutut Wonwoo.

Wonwoo menggigit bibirnya menahan tawa, lalu kamar itu senyap kembali. Ia menghela napas panjang. Setengah jam terlewati lagi, Wonwoo baru memejamkan mata. Bibirnya masih melengkung seperti bulan sabit.

I love you guys.”

Kali ini Wonwoo mendapat jawaban. Meski jawaban tersebut menari-nari di tengah kesadaran dan ketidaksadaran, Wonwoo tahu mereka memaknainya. Empat orang itu mengatakannya nyaris secara bersamaan:

We love you too.”

Well, it wasn’t a ‘that’ chaos morning, after all.

FIN.

.

a/n: im very sorry if there are too much english in this story? saya kayaknya kebanyakan baca fic di ao3 jadi kepala kebanyakan isinya kosakata bahasa inggris 😦 this one is unedited version too.

4 tanggapan untuk “[FICLET] A (Not Too) Chaos Morning”

Leave Your Review Here!