Endless Energy Called Love [55%] Side B

endless+energy+called+love

Title: Endless Energy Called Love [55%] side B

Author: AllWantCandy

Main Cast:

  • Robot! Zelo
  • Bang Han Ni (Bang yong guk’s little sister) OC

Support Cast:

  • B.A.P member
  • Secret member
  • EXO member (Minor)

Genre: Tragedy, Angst, Romance, Sci-fi, Fantasy

Length:  Sevenshots

Rating:  PG-13

Summary: “Aku pasti membantumu terbang dari sangkar itu, percayalah!” – Bang Han Ni

 

+=+

You’re From A Whole Other World

A Different Dimension

You Open My Eyes

And I’m Ready To Go, Lead Me Into The Light

+=+

Trailer  =  I  =  II  =  III [side A]

Sunday, 5th June 2047

09:25 AM

“Ayo kesana!!”

Pemuda itu tertegun dengan pemandangan yang Ia lihat, puluhan hingga mungkin ratusan orang  berlalu lalang ditaman yang luasnya bisa berhektar-hektar, terbagi atas 2 lahan yang terpisah bertingkat yaitu Central down Park dan Central Mid Park yang menjadi pembeda Downtown dan Midtown, walaupun berbeda namun kedua Central park itu hanya dibedakan dari tingkatan ketinggian kota. berbeda 180 derajat dari orang-orang yang ada dalam fasilitas observasi didalam laboraturium. Zelo berfikir bahwa akan banyak orang yang menggunakan jas-jas putih panjang saat berkeliaraan kemanapun, tentu saja pengecualian untuk Han Ni yang tidak pernah terlihat menggunakan jas putih dan kini pandangannya terhadap dunia berubah total.

“Apa semua orang ada disini?” Ia bertanya dengan nada pelan kearah Han Ni yang masih menariknya entah kemana, kedalam kerumunan orang yang melakukan aktifitasnya masing-masing.

“Tidak semua sih, karena hari ini adalah Sunday, jadi banyak orang yang menghabiskan waktu mereka di downtown,” jawaban itu membuat Zelo mengalihkan pandangannya kesekelilingnya, memperhatikan keluarga-keluarga yang bersantai bersama dibawah pohon ataupun anak-anak kecil yang bermain air.

“Zelo! Coba lihat!” dalam sekejap pemuda itu menoleh kearah yang Han Ni tunjukkan, kearah sekelompok pemuda seusia mereka—atau mungkin lebih tua, bermain papan kecil beroda yang ditenteng oleh Zelo.

“Apakah itu fungsi dari papan ini?” pertanyaan itu dijawab dengan senyuman lebar dan anggukan cepat dari Han Ni.

“Apa kau bisa melakukannya?” pertanyaan itu lebih terdengar seperti tantangan bagi Zelo dan pemuda itu tahu benar apa yang harus Ia jawab.

Just see.”

Zelo memejamkan matanya, detik berikutnya Ia membuka kedua kelopak matanya memperlihatkan sepasang iris mata biru tua yang menggantikan iris coklat sebelumnya. Pemuda itu memperhatikan tiap detail gerakan dari sekelompok anak lelaki itu, memperhatikan bagaimana cara mereka bermain dengan papan beroda kecil yang mereka letakkan dibawah kedua kaki mereka. Han Ni hanya diam memperhatikan raut wajah Zelo yang begitu serius memperhatikan sekelompok anak-anak itu, tak bisa Ia pungkiri seulas senyum mewarnai wajahnya, Ia menyukai tiap ekspresi pemuda itu disaat apapun, walaupun kini wajah serius mewarnai ekspresi pemuda itu tapi disaat itulah pemuda itu sedang belajar.

Saat pemuda itu memejamkan matanya untuk yang kedua kalinya dan iris mata miliknya telah kembali menjadi warna hazel tua yang indah, Ia menaruh papan skate boardnya ditanah kemudian menaikinya dan dengan lincah bermain dengan kedua kakinya, membuat papan itu melayang dibawah kakinya saat Ia melompat. Seul Ri memandangnya kagum, kemampuan pemuda itu untuk mengimitasi setiap perbuatan manusia sudah tidak diragukan lagi. Saat ia berputar dengan papan itu dan berhenti tepat dihadapan Han Ni, senyum diwajahnya menunjukkan kepuasan.

Happy with it?” tanya Zelo pada Han Ni yang bertepuk tangan kecil sambil menujukkan wajah kagumnya.

“Waaw! Kau hebat sekali!” pemuda itu tersipu mendengar pujian Han Ni, sedangkan Han Ni tersenyum lembut sambil memuji pemuda itu.

“Apa kau juga seorang skaters?”

Keduanya menoleh kearah sumber suara dan menemukan seorang pemuda dengan rambut kecoklatan yang juga membawa skateboard, seorang pemuda lain dibelakangnya juga membawa papan itu. Awalnya Han Ni dan Zelo tak menjawab tapi pertanyaan selanjutnya dari pemuda itu membuat semua hal jelas.

“Perkenalkan dirimu dulu, Kai!” pemuda lain yang ada dibelakang Kai memukul pelan punggung kawannya yang seenaknya asal bicara.

“Ah! Maaf! Namaku Kai, dia Sehun,” pemuda bernama Kai itu menunjuk Sehun  dengan ibu jarinya, kemudian mengulurkan tangan kearah Han Ni dan Zelo yang masih setengah terpaku, “Salaman?”

Han Ni mengambil tindakan lebih dulu, bersalaman dengan Kai dan memperkenalkan dirinya, “Aku Bang Han Ni dan dia Zelo, sepupuku.”

“Aku belum pernah melihat kalian, apa kalian baru pindah?” pertanyaan dari Sehun membuat Zelo memandang kearah Han Ni, dan gadis mungil itu dengan cepat menjawabnya dengan nada riang.

“Iya, aku baru saja pindah dari sektor 24 minggu lalu, ini pertama kalinya aku dan Zelo pergi ke Midtown,” Sehun dan Kai hanya mengangguk-angguk, pertanda mengerti akan penjelasan Han Ni—yang sebenarnya hanya kebohongan.

“Apa kalian punya Mail? Bagaimana kalau bertukar Mail?” pertanyaan itu membuat Han Ni terdiam sejenak, memandang kearah Zelo yang masih mencerna informasi tentang apa yang mereka maksud dengan Mail.

“Mail?” ulang Zelo, membuat kedua anak laki-laki dihadapannya memandang bingung kearah Zelo

Kai dan Sehun tak kalah bingungnya, “Kau tidak tahu personal mail?”

“Ah maaf, biasanya aku menyebutnya PM,” jawab Zelo cepat—ngeles—membuat Han Ni hanya bisa menahan nafasnya dengan gugup.

“Oh, maafkan aku, mungkin setiap sektor punya bahasa slang yang berbeda-beda, my bad,” Sehun menunduk sedikit, membuat Zelo hanya tertawa kecil sedangkan Han Ni tak ambil pusing dengan masalah itu.

“Tak apa, aku harap kita juga bisa berteman,” Zelo tersenyum kepada Sehun dan Kai, kemudian mengalihkan pandangannya kearah Han Ni, “Kurasa, kami akan butuh banyak teman untuk mengenalkan seluruh isi downtown,” tambahnya dengan senyum senang.

Sehun dan Kai pun tersenyum mendengar permintaan pertemanan tak tersirat itu dari Zelo, “Kami pasti membantu kalian,  ini nomor mail ku dan milik Sehun,” Kai memberikan sebuah kartu kecil kepada Han Ni, sebuah kartu nama dengan nomor mail milik kedua pemuda itu.

“Ini nomor mail ku, milik Zelo hilang saat kami pindah, jadi gunakan saja nomor mail ini, kami menggunakannya bergantian,” dengan cepat Han Ni memberikan kartu namanya lengkap dengan nomor mail yang tertulis dengan tinta hologram.

“Pastikan kalian menghubungi kami!” seru Sehun dengan antusias, kedua matanya menunjukkan dengan jelas hal itu, begitu juga Kai.

“Aku dan teman-temanku pasti membantu kalian jika kalian butuh bantuaan saat tersesat di Downtown,” imbuh Kai sambil menaruh skateboardnya di tanah diikuti dengan Sehun.

“Kalau begitu, sampai berjumpa lagi!” Kai melambai sambil berlalu dengan skateboard-nya diikuti Sehun yang melambai antusias saat berseru dengan suara kencang.

Don’t forget to call me!!”                                                                           

Han Ni dan Zelo sama-sama tersenyum saat mereka berlalu dari pandangan, gadis itu membalas lambaian tangan Kai dengan antusias, sedangkan Zelo tak henti-hentinya tersenyum, “Mereka orang-orang yang sangat baik.”

Han Ni memandang bingung kearah Zelo, “Eh?? Bagaimana bisa tahu kalau mereka orang-orang baik?”

Perlahan keduanya berjalan pelan dari tempat mereka tadi berpijak, Zelo belum menjawab pertanyaan Han Ni dan masih tersenyum senang, “Dari ekspresi dan cara mereka bicara, aku tahu benar bagaimana cara orang berbohong,” Zelo berhenti berjalan sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya, mereka sudah berada di tengah Central Park, yang juga merupakan sebuah tempat pertunjukan air mancur yang menyembur dari keramik-keramik lantai taman.

Micro expression? Kau tahu ekspresi mikro?” Han Ni sempat terkejut saat tahu bahwa pemuda itu punya pengetahuan tentang micro expression, dan jujur saja sampai sekarang ia masih sangat hijau dalam hal ini, walaupun ia sudah berkali-kali menghabiskan waktu sambil menonton serial TV tentang micro expression.

“Kurasa begitu,” jawaban yang singkat dan sangat jelas, menyebabkan Han Ni ber-wow-ria, dalam detik itu juga ia mulai berfikir mungkin lebih enak menjadi robot agar ia tak perlu susah-susah belajar siang malam untuk hafal hal yang ia sukai, dan menit berikutnya ia sadar itu lelucon paling aneh yang pernah ia pikirkan.

“Kau sempurna sekali, aku jadi iri,” Han Ni mengerucutkan bibirnya kemudian duduk di bangku taman terdekat sambil menikmati alunan musik yang terdengar lirih dari speaker-speaker kecil yang terpasang di penjuru central park, Zelo sendiri hanya bisa duduk disamping Han Ni sambil sesekali membersihkan papan skateboard-nya.

“Tapi aku lebih iri pada Han Ni,” lirih dan diikuti dengan senyum pahit, Zelo memandang jauh kearah langit, memperhatikan burung-burung merpati berterbangan, mengepakkan sayap-sayap mereka menembus cerahnya langit.

Gadis itu hanya bisa terdiam, tak tega dengan senyum pahit yang terukir diwajah milik Zelo, bibirnya bergerak pelan, antara bingung dan penasaran, “Kenapa..?”

Zelo menoleh kearah Han Ni, kemudian tersenyum, “Han Ni seperti burung-burung merpati yang bisa terbang tinggi dengan kepakan sayap mereka,” Ia memandang lagi burung-burung merpati yang berterbangan di hadapannya, “Tapi aku hanya bisa memperhatikan Han Ni karena aku tidak punya sayap seperti Han Ni.”

Sederet kata-kata yang cukup mudah dimengerti apalagi dengan senyum pahit yang mengiringinya, sebuah desakan sesak dalam relung hati Han Ni membuat gadis itu bertekad kuat untuk membuat pemuda itu terbang bersamanya, “Aku pasti membantumu terbang dari sangkar itu, percayalah!”

Zelo sedikit terkejut saat gadis itu menggenggam erat kedua tangannya, rasanya ada sebuah aliran aneh yang mengalir dalam dadanya, padahal ia yakin benar tidak ada satupun kabel yang bermasalah. Ia mengabaikan pikiran aneh itu kemudian membalas sumpah Han Ni dengan senyum terbaik yang bisa ia berikan,

Thank You, Han Ni…”

=*=

‘Sepertinya mereka bergerak ketengah central park,’

‘Aiiish, berhenti membuat radioku penuh dengan suaramu, eomma!’

‘Bisakah kalian berhenti berdebat?’

‘Sepertinya Yong Guk hyung jadi sensitif dengan omelan Him Chan hyung dan Hyo Sung nonna, haha,’

Ji Eun hanya bisa tertawa kecil mendengar perdebatan kecil diantara Him Chan, Hyo Sung, Yong Guk dan Young Jae yang ia dengar dari alat komunikasi khusus yang berbentuk anting kristal kecil yang setiap orang pakai, walaupun ada pengecualian untuk para namja-namja gila fashion yang malah memodifikasi bentuknya seperti anting-anting perak atau bentuk lain, setidaknya hal itu berlaku untuk Him Chan dan Young Jae.

“Sudah-sudah, kalian seperti anak kecil saja,” masih dengan senyum setengah tawa Ji Eun menegur 4 orang yang masih getol ramai dalam percakapan radio itu, ia sendiri sedang berada di Central Mid Park yang berhubungan langsung dengan Mid Town, bersantai di salah satu kafe sambil menikmati angin musim panas yang berhembus sejuk terutama jika kau duduk dibawah pohon tinggi nan rimbun dan rindang dengan segelas jus jeruk dingin dan sepiring Banana waffle cream with vanilla ice cream.

Ji Eun masih dengan santai memakan es krimnya, memperhatikan Han Ni dan Zelo yang berbaur dengan banyak orang melalui kacamata khusus yang mampu memperbesar benda dalam jarak ratusan meter, fungsi canggih itu hasil kerjanya sendiri dipadukan dengan sedikit saran fashion dari Unnie nya, Hyo Sung, beruntung dalam pekerjaan kali ini benda dengan fungsi khusus itu bisa berguna dengan sangat baik. Senyum manis terkembang diwajahnya saat melihat kedua tangan Han Ni dan Zelo bertaut, pemuda itu berjalan agak didepan melindungi Han Ni sekaligus membuka jalan bagi mereka berdua ditengah kerumunan orang, tanpa sengaja tangannya menyenggol garpu kecil dari perak yang ada disamping piring makanannya.

“Ah!” dengan cepat ia membungkuk, menemukan garpu itu menancap ditanah, menusuk 2 helai daun berwarna hijau yang berjatuhan dari pohon besar itu.

Ji Eun mengambilnya dengan hati-hati, kemudian membersihkan garpunya dari kotoran dan menaruhnya kembali ketempat semula, tanpa tahu akan ada hal mengejutkan yang akan terjadi melibatkan ia, pemudanya dan semua orang yang ada di central park.

“Jadi tidak bisa pakai garpu-kan! Ah, pabo!!”

=*=

“Kemari-kemari,” Zelo menarik tangan Han Ni dengan lembut, memastikan gadis itu berjalan dibelakangnya dan tak berjalan kelain arah.

“Kau mau kemana?” Han Ni hanya mengikuti Zelo dengan langkah besar-besar mengimbangi langkah Zelo yang jauh lebih besar dari langkahnya kakinya.

Saat langkah milik Zelo berhenti, Han Ni benar-benar tahu kemana pemuda itu mengajaknya.

“Indah ya?” pertanyaan singkat yang bahkan tak disangka keluar dari pribadi pemuda robot itu.

Han Ni setengah terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pemuda itu, memang perkataannya tak salah, pemuda itu benar sekali. Mereka sampai di bagian pameran seni outdoor yang semua bagiannya dirancang untuk instalasi seni outdoor, tak ada dinding tak ada atap tertutup dan tak ada batas pandang bagi siapapun. Instalasi seni yang kali ini mengambil tema Fallen Star menggunakan ratusan hingga ribuan bohlam lampu yang tergantung pada kabelnya dengan ketinggian yang diatur sedemikian rupa agar terlihat seperti ratusan bintang yang tergantung jatuh  dari langit yang dibatasi atap tembus pandang yang mengikat tiap bohlam tetap ditempatnya.

Fallen Star, nominasi dari Sky and Art Award tahun ini, indah sekali kan Zelo?” Han Ni tak memperhatikan pemuda itu saat matanya terpaku memandang keindahan ratusan bolham lampu yang menyala redup karena siang hari.

Saat tak ada satupun kata yang terucap dari pemuda yang tadi berdiri dibelakangnya ia berbalik dengan cemas hanya untuk membuat kecemasannya makin menjadi-jadi, Pemuda itu memejamkan matanya dengan wajah menahan sakit.

Suatu rasa sakit yang tak akan Han Ni mengerti.

“Zelo…?” panggilan itu mendengung dalam kepalanya yang tiba-tiba terasa berat, semacam ada sebuah beban yang terus bermunculan dalam kepala.

“Han Ni…” Zelo mencoba memfokuskan pandangannya pada Han Ni yang kini berdiri tepat dihadapannya, hanya saja seperti sebuah program yang terkena virus, bayang-bayang semu yang bermunculan dalam benaknya membuat Zelo menghentikan niatnya untuk bisa menatap sepasang mata Han Ni.

Rasa panik mulai menjalari seluruh tubuh Han Ni, bahkan ia tidak bisa lagi mengontrol nada suaranya saat menanyai pemuda jangkung itu yang kini berpegangan erat dengan pundaknya dan setengah bersandar pada tubuh mungil Han Ni, menjambak sendiri helaian rambutnya.

“Oppa! Zelo sepertinya sedang tidak sehat…” bisik Han Ni dengan suara lirih, membuat semua orang yang dapat mendengar suara Han Ni lewat radio komunikasi khusus yang tidak membutuhkan frekuensi sekelas handy talkie yang biasanya digunakan orang.

Setelah mendengar laporan terbaru Han Ni, Him Chan yang berada paling dekat dengan lokasi Zelo dan Han Ni segera bergerak tanpa terburu-buru, tanpa rasa bersalah ataupun malu—ia juga kurang sadar umur–ia mengambil sebuah balon gratis dari segerombolan badut yang meramaikan central park, kemudian saat suara Han Ni kembali terdengar, dalam langkah cepat namun stabil Him Chan mendekati keduanya.

“Oppa!” suara itu tidak keras tapi tampak sangat panik, apalagi ada beberapa orang yang mencuri-curi pandang kearah mereka, mengkhawatirkan seorang pemuda lain yang masih tampak menjambak rambutnya dengan keras.

“Han Ni, tolong pegangkan ini,” Him Chan menyerahkan balon-balon ungu itu pada Han Ni, kemudian dengan tangkas duduk bersimpuh dihadapan Zelo, membantu pemuda itu untuk mengangkat kepalanya dan mempertunjukkan masker hitam yang menjadi indikatornya. Ekspresi Him Chan tampak terkejut, semua indikator normal, hanya satu indikator yang berada dibawah garis normal dan seharusnya tak akan ada masalah berarti yang akan ditimbulkan, namun dalam feeling pemuda tampan itu ada sebuah hal yang buruk akan terjadi.

“Bagaimana Oppa?” bisik Han Ni dengan segudang ekspresi panik sekaligus khawatir.

Him Chan tak berani memberikan jaminan apapun bagi Han Ni, ia hanya bisa tersenyum dengan perasaan terpaksa demi membuat gadis mungil itu lebih tenang dari ekspresi panik yang telah terlihat jelas di sepasang mata milik Han Ni.

“Lebih baik kita membawa Zelo kembali, maukah kau membantu Oppa?” begitu tenang seperti tanpa ada sedikitpun perasaan panik, membuat Han Ni dengan cepat mengangguk mengerti.

Him Chan memapah Zelo dengan hati-hati, sedangkan Han Ni berjalan disamping Zelo, membantu pemuda itu berjalan pada arah yang benar sambil memegang erat tangan Zelo.

“Awas…”

Lembut, lirih dan bergetar. Han Ni mengangkat kepalanya, memandang kearah sepasang mata Zelo yang menatapnya, sepasang mata indah itu tampak ketakutan, entah karena apa. Detik berikutnya ia mengerang keras, membuat seluruh tubuh Han Ni kaku.

Han Ni terdiam, terlalu terkejut, tak mendengar teriakan Him Chan dan teriakan orang lain saat lampu-lampu yang tergantung diatas dan sekitar mereka tiba-tiba menyala terang, yang lain mulai retak dan yang lain mati-menyala-mati berkali-kali. Dan saat gadis itu sadar rengkuhan tangan milik Zelo membawanya merapat pada tubuh pemuda jangkung itu, teriakannya menggelagar bersamaan dengan ratusan hingga ribuan pecahan kaca yang melayang turun kearah mereka.

“KYAAAAA!!!!”

Bintang jatuh juga membawa bahaya bagi mereka yang terlalu percaya.

=+=

55% Side B Charging

=+=

A/N: Baiklah sedikit bingung harus meminta maaf dari mana karena beberapa data fict milik saya yang sudah siap publish harus tiba-tiba menghilang dari tempatnya bernaung bersama data-data lain dan hampir seluruh project jadi mundur karena harus mencari dimana semua data-data yang menghilang *bows* *cries* Well just this story that i’ll publish until this 55% chapter ends in the Side C and i promise i’ll post it next week, Thank you for waiting! Review please~!

All. Want. Candy © 2013

15 tanggapan untuk “Endless Energy Called Love [55%] Side B”

  1. hyaa~~ akhrnya next juga^^ fuuh
    tiap ksini pasti nyari nih ff. Ga tau musti ngomong apa, pkoknya wajib next cepet2 ya thor ^_~ fighting2!

    Suka

  2. Akhirnya muncul juga nih ff.. Udah berkali” balik ksni nunggu nih ff tapi ga muncul” ampe lumutan gni.. Dan sekaraaangg muncuull huaa senangnya.. Makin penasaran dngan apa yg terjadi dgn Zelo.. Yukkss lanjuutt side Cnya..

    Suka

  3. Setelah menununggu lama :’) akhirnya keluar juga. Aing~ tapi balon tadi buat apa ya thor? .-. /plak/ hw, aku penasaran ada bahaya apa yg mengintai mereka. Ah, pokoknya keep writing thor^^. Next chap di tunggu^^

    Suka

  4. akhirnya lanjutannya keluat juga yeeeee. aduhh makin penasaran sama apa yang terjadi selanjutnya ihh jangan lama lama ya thor 😀 himchan bawa nalon buat apa ya ._. hahahahha

    Suka

  5. kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa….aku hampir saja melewatkan ff kesayanganku ini gegara gak sadar ini ud dipublish, untung aja kihyuka ksh tau…
    Bneran aku deg”an waktu Zelo bertualang kedunia luar bersama Han Ni, takjub ma kemampuan Zelo yg bisa meniru dgn mudah. Aku iri dgn kemampuannya sperti Han Ni tapi Zelo malah iri ma kebebasannya Han Ni. Mereka be2 spertinya ud mulai terikat deh…
    Pas tbc itu bkin tegang nih…pnasaran…

    Soal penulisanmu, asliii sperti biasa keren dan pendeksripsiannya tuh pas ma bayangan movie freak. Kadang ad ff genre sci-fi yg malah ngebingungin tp pnymu mudah dicerna. Belajar dimana sih biar bisa pny teknik nulis sebagus ini?

    Suka

  6. Akhirnya muncul jga~ 😀

    Ugh, tbc di tempat yg tepat, sukses bikin aku penasaran ;_;
    Pendeskripsiannya bagus, bikin reader bisa ngebayangin dgn mudah dan aku jdi pengen ke masa depan hehehe
    Itu himchan knp bawa balon?

    Ditunggu next partnya thor~

    Suka

  7. Sial itu saat ini udah chap B dan selesai di chap C padahal baru mulai pokok permasalahannya yg eng masih belum diketahui.

    Nad, ini menyebalkan sekali.

    Sekian.

    Suka

Leave Your Review Here!