[1] Full Of Fear

fulloffearver2

Full Of Fear

{Aku dibesarkan oleh berbagai macam kesulitan….}

—-

A Movie by:

Mizuky and Ranabilah

|| Duration: Series | Main Cast: Kim Myungsoo (Infinite), Kim Joonmyeon (EXO-K) ||

|| Genre: Brothership, AU! Life, Sad, Hurt/Comfort | Rating: PG-15—for safety ||

Summary:

Meski hidup Myungsoo tak pernah sempurna, namun Joonmyeon selalu ada untuk menemaninya.

 

.

.

.

 

Myungsoo termenung dalam diam di kamarnya. Cahaya bulan sesekali menyembul keluar melalui celah-celah awan berkabut. Hawa dingin yang menyelimuti tubuh ringkih Myungsoo menyapu lembut permukaan kulitnya, membuat Myungsoo menggigil dalam diam.

Matanya menatap nanar sang dewi malam, sesekali deruan napasnya ikut berbaur dengan udara kala dini hari tersebut. Detakan jarum jam dinding yang berasal dari dalam kamarnya terdengar keras hingga balkon kamarnya. Menimbulkan hawa mistis yang membuat bulu roma Myungsoo berdiri tegak menahan takut.

“Sudah hampir pagi tapi kau belum tidur?” Myungsoo menoleh ke belakang, ke arah di mana Joonmyeon—tetangga sekaligus sahabat sejak masa kecilnya—berdiri tegap di ambang pintu kamarnya.

Ini aneh, Joonmyeon tak tahu mengapa ia bisa melangkahkan kakinya menuju apartemen Myungsoo. Seperti sebelum-sebelumnya, Joonmyeon yakin malam ini Myungsoo tak akan bisa tertidur.

Myungsoo yang mendengar pertanyaan basi Joonmyeon, memaksakan sebuah senyuman tipis, kendati agar Joonmyeon tak mengetahui isi hatinya yang sesungguhnya.

“Ceritakanlah padaku, Myung….” kata Joonmyeon seraya berjalan mendekati Myungsoo yang sedang meringkuk ringkih. Myungsoo mendengkih kesal. Pria itu sadar betul menyembunyikan sesuatu dari Joonmyeon memang bukan jalan yang terbaik. Tetapi membiarkan Joonmyeon mengetahui segala permasalahannya juga bukanlah ide yang bagus.

“Mereka, lagi?” tanya Joonmyeon penasaran. Ia tahu dua hal atas alasan mengapa Myungsoo tetap terjaga sampai selarut ini. Hanya sebatas akibat dari insomnia yang dideritanya, dan merenungkan nasib—atau bahkan mengumpat takdir.

Joonmyeon merasa miris melihat kondisi Myungsoo yang begitu riskan. Meski kejadian itu sudah lama terjadi, namun batin Myungsoo seolah terus menerus meneror lelaki itu dengan memunculkan kembali kenangan lama yang begitu sadis. Sesekali Joonmyeon pernah menemukan Myungsoo yang sedang menggigil ketakutan di sudut ruangan

 

Myungsoo tahu bahwa—cepat atau lambat—Joonmyeon akan mengetahuinya.

 

“Rupanya kau sudah tahu….”

Myungsoo mendesah sebal. Matanya melirik tajam ke arah lantai-lantai berpetak balkon kamarnya yang dingin; membuat Myungsoo mengerang sial dalam hati. Kedua orangtuanya tidak pernah menghabiskan satu malam pun tanpa sebuah keributan, karena akan selalu ada satu permasalahan yang muncul dalam setiap harinya. Jenis apapun itu rupa masalahnya—mereka tak pernah kehabisan topik untuk diperdebatkan.

Erng, kau harus bersabar Myung,” ucap Joonmyeon sembari melemparkan satu senyuman tulus kepada Myungsoo. Myungsoo mengangguk pelan dalam keraguannya, ia sudah bersabar untuk kesekian kalinya, dan ia muak jikalau terus menerus disuruh seperti ini.

“Apa kau tidak punya cara yang lain, huh?” jawab Myungsoo asal dengan nada sarkatis. Joonmyeon tersenyum simpul melihat tingkah kawan lamanya yang satu ini. Dilepaskannya jaket yang membalut tubuhnya lalu ia lempar ke arah Myungsoo.

Dengan sigap, Myungsoo menangkap jaket pemberian Joonmyeon tersebut kemudian menyampirkannya asal di satu pundak. Setidaknya ia sudah tak merasa dingin kembali, ia tatap lagi wajah Joonmyeon yang sedikit terlihat karena terpaan sinar rembulan yang tipis.

“Kau tahu, setiap kali aku berkunjung ke rumah mereka, akan selalu ada pertunjukan yang begitu menyedihkan.” Myungsoo berkata lirih, tatapannya tertuju kembali ke arah sang rembulan, matanya mengerjap sendu.

“Seharusnya, kau bisa menjadi lebih baik dari mereka, anggap saja ini sebuah pembelajaran yang begitu bermakna bagi masa depanmu, Myung.” Kedua sudut bibir Kim Myungsoo tersungging menanggapi perkataan Joonmyeon, lalu terkekeh pelan.

 

“Kenapa kau begitu peduli padaku?”

 

Joonmyeon sedikit tersentak akan pertanyaan Myungsoo. Ia tersenyum tipis, kemudian menempatkan dirinya di sebelah Myungsoo—yang sedang mendelik sebal ke arahnya.

“Kenapa aku peduli padamu? Aku tidak tahu. Terakhir kali, aku hanya merasa kasihan terhadap seorang bocah yang meringkuk kedinginan di jalan sambil memeluk kedua kakinya,” ucapnya.

***

Memori beberapa tahun yang lalu kembali menyeruk ke permukaan. Di mana saat malam hari sesudah Joonmyeon pulang bekerja, ia begitu dikejutkan oleh kehadiran seorang anak laki-laki yang sedang meringkuk tak berdaya di depan pintu rumahnya.

Penampilan laki-laki itu begitu usang, bau, dan lemah. Joonmyeon terketuk pintu hatinya, lalu ia melangkah mendekati laki-laki itu.

“Siapa namamu?” tanya Joonmyeon ramah saat itu.

Laki-laki misterius itu menatap kosong ke arah Joonmyeon, lalu bibirnya yang bergetar karena kedinginan, mengucapkan dua patah kata yang sangat pelan. “Kim… Myungsoo.”

“Udara malam Seoul sangat dingin. Sebaiknya kau menginap saja di rumahku malam ini.” Joonmyeon tersenyum sangat ramah pada laki-laki yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu itu. Joonmyeon tak mengerti mengapa ia begitu murah hati, sedangkan keadaan ekonominya saja ia masih kekurangan. Namun, ia merasa iba pada duka yang dipancarkan oleh mata anak laki-laki itu.

Dia seperti butiran debu. Sekalipun diterpa angin yang lembut, lelaki misterius yang bernama Kim Myungsoo itu dapat sirna—tanpa bekas. Oleh karenanya, Joonmyeon mengajak Myungsoo untuk tinggal bersama di apartemen kecilnya, tanpa biaya atau tanggungan.

Sejak saat itu hubungan keduanya menjadi dekat. Myungsoo seolah kembali mendapatkan kasih sayang yang telah direnggut oleh kedua orang tuanya, dan ia memperolehnya dari Joonmyeon. Miris memang. Ia mengenal apa itu arti kasih sayang dari orang lain, bukan dari orang tuanya. Myungsoo membenci kehidupannya. Ia tak bisa apa-apa ketika orang tuanya sedang bertengkar, sedangkan umurnya sudah beranjak dewasa.

Namun, itu hanyalah sebuah kisah klasik.

Kini, Myungsoo sudah mapan. Ia dapat menghidupi sendiri kehidupannya. Kendati demikian—tetap—ia masih membutuhkan Joonmyeon sebagai penyemangatnya. Dewasa ini, Myungsoo sudah tak ambil pusing dengan orang tuanya yang sudah berdiri di jalan masing-masing.

Mungkin itulah yang terbaik.

 

***

 

“Baiklah, sepertinya kau sudah agak baikan. Aku kembali ke kamarku ya,” pamit Joonmyeon.

“Tunggu dulu,” sela Myungsoo. Tangan Myungsoo bergetar sedikit ketika ia menggapai tangan Joonmyeon. Sepertinya ia masih kedinginan.

“Bisakah kau menemaniku malam ini? Aku… masih trauma. Kumohon.”

Joomyeon menatap iba Myungsoo. Sebarut perih terlukiskan di mata kelam sahabat sekaligus adiknya itu. “Baiklah. Aku akan tidur di samping lemari kamarmu. Tidurlah. Kalau bisa, lupakanlah kenangan itu. Mereka tidak akan bertengkar lagi di hadapanmu saat kau bertandang ke sana.”

Joonmyeon mengerti permasalahan yang dipendam oleh Myungsoo yang lalu. Kendati Myungsoo tak pernah cerita, namun Joonmyeon paham bahwa Myungsoo berasal dari keluarga broken home. Terlihat dari beberapa kali ia ikut berkunjung ke rumah lelaki itu, selalu saja ia menemui pertengkaran antara orang tua Myungsoo.

Joonmyeon sekali lagi menatap Myungsoo yang sudah berdiri memasuki kamarnya kembali, ia pun ikut menyusul. “Selamat tidur,” katanya seraya berjalan menuju tempat kosong di samping lemari, lalu menyenderkan kepalanya pada lemari kayu itu. Sejurus kemudian, Joonmyeon sudah bermimpi indah.

 

===

.

.

===

Keesokan harinya….

 

Joonmyeon terbangun ketika ia mencium bau masakan yang lezat dan menggungah selera. Dengan mata separuh terpejam, pria itu berjalan menuju dapur.

“Hey, Hyung!”

Joonmyeon telah sepenuhnya bangun. “Kau memasak apa?”

Ramyeon. Hanya ini yang bisa kumasak. Tidak apa-apa, ‘kan?”

Joonmyeon mengangguk. Lantas, ia mendekatkan hidungnya untuk mencium aroma sedap dari masakan yang dibuat oleh Myungsoo. “Enak, kok. Tidak apa-apa. Uh, tubuhku sakit semua….” keluh Joonmyeon ketika ia merenggangkan sedikit tubuhnya.

Sambil mengaduk Ramyeon-nya, Myungsoo berkata, “Kau sudah tua berarti, Hyung. Hehe….”

Joonmyeon hampir tersedak mendengar perkataan Myungsoo, dan pria itu segera memukul kepala Myungsoo.

Hyung, sakit!”

“Jaga bicaramu pada orang yang lebih tua darimu, Kim Myungsoo! Sudahlah, aku pergi ke apartemenku dulu. Mau berbenah, sebentar lagi aku harus bekerja.”

“Ya sudah. Berbenah dulu saja sana! Mumpung Ramyeon-nya belum matang,” ujar Myungsoo.

Joonmyeon mengangguk. “Aku pamit sebentar, oh ya sisakan ramyeon-nya untukku! Jangan kau habiskan semuanya!” titah Joonmyeon.

Myungsoo mendengus. “Yang memasak ‘kan aku….”

 

.

===

.

 

Kim Joonmyeon.

 

Pengunjung datang silih berganti tiada lelahnya berkunjung ke kafe kecil milik Joonmyeon. Meski penat terus ia rasakan, namun kali ini Joonmyeon patut bersyukur karena kafenya lebih ramai daripada hari-hari sebelumnya. Mungkin karena adanya pertunjukkan yang akan diselenggarakan di depan kafenya.

Dengan dibantu tiga pegawainya—Baekhyun, Chanyeol, dan Jongin—Joonmyeon terus melayani para pelanggan dengan senyumannya.

Hyung, bisakah kita istirahat sebentar? Aku lelah, Hyung.”

Mulai lagi.

Baru beberapa saat yang lalu Baekhyun merengek kelelahan pada Joonmyeon—yang berakibat luluhnya hati Joonmyeon dengan memberikan dispensasi bekerja pada Baekhyun—namun, kini pemuda itu kembali merengek padanya. Bekerja tiada henti sudah membuat Joonmyeon jenuh, sekarang ditambah pula rengekan dari Baekhyun. Joonmyeon hanya bisa mendesah panjang. Kalau Baekhyun sudah merengek seperti ini, sebentar lagi pasti akan ada….

 

Hyung, aku lelah….”

 

Bingo!

Chanyeol pun ikut merengek. Dua orang itu benar-benar tak bisa terpisahkan.

Joonmyeon melihat kedua pegawainya yang sudah kewalahan tersebut. Mereka terlihat sangat letih hingga pakaian mereka terlihat sedikit kusut. Tetes-tetes keringat sudah berkumpul di dahi mereka membentuk bintik-bintik air.

Joonmyeon menjadi iba, lagi.

“Baiklah. Kalian kuberi waktu istirahat selama tiga menit. Kita sedang kebanjiran pelanggan. Ingat, hanya istirahat! Tidak boleh menggoda pengunjung perempuan! Kalian ingat itu?!”

Baekhyun dan Chanyeol bersorak gembira. Dengan langkah seperti anak kecil, mereka meloncat-loncat seperti dua orang idiot dan segera menyambar bekal makan siang mereka.

“Dasar.” Giliran Joonmyeon dan Jongin bekerja sendirian.

Hyung, memangnya di depan ada acara apa sih? Kok rame sekali…” tanya Jongin yang melihat kerumunan di depan kafe Joonmyeon.

Panggung mewah sudah didirikan sejak tadi. Beberapa lampu sorot sudah terpasang, dan sedang diuji oleh ahlinya. Speakerspeaker besar sudah siap, dan lagu-lagu heavy mulai terdengar. Beberapa orang sudah mulai terlihat mengerubungi panggung pertunjukkan itu meski belum ada satupun artis/penyanyi yang muncul. Hm, sepertinya hanya konser kecil. Tetapi, standstand yang didirikan di sekitar panggung cukup banyak jumlahnya. Membuat Joonmyeon sedikit sebal karena ia menemui banyak pesaing.

“Aku tidak tahu. Mungkin ada konser. Sudah kembali bekerja sana!”

Jongin berjalan mundur, setelah sebelumnya ia menghela napas cukup panjang. Tahu juga Joonmyeon taktiknya untuk meminta beristirahat.

 

“Pelayan, tambah minumannya sama pisang gorengnya satu!”

 

Seruan dari seorang pengunjung, membuat Joonmyeon dan Jongin berbalik untuk kembali bekerja.

“Sibuk, sibuk….”

 

.

===

.

 

Kim Myungsoo.

 

Lumayan, hari ini tugasnya sedikit berkurang karena ia sudah mengerjakannya dari kemarin-kemarin. Sekarang dirinya sedang dalam perjalanan untuk menuju tugas terakhirnya.

Ia diminta oleh atasannya untuk meliput sebuah konser yang diadakan di sekitar kawasan Gun-am. Myungsoo tersenyum. Kebetulan sekali. Tempat konser itu berhadapan persis dengan kafe Joonmyeon. Sesudah menyelesaikan pekerjaannya, ia akan bertemu dengan Hyung-nya itu.

Entah kenapa, seperti ada kembang api yang terus menerus meletup-letup di jantungnya. Ia merasa sangat gembira dan tak sabar untuk segera berjumpa dengan Joonmyeon.

 

***

Dentungan musik yang begitu memekakkan telinga membuat Joonmyeon terus mengeluh. Ia melihat ke arah Baekhyun, Chanyeol, dan Jongin yang sedang menikmati musik yang diputar dan sesekali ikut menggoyangkan badan mereka sesuai dengan nada.

Joonmyeon mendesah.

Apa benar aku sudah tua hingga musik seperti ini saja tak bisa kunikmati? Batinnya berkemam sedih.

Untung saja konser kali ini berjalan mulus, tak ada kericuhan yang terjadi. Jadi, kafe Joonmyeon selamat dari kerusakan dan kekotoran. Pengunjung yang masih bertandang hanya segelintir saja, mereka lebih memilih menikmati pertunjukkan dari dalam kafe ketimbang berdesak-desakkan dengan banyak orang.

Melihat tak ada masalah yang akan terjadi, Joonmyeon buru-buru ke toilet karena ia sudah tak dapat lagi menahan hasratnya.

 

Klining!

 

 

Bunyi lonceng terdengar ketika ada seorang pengunjung baru lagi memasuki kafe Joonmyeon. Baekhyun, Chanyeol, dan Jongin bersiap di tempat mereka. Lalu, meneriakkan, “Selamat datang!”

Pengunjung itu tersenyum. Baekhyun datang menyambut. “Silahkan.”

“Di mana Kim Joonmyeon?”

Baekhyun mengernyit heran. “Oh, Bos… dia sedang ke belakang sebentar.”

Pengunjung itu mengangguk. “Baiklah. Bilang padanya ada seseorang yang menunggunya.”

“Kalau boleh tahu, siapa nama Anda?” tanya Baekhyun.

Pengunjung itu tersenyum penuh misteri. “Joonmyeon Hyung pasti tahu siapa diriku.”

Baekhyun masih tak mengerti. Namun, karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan di sana, lelaki itu lebih memilih undur diri dan bergabung dengan Chanyeol dan Jongin di pojokan.

“Kenapa? Pengunjung itu tak memesan?” tanya Chanyeol.

Baekhyun menggeleng. “Tidak. Dia sepertinya ingin bertemu dengan Bos.”

“Memangnya dia siapa? Dia terlihat sangat misterius sekali,” ujar Jongin yang sedang mengamati pengunjung laki-laki itu dengan lamat.

“Aku tidak tahu. Dia menolak untuk memberitahukan namanya. Kalau dia ingin berbuat macam-macam, kita harus bisa melindungi Bos dari penjahat seperti dia,” ucap Baekhyun. Sekonyong-konyong, mereka bertiga bersiap dalam mode siaga dan terus memperhatikan gerak gerik pengunjung misterius itu.

Oh, Tuhan mereka sangat aneh!

 

***

 

Joonmyeon sudah selesai membuang hajatnya. Ia kini bersiap untuk mulai bekerja kembali. Namun, tepukan dari Baekhyun menghentikkan sejenak kegiatan Joonmyeon.

“Ada apa, Baek?”

“Ada yang mencarimu, Hyung,” ucap Baekhyun.

Joonmyeon terlihat penasaran. “Siapa?”

Baekhyun hanya mengangkat bahunya. Joonmyeon semakin penasaran.

“Coba saja Hyung menemuinya. Katanya sih Hyung pasti tahu siapa dia.”

 

***

 

“Myungsoo!”

“Joonmyeon Hyung!”

Keduanya saling berpelukan. “Astaga, kenapa bisa kau di sini?” tanya Joonmyeon.

Myungsoo tersenyum. “Aku disuruh meliput konser ini, Hyung. Kebetulan pekerjaanku sudah selesai, jadi aku bisa menyempatkan diri untuk menengokmu.”

“Baiklah, tapi benar kalau pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Joonmyeon untuk memastikan.

Myungsoo mengangguk meyakinkan. “Benar. Oh ya, kafemu kok tumben sepi, Hyung?”

“Kau datangnya baru sekarang sih. Coba kalau kau datang tadi sore. Ramai sekali! Lumayan, aku mendapatkan pengunjung tetap beberapa tadi,” ujar Joonmyeon sambil tersenyum senang.

“Aku turut senang mendengarnya, Hyung. Semoga kafemu semakin sukses ya, jadi aku bisa menumpang makan gratis. Hehe….”

Joonmyeon lantas menatap sinis ke arah Myungsoo. “Tidak. Aku bisa merugi nanti.”

Myungsoo tertawa lepas. “Iya, iya… aku tahu, Hyung. Ngomong-ngomong, Hyung aku ingin berbicara serius denganmu.”

Atmosfer ruangan itu perlahan berubah menjadi sedikit berat. Seperti ada beban yang ditumpukan pada Joonmyeon, membuat pria itu seolah tak dapat menghirup udara dengan bebas. Terlebih ketika kedua maniknya menangkap raut wajah Myungsoo yang kelewat misterius. Myungsoo memang penuh dengan misteri—bahkan sejak pertama kali mereka berdua bertemu.

“Ya, mau berbicara apa?” Suara Joonmyeon tercekat di batas tenggorokan dengan rongga mulutnya.

Hyung, kalau tiba-tiba saja aku sedikit berbeda dari yang lain, bagaimana?”

Joonmyeon tak mengerti. “Maksudmu?”

Myungsoo kini bergerak gelisah tak karuan. Sesekali ia menghindari untuk bertemu tatap dengan Joonmyeon. “Iya, kita ibaratkan sebagai pengandaian saja. Kalau saja aku berubah dan berbeda dari yang lain, apa yang akan kau lakukan, Hyung?”

“Kau tak boleh berubah. Kau tetap Kim Myungsoo adikku yang cerewet dan menyebalkan. Aku tak akan mengizinkanmu untuk berubah,” jawab Joonmyeon tegas.

Myungsoo tersentak. Pandangan matanya seolah terpaku kuat pada tatapan tajam yang syarat akan kasih sayang itu. Myungsoo dapat merasakan kehangatan yang mulai menjalar perlahan di sekujur tubuhnya. Jantungnya terus berdentum seolah mengisyaratkan ada suatu perasaan yang begitu bergelora yang terus ia pendam selama ini.

“Aku hanya sedikit merasa berbeda, Hyung,” ujar Myungsoo terlampau lirih. Suaranya tertelan diantara teriakan para orang-orang yang bersemangat menonton konser.

Joonmyeon semakin tak paham dengan Myungsoo. “Kau berkata apa, Myung? Aku tak dengar. Bisa kau ulangi dengan suara keras, tidak?”

Myungsoo lalu tersenyum kecil. Daan….

 

Klik.

 

Blitz kamera menerpa wajah Joonmyeon yang sedang termangu layaknya seorang idiot. Seketika meledaklah tawa Myungsoo kala itu. “Aku bilang kalau aku sedang mengerjaimu. Haha, kena kau! Hyung lucu sekali tadi. Haha…. Hyung harus lihat ekspresi wajahmu tadi! Benar-benar lucu. Haha…”

Joonmyeon mengeram kecil. “Myungsoo, kau menyebalkan! Aku tidak akan menganggapmu sebagai adikku lagi! Tidak akan pernah! Dasar Myungsoo menyebalkan!” Joonmyeon langsung pergi meninggalkan Myungsoo begitu saja dengan beribu umpatan yang masih wajar.

Myungsoo yang melihat itu hanya tersenyum kecil.

 

Maafkan aku kalau aku mengecewakanmu, Hyung.

 

 

 

.

.

.

| 1st—END |

 

14 tanggapan untuk “[1] Full Of Fear”

  1. HALO KALIAN BERDUA 😀 Zuky & Ranabilah 🙂
    Well, boleh aku tahu yang nulis bagian ini siapa?
    Zuky kah? atau nabilah? :3 yah, apa pun itu aku tau tulisan kalian sama-sama bagusnya ^^

    Aku suka sama diksinya! 😀 apalagi narasi awal.. ada kiasannya gitu.. u,u si myungsoo pasti ganteng banget deh /salah fokus/ dan ohhh… ini si suho baik banget :”) unsur brothershipnya kerasa lah pokoknya! ga bisa meanmpik dari fakta kalau aku suka dan gak sabar buat kisah selanjutnya 😀

    Keep writing ya buat kalian berdua!! {}

    Suka

    1. hehe ini yang buat campuran kok kak 🙂 aku sama Nabilah..
      hehe.. cuman keseluruhan sebagian aku sih, nanti yang part dua si nabilah XD hehe..
      oh jelas dong 😎 yang awal itu nabilah yang buat 🙂

      haha.. iya dong jelas 😎 Myungsoo selalu ganteng 😀 apalagi di covernya….. /die/ haha.. makasih padahal pas bikin ini bingung banget sungguh /.\ hehe..
      okeyy tunggu ajaa kak 😉 makasih kak Sari cantik :*

      Suka

  2. Brothershipnya kena, ngomong ngomong si Joonmyun sama Myungsoo ini saudara kah?
    Summarynya bikin penasaran, keep writting for next chap ^^

    Suka

    1. Ah makasih kalau brothershipnya ngena XD hehe.. bukan, mereka ini kaya sejenis teman kok 🙂 kan di narasi awal sudah dijelaskan bahwa Suho yang ketemu sama Myung karena laki-laki itu lagi duduk ketakutan di depan apartemennya 😉 hehe..

      Ayoook ditunggu aja ^^

      Suka

  3. Akhirnya part 1 keluar juga 🙂
    Ohh jadi ceritanya mereka ketemu secara tidak sengaja. Aku kira ceritanya Joonmyeon sm Myungsoo bakalan jadi adik kakak kandung soalnya marganya sama xD

    Overall, ficnya seru. Brothershipnya jg dapat, penulisannya rapi dan aku menikmati bacanya. Keep writing ya~ 🙂

    Suka

    1. Hehe maaf kalau menunggu lama karena perlu perbaikan di sana-sini, tapi semoga kamu suka ya 🙂
      Iyap begitulah, engga kok jadi Myung sama Ho itu sama-sama anak malang gitu (?) dan karena senasib alhasil jadi mereka berteman gitu sih karena senasib tadi .__. hehe..
      waduh makasih banyaaak 🙂 keep stay ya 😉 karena banyak kejutan yang akan menanti 😉

      Suka

  4. Kim brothers. Kirain kakak adik kandung, eh ternyata si Myungsoo terlantar di depan rmh Junmen toh ‘-‘9
    Myung usil bnget pake motoin Junmen lagi cengo -_- bully-able nya tetep keliatan yak si babe Exo itu.
    Next chapternya ditunggu. hwaiting ^^b

    Suka

    1. Hehe ternyata bukan yaa :p /tebar confetti/ hehe..
      err.. terdampar, sebenernya mungkin agak keji tapi iya sih pantes XD muahaha 😎
      Hahaha seperti yang kamu bilang, si Suho itu kan able banget buat di bully jadi si Myung, Baek, Chan, sama Jongin demen juga buat ngerjain doi XD muahaha 😆 okeyy ditunggu aja ya 🙂 makasih XD

      Suka

  5. aaaa, myunghoooo T-T brothership kalian dsini..padahal bukan saudara kandung tapi hubungan kalian berdua melebihi saudara kandung malah..
    junma, kamu mmg angelic banget deh, cucok jdi guardian, gimana selalu ad bwt myung dan well, ini awal2 uda bikin penasran, mksd omongan si myung apa tuh..
    ditunggu ya part 2 nya ^^

    Suka

    1. HAI KAK SILVYA 😀 AKU UDAH BACA FF LOMBA KAKAK LHO 😀
      aduh iyaa.. mereka ituh kaya semacam Junma emang khusus ditakdirkan dan satu-satunya buat Myung gitu /.\ hehe..
      begitulaaah xD ada suatu maksud tersembunyi sendiri dengan omongan Myung dan dijadiin BIG HINT disini :d hehe..

      OKEEYY MAKASIH KAK SILVYA 😉

      Suka

  6. Ini… Ky.n… miris bgt nasib uri myung..
    Jgn galau-galau lah myung.. Sini aq peluk //hug myung//jahhh~
    Mrk bukan sodara kandung y?! Aq kira sodaraan. Hheu. Suho baik bgt lahhh.. //hug suho//jahhh~

    Suka

Leave Your Review Here!