Semua tulisan dari lightless_star

undefined species. part-time fangirl. amateur writer. cassiopeia. zhang yixing's future wife. yunjae & fanxing are my drugs.

How to Escape

how-to-escape

scriptwriter: lightless_star ( @ginchanism_ ) | fandom: DBSK/JYJ | cast(s): Max / Shim Changmin, Original Character | genre: Dark, Family, Psychological | duration: Vignette | rated: PG-15

cover art by thebrightflame @ art fantasy

3/5 DBSK Twisted Series

I. Secret Base – Junsu | II. Sacrificatio – Jaejoong |

Disclaimer:

This story is a pure fiction. No profit taken.

WARNING: Alternate Universe, (maybe) Out of Characte

Summary:

Ingatanku yang paling dasar, diisi oleh ruang serba putih tanpa jendela. Lalu saudaraku—Lynch, dan sebuah pintu diujung sana; dimana Ayahku selalu datang dan memberi kami apa yang kami butuhkan.

Lanjutkan membaca How to Escape

Sacrificatio

sacrificatio

Sacrificatio

(n.) ; Sacrificing, Sacrifice 

scriptwriter: lightless_star ( @ginchanism_ ) | fandom: DBSK/JYJ | cast(s): Kim Jaejoong, Original Character | genre: Dark, Family | duration: Ficlet | rated:PG-15

thanks to MCLENNX @ ART FANTASY for the awesome poster!

2/5 DBSK Twisted Ficlet Series

I. Secret Base – Junsu |

Disclaimer:

This story is a pure fiction. No profit taken.

WARNING:

Alternate Universe, Character Death. For those who’s looking for a happy ending this fanwork is not for you.

Summary:

Jaejoong dan Jaein punya pandangan yang sama tentang hidup dan mati, setelah semua yang mereka lakukan bersama-sama pula. Kematian tidak begitu menakutkan, seperti halnya Kehidupan yang tak pula begitu berharga. Karena itulah, keduanya sepakat tak menyebut diri mereka lagi sebagai manusia.

.

.

Lanjutkan membaca Sacrificatio

[Ficlet] Secret Base

po

Secret Base

scriptwriter: lightless_star ( @ginchanism_ ) | fandom: DBSK/JYJ | cast(s): Kim Junsu, Original Character | genre: AU, Romance, Friendship, Slight!Psychological[?] | duration: Ficlet | rated: PG-13

Disclaimer:

This story is a pure fiction. No profit taken.

Summary:

Shim Sooyeon selalu mempesona. Setidaknya untuk Kim Junsu.

Lanjutkan membaca [Ficlet] Secret Base

[Prompter-Fic] Start Over

Woohyun (5)

Start Over

scriptwriter: lightless_star ( @ginchanism_ ) | Fandom: INFINITE | Cast(s): Nam Woohyun, Lee Sungyeol, Kim Sunggyu, Lee Sungjong, Jang Dongwoo (INFINITE) | Genre: Family, Dark, (slight?) Psychological | Duration: Oneshot | Rated: PG-15

prompt & 1st sentence dari litemints

loosely inspired by Hideout –  Kakizaki Masasumi

Warning:

Alternate Universe

Disclaimer: This story is a pure fiction. No profit taken.

Summary:

Aku dan Sungyeol punya rasa takut dan keinginan yang sama.  Dan untuk suatu alasan yang sulit aku jelaskan, aku tak bisa bilang kalau laki-laki itu benar-benar jahat dan sakit jiwa.

Lanjutkan membaca [Prompter-Fic] Start Over

[Prompter-Fic] EXISTENCE

co

Scriptwriter: lightless_star ( @ginchanism_ )| Fandom: TVXQ/JYJ | Main cast(s): Jung Yunho (TVXQ), Kim Jaejoong (JYJ) | Genre: Friendship, Life, Kidfic | Duration: ficlet | Rated: G |

Prompt & 1st Sentence dari Phynz20 

Disclaimer: 

This story is a pure fiction and I take no financial profit.

Warning: 

Childhood!AU

summary:

Aku selalu duduk disebelah Jaejoong, disampingnya kemanapun dia pergi. Anak laki-laki itu tak pernah melepaskanku, namun aku tak apa-apa. Memang itulah arti eksistensiku untuknya, bukan?

…….

Lanjutkan membaca [Prompter-Fic] EXISTENCE

[Drama Week] The Endless Clear Sky part 2 by lightless_star

The Endless Clear Sky

The Endless Clear Sky

lightless_star

Main Cast: Han Hyojoo & Han Jihyuk (OC) | Support Cast: Kim Jaejoong, Choi Sulli | Duration: twoshots |  genre: family, life, hurt, (sedikit) romance | rating: General

Inspired by:

Prickles – Mochizuki Karin (Manga) and 銀色の空– redballoon (Song)

previous: 1

“Mungkin Hyojoo-Noona sudah melupakanku. Aku cuma adiknya yang buta dan merepotkan, tak bisa apa-apa.”

….

Lanjutkan membaca [Drama Week] The Endless Clear Sky part 2 by lightless_star

[Drama Week] The Endless Clear Sky part 1 by lightless_star

The Endless Clear Sky

 

The Endless Clear Sky

lightless_star

Main Cast: Han Hyojoo & Han Jihyuk (OC) | Support Cast: Kim Jaejoong, Choi Sulli | Duration: twoshots |  genre: family, life, hurt, (sedikit) romance | rating: General

Inspired by:

Prickles – Mochizuki Karin (Manga) and 銀色の空– redballoon (Song)

 

“Mungkin Hyojoo-Noona sudah melupakanku. Aku cuma adiknya yang buta dan merepotkan, tak bisa apa-apa.”

Lanjutkan membaca [Drama Week] The Endless Clear Sky part 1 by lightless_star

A Song to the Red Autumn

1483862_1437838219766948_714071872_n
credit poster goes to flamegoofy @ imagineofvirus.wordpress.com

A Song to the Red Autumn

lightless_star

a collaboration fic with: gratia @ imagineofdeer.wordpress.com

 

cast: Lee Jonghyun (CNBLUE), Choi Junhee (Juniel) | Genre: Romance, Hurt | length: Oneshot | Rating: PG13

WARNING: Alternate Universe

….

“Hei, Jonghyun. Sekarang kau sudah lihat, kan? Bukankah merah tak selamanya buruk?”

….

Lanjutkan membaca A Song to the Red Autumn

[ Ficlet ] Superhero

superhero copy

Superhero

scriptwriter: lightless_star ( @fanxingege )| cast: Kris (EXO-M), Park Chanyeol (EXO-K) | fandom: EXO | duration: 1000+ words | genre: friendship (but you can expect more. LOL), childhood!AU | rated: General

inspired by: Danshi Koukousei No Nichijou Episode 5:  High school boys and the biography of a Hero ( omg hidenori and yoshitake is just… asdfghjkl <333 )

summary:

Yifan selalu ingin jadi superhero.  Dan ia pernah, setidaknya sekali dalam hidupnya.

xxx

  Lanjutkan membaca [ Ficlet ] Superhero

[Songfic] Please, Take Care

please take care

Please, Take Care

Scriptwriter: lightless_star ( @fanxingege )| fandom: INFINITE | main cast: Kim Myungsoo /L, You | genre: Romance, Hurt | duration: ficlet | rated: PG |

a songfic based on the song ‘Awanai Tsumori No, Genki De Ne’ by SCANDAL

dedicated to YooraZelo9697 @ dorkiedarkfiction.wordpress.com

hope you like it~!

xxx

aku harus meminta maaf untuk sesuatu yang sampai saat ini belum sempat aku katakan. Minta maaf karena sudah membuatnya takut kehilangan sahabat terbaiknya. 

xxx

Lanjutkan membaca [Songfic] Please, Take Care

13 – Chapter 1B [Casette 1, Side A]

13
credit poster goes to Kihyukha

13

Scriptwriter: lightless_star | fandom: BIGBANG/2NE1 | main cast: Kwon Jiyong/GD, Lee Chaerin/CL | other cast: Choi Seunghyun (TOP) | pairing(s): GD/CL, Broken!TOP/CL | genre: Romance, A little bit suspense, Angst, Hurt | duration: multichapter | rated: PG-13 |

note: the adaptation fic from “13 reasons why”, so the plot isn’t mine.

blue = GD’s POV

black = CL’s POV

xxx

PROLOGUE | CHAPTER 1 A

Siap, Choi Seunghyun?

Seunghyun? Kakak kelas kapten tim basket itu? Dia orang yang mencuri ciuman pertama Chaerin!

Seunghyun-oppa, kau adalah orang yang pertama kali aku genggam tangannya. Yang pertama kali kucium. Gadis penggemarmu disekolah memang cukup banyak. Padahal kalau kupikir-pikir lagi, kau sama saja dengan yang lainnya. Hanya sedikit tampan, tinggi, bertubuh tegap dan jago olahraga. Aku tidak bermaksud meledekmu dengan berkata seperti ini, tapi itulah yang aku rasakan. Namun ada sesuatu dalam dirimu yang membuatku terpesona. Yang membuatmu harus jadi pacarku saat itu. Aku tidak tahu persisnya apa, hingga sekarang. Namun karena sesuatu yang kumaksud tadi, perasaan itu muncul. Lalu perasaan itu semakin lama semakin kuat, dan mengendap di dasar hatiku.

Lanjutkan membaca 13 – Chapter 1B [Casette 1, Side A]

13 – Chapter 1A [Casette 1, Side A]

13

13

Scriptwriter: lightless_star | fandom: BIGBANG/2NE1 | main cast: Kwon Jiyong/GD, Lee Chaerin/CL | other cast: Choi Seunghyun (TOP) | pairing(s): GD/CL, Broken!TOP/CL | genre: Romance, A little bit suspense, Angst, Hurt | duration: multichapter | rated: PG-13 |

note: the adaptation fic from “13 reasons why”, so the plot isn’t mine.

xxx

Paket seukuran kotak sepatu itu tergeletak manis di teras rumahku hari senin kemarin, seakan menyambutku yang baru saja tiba di rumah. Pintu rumahku punya celah kecil dibawahnya, namun celah itu hanya bisa dimasuki surat-surat. Mungkin karena itu kurir tadi meletakkannya di teras saja. Aku menimbang-nimbang paket itu dengan kedua tanganku. Tidak ada nama pengirim tertera disana, namun karena paket itu dialamatkan untuk Kwon Jiyong, aku membawanya masuk.

Apa paket ini dikirim oleh salah satu penggemar rahasiaku? Semoga saja. Hahaha. Senang sekali rasanya mengingat seumur hidup aku tak pernah punya seorang penggemar rahasia.

Oke, mungkin itu cuma khayalanku saja.

Aku mencari-cari gunting di laci meja belajarku, penasaran apa isi paket tanpa nama pengirim itu. Meletakkan paket itu diatas meja belajar, aku menggunakan gunting untuk melepaskan selotip bening yang membungkus kotak sepatu itu. Didalam kotak itu terdapat gulungan yang dilapisi plastik bergelembung. Saat aku membukanya, aku menemukan tujuh buah kaset rekaman yang sudah agak tergores didalamnya.

Di sudut kanan kaset-kaset itu ditulisi nomor yang berwarna oranye terang. Saat aku mencoba mengelupasinya, aku tahu bahwa nomor-nomor tadi mungkin ditulis dengan cat kuku. Tiap sisi kaset itu memiliki nomor yang berbeda. Nomor satu dan dua ada dikaset pertama, tiga dan empat dikaset kedua, dan begitu seterusnya. Namun hanya ada nomor tiga belas disalah satu sisi kaset ketujuh.

Aneh. Siapa orang yang mengirimiku kaset-kaset rekaman ini? Dan kenapa juga harus kaset rekaman? Memangnya masih ada orang yang menggunakannya zaman sekarang? Apa menurutnya aku masih punya alat pemutarnya?

Mataku melebar saat menyadari sesuatu. Garasi. Aku ingat kalau Ayahku punya stereo tua yang di-museum-kannya disana karena sudah tak dipakai lagi. Aku ingat sekali kalau ketika aku kecil dulu, Ibu sering memutar lagu dengan stereo itu saat aku hendak tidur. Memang sih, benda itu pasti sudah usang. Diselimuti oleh debu dan penuh dengan percikan cat. Tapi semoga saja stereo itu masih bisa digunakan untuk memutar kaset.

Aku berdiri dari kursiku. Lalu berjalan cepat kearah garasi dan mencari-cari stereo itu. Ketika aku sudah menemukannya, aku kembali ke kamar dan siap untuk mendengarkan kaset-kaset ini.

Aku kembali duduk tenang dikursi, lalu meletakkan stereo usang tadi diatas meja. Aku menekan tombol eject-nya hingga pintu plastik stereo itu terbuka. Aku memasukkan kaset pertama, kemudian melipat tanganku diatas meja dan mendekatkan tubuhku agar aku bisa mendengar dengan lebih jelas dan fokus. Suara dengung statis menghiasi bagian awal rekaman ini, disusul dengan suara seorang gadis yang sangat familiar untukku.

xxx

Halo, para pendengar! Dengan Lee Chaerin disini! Hidup dan bernapas dalam stereo kalian masing-masing.

Tunggu, aku tidak bisa percaya ini.

Ayo, taruhan. Pasti kalian sedang mengerutkan alis disana, atau menggelengkan kepala, atau menggigit bibir atau melakukan apapun yang biasanya kalian lakukan kalau sedang bingung. Ini memang Lee Chaerin. Ada berapa banyak Lee Chaerin yang kalian kenal? Lee Chaerin yang mana? Chaerin yang kalian pikir tak akan kembali, yang sudah tidak ada ketika kalian menerima rekaman ini.

Tidak mungkin. Chaerin sudah bunuh diri dua minggu yang lalu.

Sekali lagi kuulangi. Ini memang Lee Chaerin.

Nah, terima kasih sudah mendengarkan rekaman ini. Ah, mungkin aku lebih senang menyebutnya sebagai audio-biografi. Kedengaran keren, kan?

Tidak tidak tidak tidak tidak. Apa ini pesan bunuh diri sinting?

Untuk menghilangkan kebingungan kalian, mari kujelaskan. Seperti biografi lain, audio-biografiku juga akan menceritakan kisah hidupku pada kalian semua. Lebih tepatnya, kenapa kehidupanku berakhir. Dan bila kalian mendengarkan kaset ini, berarti kalian salah satu alasannya.

Kaget, ya? Semoga kalian siap.

Aku tidak akan sebutkan nama kalian ada di urutan keberapa. Lagipula, cerita-cerita ini saling berkaitan. Jadi dengarkan saja dan tunggu sampai nama kalian muncul, oke? Tapi bila kalian sudah menerima paket itu, nama kalian pasti akan muncul kok. Aku janji.

Kau gadis gila, Chaerin. Kita bahkan tak pernah akrab sebelum ini dan kau bilang bahwa aku salah satu alasan berakhirnya hidupmu?

Mungkin ada diantara kalian yang tidak percaya pada apa yang sedang kalian dengarkan ini. Apa benar isi kaset ini sebegitu mengerikannya?

Dengarkan aku. Untuk apa seorang gadis yang sudah mati masih berbohong? Tidak ada gunanya, kan?

Jadi, buktikan saja sendiri kalau kalian tidak percaya.

Nah, para pendengar. Aku punya dua peraturan disini. Yang pertama: Kalian harus mendengarkannya. Kedua: Setelah itu kalian harus mengedarkannya. Aku harap kalian bisa mematuhinya. Sekali ini saja.

Suaranya terdengar sendu dibagian akhir, semakin membuat bulu kudukku merinding. Chaerin merekam setumpuk kaset sebelum ia pergi. Untuk apa gadis itu melakukannya?

“Jiyong, apa yang kau dengarkan itu?”

“Noona!”

Aku dengan cepat meraih stereo itu, lalu menekan beberapa tombolnya sekaligus karena terkejut.

“Noona, kau membuatku kaget!”

“Memangnya kau sedang mendengarkan apa, hah?”

“Bukan apa-apa, kok. Ini Cuma bahan untuk tugas sekolah.”

Ah lagi-lagi jawaban itu. Urusan sekolah selalu aku jadikan alasan untuk banyak hal. Saat aku pulang telat, aku bilang itu karena urusan sekolah. Saat aku perlu uang tambahan, aku juga bilang itu untuk urusan sekolah. Namun baru kali ini aku memberikan alasan ini untuk mendengarkan rekaman dari seorang gadis yang sudah bunuh diri dua hari lalu dengan perut kenyang setelah menelan segenggam pil.

“Boleh aku dengarkan?”

“Tidak usah, noona. Ini bukan milikku, tapi milik temanku,” ucapku gugup, jemari tangan kananku memainkan ujung kemejaku.

Mulut perempuan yang lebih tua dua tahun dariku itu membulat tanda ia paham.

“Baiklah. Lanjutkan saja tugasmu, Jiyong,” katanya kemudian tersenyum, mengusap kepalaku lalu membalikkan badan hendak keluar dari kamar.

Aku kembali duduk dimeja, menunggu pintu benar-benar tertutup sebelum aku lanjut mendengarkan kaset-kaset tadi. Aku memasang telinga baik-baik, terbayang suara Chaerin yang barusan kudengar tadi. Bulir-bulir keringat aku dapati meluncur turun dari pelipisku, padahal ruangan ini tidak panas. Tangan kananku bergetar saat aku hendak menekan tombol play. Berbeda saat aku pertama menekannya tadi.

Setelah kalian selesai mendengarkan kaset-kaset ini, kembalikan ke kotak dan kirim ke siapapun yang ceritanya ada setelah nama kalian. Nah, untuk kau yang terakhir, kau bisa membawa kaset-kaset ini dan mengembalikannya padaku jika kita bertemu di neraka nanti. Aku tunggu, loh.

Aku sudah bilang, tolong patuhi aturanku. Karena jika tidak, aku sudah menyiapkan copy dari kaset-kaset ini. Yang perlu dilakukan jika kalian melanggar aturan hanyalah menyebarkan kaset-kaset itu dan semua orang akan tahu apa isi kaset ini. Pikirkan saja apa yang akan terjadi pada kalian setelah itu.

Ataukah kalian berpikir, jika kalian melanggar peraturan aku tak akan tahu?

Itu benar juga, sih. Aku kan sudah mati saat kalian menerima kaset-kaset ini.

Tapi jangan salah, pemirsa. Walaupun aku tidak tahu, kalian tetap diawasi. Jadi cukup saja kalian permainkan aku ketika aku masih bersama kalian dulu, dan sekarang aku mohon jangan permainkan aku lagi.

Tidak mungkin Chaerin berpikir seperti ini. Chaerin yang biasa aku lihat tidak mungkin melakukan ini.

Ingat, kalian sedang diawasi.

Aku menekan tombol pause.

Perutku terasa melilit dan kepalaku mendadak pusing. Aku bisa saja muntah bila kubiarkan. Aku bisa saja berlari cepat ke kamar mandi bila aku mau.

Jujur saja, aku tak pernah mengenal Lee Chaerin secara dekat. Maksudku, aku ingin mengenalnya. Aku ingin, ingin sekali mengenal Chaerin lebih jauh daripada kesempatan yang pernah aku dapatkan. Selama liburan musim panas, aku dan dia sama-sama bekerja disebuah cafe. Dan beberapa minggu sebelum ia pergi, aku sempat menciumnya disebuah pesta. Namun setelah itu, kami berdua tak pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi lebih akrab. Dan aku menyesali hal itu.

Tapi aku tak merasa pernah mempermainkan Lee Chaerin.

Jadi, untuk apa aku ada dalam daftar ini?

Aku menundukkan kepala, menelusupkan jari diantara rambut-rambutku kemudian mengacak-acaknya frustasi. Kaset-kaset ini tak semestinya tiba didepan rumahku, aku tidak berhak ikut-ikutan dalam masalah seperti ini. Pasti ada yang salah.

Aku menarik kembali kotak sepatu yang tadi dipakai untuk meletakkan kaset-kaset ini. Pasti ada nama pengirimnya, hanya saja tadi aku terlalu buru-buru dan tidak melihatnya. Aku membolak-balik kotak itu, mencari nama pengirim –orang yang bisa aku tanya-tanya mengenai kaset-kaset ini. Namun hasilnya nihil, kotak sepatu itu memang tak ditulisi nama pengirim.

Oh, aku mengerti. Mungkin saja, aku bukan salah satu orang dalam daftar. Tapi, salah satu orang dalam daftar Chaerin melanggar peraturan dan sekarang kaset-kasetnya sedang disebarkan kesemua orang. Semua orang termasuk aku.

Mungkin saja, sih.

Lalu? Apa yang kemudian aku lakukan setelah mendengar rekaman ini?

Aku belum tahu.

Nah, untukmu yang ada didalam daftarku, aku sudah siapkan sebuah peta untuk kalian dan sudah aku kirim jauh-jauh hari sebelum ini, ketika aku masih bisa mengirimkannya pada kalian semua. Apa kalian masih menyimpan petanya?

Aku kembali menyandarkan punggung kesandaran kursi sambil menghela napas berat. Aku memejamkan mataku dan membiarkan suaranya mengalir begitu saja menghantam gendang telingaku.

Aku memang ada dalam daftar ini.

Satu minggu sebelum kematian Chaerin, aku mendapati sebuah amplop cokelat terselip di lokerku. Dibagian depannya tertulis “SIMPAN INI.  KAU PASTI AKAN MEMBUTUHKANNYA” dengan huruf besar yang ditulis dengan spidol tebal warna hitam. Namun saat itu, aku sama sekali tak menyangka bahwa peta itu dari Chaerin. Aku juga tidak terlalu peduli.

Saat aku melihat isinya, aku mendapati sebuah peta kota kami didalam amplop itu. Lengkap dengan sekitar selusin bintang-bintang yang digambar dengan spidol merah untuk menandai beberapa tempat di kota. Tempat-tempat itu tidak terlalu jauh satu sama lain, diatasnya diberikan nomor yang berurutan dari 1 sampai 12. Aku mengerutkan dahi karena tak mengerti apa maksudnya, tapi setelah itu aku kembali mengabaikan peta yang diberikan Chaerin.

Aku sempat bermaksud menanyai orang-orang, siapa tahu mereka mendapatkan peta yang sama. Namun, seiring waktu berjalan aku akhirnya lupa dan membiarkan peta itu mengendap di ranselku sampai detik ini.

Kuharap masih. Karena, peta itu penting, loh. Sepanjang  rekaman, aku akan memberitahu tempat-tempat yang bisa kalian kunjungi untuk lebih memahami alur ceritaku. Tidak masalah sih kalau kalian tidak mau pergi kesana, aku juga tidak memaksa. Aku hanya menyarankan, agar kalian tahu lebih banyak dan bisa ikut merasakan tiap kejadian itu. Kalau tidak mau juga tidak apa-apa, kalian bisa membuang petanya dan aku tidak akan pernah tahu.

Lebih baik kita langsung menuju ke nama yang pertama.

Apa kau siap, Choi Seunghyun?

 

-tbc- 

 

author’s note:

halo ._.)/ maaf untuk update yang super-duper-mega telat ini -_- chapter 1-nya dibagi 2, ya. maaf lagi kalo yang ini terlalu pendek, abis kalo disatuin ntar takutnya kepanjangan nyahahaha.

susahnya nulis fic ini, karena POV-nya ada 2. susah nentuin gimana 2 POV bisa jalan diwaktu yang bersamaan gini ==” tapi semoga gak mengecewakan. ^^ dan karena sekarang udah masuk waktu liburan, semoga saya bisa nge-update fic ini secepatnya ahahahaha -___-

thanks for reading. mind to leave comment?

[Shonen-ai] Everything At Once

krislay

 

Everything At Once

Author: lightless_star | pairing: Kris/Lay (EXO-M) | rating: PG | genre: fluff | duration: ficlet | warning: Shonen-ai/Boys Love

 

“Yixing?”

Suara berat yang memanggil lembut namanya itu membuat Zhang Yixing menoleh kebelakang dan mendapati si pemilik suara tadi berjalan mendekatinya yang sedang duduk di sofa ruang tengah. 

Kris menempatkan dirinya duduk disamping Yixing. Namun keduanya tak berbicara apapun, membiarkan senyap menggantung diantara mereka. Yixing sibuk dengan snack-nya, sedangkan Kris nampak senang memperhatikannya.

“Kau tidak tidur?” tanya Yixing, mata hitamnya menatap wajah Kris. Membuat pemuda yang setahun lebih tua darinya itu membulatkan mata agak terkejut.

“Kapan lagi bisa berduaan denganmu kalau aku tidur jam segini?” ucapnya, mengerlingkan mata.

Pemuda berambut hitam disampingnya menggeser duduknya, membuat kaki dan bahu mereka bersentuhan hingga tidak ada jarak lagi, lalu ia menyandarkan kepalanya di bahu lebar Kris. Kris memperhatikan pemuda yang bersandar dibahunya itu, bibirnya serta merta melengkungkan sebuah senyum. Sekalipun harus kehilangan beberapa jam waktu istirahatnya, ia senang menghabiskan waktu dengan Yixing. Karena ketika matahari terbit dari timur besok pagi, mereka tak akan bisa seperti ini lagi.

Dini hari adalah waktu yang paling menyenangkan bagi Kris. Ditemani sunyi serta Yixing disisinya sudah membuatnya seakan menjadi orang paling bahagia di dunia.

Yixing punya sepasang bola mata hitam yang gelap. Kegelapan yang membuat Kris senang terjebak didalam sana lalu menyelaminya, dan selalu berhasil membuatnya merasa bahwa ia menemukan secercah cahaya dalam gelap mata Yixing. Bola mata itu gelap, sekaligus cerah di saat bersamaan.

Yixing punya senyum yang manis. Senyum yang manis dengan lesung pipi yang muncul tiap kali sudut bibirnya ditarik untuk melengkungkan sebuah senyuman. Sebuah senyuman yang membuat Kris berpikir kalau kekasihnya itu bukan seorang manusia, melainkan malaikat yang sedang menyembunyikan sayapnya. Yixing akan tertawa dan mengatainya bodoh saat ia mengatakan hal itu.

Yixing punya tawa yang menyenangkan. Setidaknya untuk Kris. Suara tawanya yang renyah membuat Kris tanpa sadar ikut tertawa, membuat penat yang hinggap di sekujur tubuhnya hilang entah kemana untuk saat itu. Dan memberinya alasan untuk tetap tersenyum sepanjang hari.

Yixing senang menggenggam tangan Kris. Lalu menunjukkan pada pemuda pirang itu betapa cocoknya tangan besar Kris menggenggam tangannya. Dan Kris akan merasa bahwa sela-sela jemari Yixing memang diciptakan untuk jemarinya. Dan ia selalu berharap ia bisa menggenggam tangan Yixing sekalipun mereka berada ditengah orang banyak, dan tidak ada yang memandang mereka dengan pandangan aneh lagi.

Yixing punya suara lembut yang selalu bisa membuai indra pendengaran Kris. Kris selalu suka bagaimana cara Yixing memanggil namanya. Suara itu akan terngiang-ngiang dikepalanya, membuatnya ingin mendengarnya lagi dan lagi. Kris selalu suka nada suara Yixing ketika merayunya sambil memeluk lengannya. Jika sudah seperti itu, Kris tak akan sanggup berkata tidak untuk apapun yang diminta Yixing. Suara Yixing terasa seperti sebuah senandung yang indah, menghanyutkannya jauh dan jauh dari kenyataan disekitarnya. Membuat pikirannya seketika dipenuhi oleh nama itu. Yixing, Yixing, Yixing dan Yixing lagi.

“Aku mencintaimu,” bisiknya. Ada sedih yang terpancar dari kedua bola mata Yixing saat pandangan mereka bertemu. Kris mengangguk, tangan kanannya menyusuri pipi pemuda dihadapannya itu. Bibirnya membentuk sebuah senyum pahit.

“Aku juga mencintaimu.”  

“Aku tahu,” ucap Yixing. tangan kanan Kris masih dipipinya, bergerak mencari tempat dimana lesung pipi Yixing terletak. Dan saat ia menemukannya, ia tak mau menggerakkan tangannya dari sana. Yixing tertawa kecil lalu tersenyum. Menyembunyikan sedih yang terpancar dimatanya tadi.

Pemuda dengan rambut pirang pasir itu membalas senyumnya, menatapnya tepat di mata. Lalu detik berikutnya, Yixing mendapati sudah tak ada jarak lagi diantara mereka. Bibir Kris menyentuh bibirnya, membawanya dalam sebuah ciuman lembut dan menghanyutkan. Tangan kirinya ia letakkan dibahu Kris, sementara tangan kanannya menelusup di rambut pirang pasir itu. Membawa Kris lebih dekat dengannya.

Kris selalu suka saat Yixing menciumnya. Ada rasa manis dibibir pemuda itu. Ada rasa hangat yang mengirimkan getaran aneh ke sekujur tubuhnya. Kupu-kupu berterbangan didalam perutnya dan ia percaya bahwa langit-langit dorm mereka sekarang dipenuhi taburan bintang yang berkelap-kelip. Membuat Kris ingin waktu berhenti saat itu juga, meninggalkan mereka dalam keadaan seperti itu entah sampai kapan.

Karena ia ingin pemuda itu selalu ada dalam rangkulannya, selalu ada dalam genggaman tangannya. Menghabiskan waktu bersama Yixing seakan tak ada hari esok lagi. Menunjukkan pada pemuda itu bahwa ia adalah satu-satunya.

Ia ingin bisa seperti ini terus-menerus, tidak hanya setiap dini hari. Seandainya orang-orang tidak peduli. Seandainya orang-orang tidak akan membenci mereka jika tahu hubungan mereka sebenarnya seperti apa. Seandainya orang-orang tak akan memandang mereka berbeda dan beberapa akan membenci mereka setelah itu. Mereka berdua sama-sama tahu, namun pemikiran itu tak pernah terucapkan. Hanya terus-terusan mengendap di benak masing-masing atau malah terbang dibawa angin malam yang diam-diam masuk lewat celah jendela dorm yang sedikit dibuka oleh Yixing tadi.

“Tidurlah, Ge. Sudah hampir jam 4 pagi,” ucap Yixing, lengan Kris masih melingkari pinggangnya. Mata hitam Kris menatapnya, kemudian pemuda itu tersenyum manis hingga matanya menyipit. Yixing mengangkat sebelah tangannya lalu mengacak-acak rambut kekasihnya itu sayang.

Gelap akan pergi beberapa jam lagi, lalu digantikan oleh cerahnya mentari pagi. Dan jika matahari datang pagi nanti, mereka tak akan bisa lagi seperti ini.

Ketika matahari datang pagi nanti, mereka akan menjadi Kris dan Lay. Mereka berdua bandmate. Tidak lebih.

Kris mengecup dahi pemuda berambut hitam itu, lalu pipinya, matanya dan berakhir dibibirnya yang manis. Setelah itu mereka sama-sama beranjak dari posisinya, hendak pergi menuju kamar masing-masing. Setidaknya, mereka masih punya waktu istirahat sekitar dua atau tiga jam lagi.

Seulas senyum kembali terlukis diwajah Kris. Yixing mampu membuatnya merasakan berbagai macam hal dalam waktu yang bersamaan. Jantung yang berdegup cepat, lutut yang mendadak melemas, kata-kata yang hendak ia ucapkan tiba-tiba hilang saat Yixing menatapnya, rasa panas menjalari tubuhnya ketika mereka bersentuhan. Disaat yang bersamaan, Kris merasakan bahwa dunia dipenuhi cerahnya pelangi dan semua hal terasa menyenangkan.

Ia tak apa jika mereka harus menyembunyikan hubungan itu dihadapan semua orang. Ia tak apa jika mereka hanya bisa menghabiskan waktu hingga pagi menjelang.

Ia begitu mencintai Yixing, ia tak mau melepaskan pemuda itu untuk apapun. Perasaannya begitu besar sampai-sampai hatinya seakan tak mampu menampungnya lagi. Dan ia tahu, Yixing juga merasakan hal yang sama. Sama besarnya seperti yang dia rasakan.

Cukup dengan itu, ia merasa hidupnya sudah sempurna.

-fin- 

 

author’s note:

gatau deh ini apa o___o bukannya malah ngelanjutin fic yang belum kelar, eh malah nulis ini. ditulis waktu lagi suntuk abis belajar buat ujian teori kejuruan, salah satunya instalasi sistem operasi dan aplikasi. gara-gara bahas windows 8, jadi keinget tagline-nya dan lagu yang dipake buat theme song-nya. terus langsung kepikiran ini ._. judul dipinjam dari lagu-nya Lenka yang dipakai buat theme song windows 8, Everything At Once. 

random parah ini fic nya e__e maap juga kalo ada yang gasuka sama pairingnya. 

mind to leave comment?

13 [Prologue: To The Next People On The List]

credit poster goes to: Kihyukha :3

13 

Prologue: To the Next People on the List

author: lightless_star | fandom: BIG BANG, 2NE1 | pairing(s): G-Dragon/CL (Skydragon) | genre: Romance, a little bit suspense, Angst, Hurt | length: multichapter | rated: PG-13

author’s note: fic adaptasi dari novel terjemahan yang judulnya 13 Reasons Why. jadi plot-nya bukan punya saya ^^;

xxx

Lanjutkan membaca 13 [Prologue: To The Next People On The List]

Powdered Snow

title: Powdered Snow

author: lightless_star

cast: Zhang Yixing (EXO M Lay), Kim Jongdae (EXO M Chen) Powdered Snow

genre: mild angst, hurt, romance, sho-ai

length: 2.096 words

rated: PG

disclaimers: i only own the story, not the characters.

warning: shounen-ai/boys love

note: fic ini alurnya maju-mundur. semoga gak membingungkan.  🙂

Powdered Snow

-lightless_star-

xxx

I want us to reach rapport

but I was the only one who touched its surface

The only thing that was holding us together was my hand,

squeezing yours that was numb with cold

(Remioromen – Konayuki)

xxx

 Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Kim Jongdae kembali menginjakkan kakinya di kota ini lagi. Membawa serta mimpi-mimpi dan janjinya untuk seseorang yang sekarang tak lagi ada. Seulas senyum terukir diwajahnya yang teduh. Betapa ia merindukan kota ini serta semua kenangan yang pernah terjadi di tempat ini.

Ia menengadahkan kepalanya, membiarkan salju yang melayang-layang bersama angin musim dingin itu sedikit menyentuh wajahnya dan menempel dirambut hitamnya. Kemudian ia melihat sekeliling, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Banyak juga yang berjalan kaki hari ini sepertinya ternyata.

Butiran putih yang turun dari langit kelabu seakan menyambut kedatangannya hari itu. Membuat Jongdae harus memakai pakaian yang berlapis-lapis untuk menahan dingin. Salju di hari pertama musim dingin itu seakan menyenandungkan sebuah lagu lama, membawa serta sebuah nama yang sampai sekarang tak pernah berhenti dia ingat.

Zhang Yixing. Lanjutkan membaca Powdered Snow

When You’re Gone

Title: When You’re Gone

Author: lightless_star

Cast:

  • Oh Sehun (EXO K’s Sehun)
  • Xi Luhan (EXO M’s Luhan)

Genre: angst, hurt.

Length: 1173 words

Rated: G

DISCLAIMERS: i only own the plot, not the character. This just a fiction, so it doesnt represent the real idol in their real life. When You’re Gone (the song) © Avril Lavigne.

WARNING: Shounen-ai (Boys Love)

 

Author’s note: dialog yang di italic dan warna font nya lebih gelap itu flashback, ya.

 

When You’re Gone

-lightless_star-

xxx

Lanjutkan membaca When You’re Gone

Hospital Flowers

Title: Hospital Flowers

author: lightless_star

cast:

  • Wu Yi Fan (EXO M Kris)
  • Zhang Yi Xing (EXO M Lay)

rating: PG

genre: sho-ai, hurt/comfort? idk

length: ficlet

#1: Sleep [KaiSoo] | #2: A Thousand Miles [KrisYeol] 

DISCLAIMERS: i only own the story, not the characters

WARNING: Shonen-ai/Boys love(?), Alternate Universe

Hospital Flowers

-lightless_star-

xxx

The bouquet burst and blossoms filled the room
And place got smaller as they grew taller
And taught me to bloom
(Owl City – Hospital Flowers)

xxx

Lanjutkan membaca Hospital Flowers

A Thousand Miles

A Thousand Miles

-lightless_star-

XXX

DISCLAIMERS: i only own the story, not the characters

WARNING: SHONEN-AI, PLOTLESS

XXX

It’s always time like these
When i think of you
and i wonder if you ever think of me
cause everything’s so wrong
and i don’t belong living in your precious memory
(Vanessa Carlton – A Thousand Miles)

XXX

Lanjutkan membaca A Thousand Miles